Dark
Light

Pro dan Kontra Twitch: Membantu Penyandang Disabilitas vs Konten Seronok

5 mins read
June 24, 2021
Twitch bisa bantu orang-orang dengan disabilitas. | Sumber: Microsoft News

Sama seperti internet — dan semua inovasi baru — platform streaming game seperti Twitch punya dampak positif dan negatif pada masyarakat. Dalam artikel ini, dampak positif yang akan saya bahas secara spesifik adalah bagaimana Twitch membantu penyandang disabilitas untuk bisa mandiri secara finansial dan menemukan komunitas. Sementara itu, dampak negatif yang akan saya bahas adalah bagaimana Twitch justru mendukung tren kontroversial, yaitu hot tub meta.

Pro: Membantu Penyandang Disabilitas

Travis Arthofer adalah seorang veteran Amerika Serikat yang kesulitan untuk bergerak karena tulang punggungnya cedera akibat kecelakaan. Selain itu, dia juga terus merasakan rasa sakit pada bagian kanan dari tubuhnya. Dua hal ini membuatnya merasa kehilangan tujuan hidup. Untungnya, dia menemukan hobi baru: menyiarkan pertandingan FIFA kompetitif di Twitch. Dalam seminggu, pria berumur 52 tahun itu bisa melakukan siaran hingga 5 kali. Arthofer mengaku, hobi barunya ini membantunya untuk kembali menemukan tujuan hidup dan menjadi bagian dari komunitas. Sekarang, sebagai streamer dengan disabilitas, dia ingin bisa membantu penyandang disabilitas lain yang tertarik untuk masuk ke dunia esports.

“Sejujurnya, saya mungkin tidak akan ada di sini jika saya tidak menemukan hobi streaming ini,” kata Arthofer pada Goal. “Ketika para penonton menanti siaran saya, hal itu sangat berarti untuk saya. Dan bagi saya, satu-satunya alasan mengapa saya ingin sukses sebagai streamer adalah karena saya ingin bisa membantu komunitas. Pada akhirnya, tujuan saya adalah untuk menyediakan bantuan pada para veteran, khususnya veteran dengan disabilitas. Karena, orang-orang dengan disabilitas, pikiran mereka mash baik-baik saja. Hanya saja, mereka jadi punya beberapa keterbatasan. Dan mereka harus beradaptasi dengan hal itu.”

Travis Arthofer menjadi streamer dari FIFA. | Sumber: Goal

Arthofer bukan satu-satunya penyandang disabilitas yang menjadi streamer di Twitch. Contoh streamer dengan disabilitas lainnya adalah Carlos “Obsrattlehead” Vasquez. Walau dia adalah seorang tuna netra, dia tetap bisa bermain fighting game dengan apik. Dia mengaku, pada awalnya, dia membuat siaran di Twitch hanya untuk menunjukkan kemampuannya dalam bermain fighting game. Namun, lama-kelamaan, channel-nya berubah menjadi tempat berkumpul bagi fans fighting game, baik yang memiliki disabilitas maupun tidak. Menariknya, para penonton Obsrattlehead akhirnya saling berinteraksi dan belajar dari satu sama lain.

“Sekarang, saya melakukan siaran dengan tujuan untuk memberikan wadah bagi gamers tanpa disabilitas untuk mengenal komunitas disabilitas lebih dalam,” kata Vasquez pada Wired. “Walau kecil, komunitas kami sangat akrab. Dan mereka akan memastikan orang-orang yang menonton siaran saya akan menjadi lebih paham akan pentingnya fitur aksesibilitas.”

Setelah menjadi advokat bagi komunitas gamers dengan disabilitas, Vasquez mendapatkan kesempatan untuk tampil di berbagai event global, termasuk EVO pada 2013 dan Combo Breaker pada 2019. Di Combo Breaker, dia bahkan punya kesempatan untuk berkenalan dengan para developer dari NetherRealm Studio, kreator di balik game Mortal Kombat dan Injustice. Kemudian, Vasquez membantu NetherRealm untuk mengembangkan fitur-fitur aksesibilitas di game-game mereka, seperti suara yang menjadi tanda ketika pemain berada di dekat dengan objek interaktif. Pada awalnya, fitur tersebut hanya ada di game Injustice pertama. Namun, sekarang, fitur tersebut telah ditanamkan di semua game bautan NetherRealm.

Tak hanya menemukan komunitas, Twitch juga bisa membantu para penyandang disabilitas untuk mendapatkan uang dan menjadi mandiri secara finansial. Ialah Mackenzie alias Mackenseize, seorang streamer perempuan yang mengidap epilepsi. Ketika dia berumur 22 tahun, dia mengalami kejang parah yang memaksanya untuk bolos dari dua tempatnya bekerja. Karena dia tinggal sendiri, dia juga tidak sempat menghubungi restoran dan gym tempatnya bekerja. Dan walau kedua perusahaan tahu bahwa Mackenzie punya epilepsi, mereka tetap memecatnya. Tak hanya itu, reputasi Mackenzie pun tercoreng karena dia pernah mangkir kerja tanpa kabar. Hal ini membuatnya semakin kesulitan untuk mencari pekerjaan.

Di tengah kesulitan untuk mencari pekerjaan, Mackenzie mulai menonton siaran di Twitch. Dia tahu, para streamers di Twitch bisa menghasilkan uang. Dia pun lalu mencoba untuk membuat channel di Twitch dan melakukan siaran. Karena dia memang ingin menjadikan streamer sebagai karir, dia langsung memasang tombol donasi sejak awal. Dia mengaku, pada awalnya, dia bingung akan apa yang harus dia lakukan. Dari menonton streamers lain, dia belajar bahwa para streamers biasanya mengobrol tentang strategi atau tips dan trik dari game yang mereka mainkan. Selain itu, mereka juga terkadang membahas tentang kehidupan sehari-hari mereka.

Mackenzie pada 2015. | Sumber: Twitter

Mackenzie serius membangun karirnya sebagai streamers. Di awal karirnya, dia melakukan siaran selama 60 jam setiap minggu, menurut laporan The Guardian. Dia mengaku, dia pernah melakukan siaran sejak jam 11 pagi sampai 11 malam. Kerja kerasnya berbuah manis. Enam bulan setelah dia memulai karirnya sebagai streamer, dia mendapatkan tawaran untuk bekerja sama dengan Twitch. Hal ini memungkinkan Mackenzie untuk menambahkan fitur berlangganan di channel-nya.

Dalam waktu satu tahun, jumlah penonton dari siaran Mackenzie mencapai 350 orang. Dan sekarang, jumlah followers-nya telah mencapai 36,5 ribu orang. Dia bercerita, pemasukan yang dia dapatkan di awal karirnya tidak menentu. Terkadang, dia bisa mendapatkan pemasukan yang cukup besar, tapi lain kali, donasi yang dia dapat kecil. Meskipun begitu, uang yang dia dapatkan dari pekerjaannya sebagai streamer tetap lebih besar dari gajinya ketika dia bekerja di dua perusahaan dengan upah minimum.

Kontra: Konten Kontroversial

Sejatinya, Twitch dikenal sebagai platform streaming game. Namun, beberapa tahun belakangan, mereka mulai melebarkan sayap dan membuat kategori selain game, mulai dari Just Chatting sampai olahraga tradisional. Faktanya, kategori Just Chatting — yang biasanya hanya menampilkan streamer mengobrol dengan para penonton — merupakan salah satu kategori paling populer di Twitch.

Beberapa bulan lalu, muncul tren baru di Twitch, yaitu hot tub meta. Yang dimaksud dengan hot tub meta adalah ketika para streamers — yang kebanyakan perempuan — melakukan siaran dari kolam karet sambil mengenakan bikini. Sama seperti platform lain, Twitch punya kebijakan ketat soal konten seksual. Para streamers dilarang untuk mengenakan pakaian yang tidak senonoh ketika melakukan streaming. Hanya saja, ada loophole dalam peraturan tersebut. Streamers boleh mengenakan pakaian renang atau bahkan bikini selama mereka memang berada di pantai atau kolam renang. Karena itu, munculah ide untuk mengadakan siaran di kolam karet dengan mengenakan bikini.

Tren hot tub meta memunculkan kontroversi di komunitas Twitch. Karena, pada awalnya, para hot tub streamers biasanya masuk dalam kategori Just Chatting. Hal ini membuat streamers Just Chatting yang tidak mengikuti tren khawatir. Pasalnya, keberadaan hot tub streamers bisa membuat perusahaan-perusahaan enggan untuk memasang iklan di channel Just Chatting karena tidak ingin brand mereka dikaitkan dengan para hot tub streamres. Jika hal ini terjadi, maka pemasukan semua streamers Just Chatting akan turun. Kabar baiknya, Twitch menyadari masalah tersebut. Untuk menyelesaikannya, mereka memutuskan untuk membuat kategori baru, yaitu Pools, Hot Tubs, dan Beaches. Sesuai namanya, kategori itu ditujukan untuk para hot tub streamers.

Meskipun begitu, kontroversi masih berlanjut. Tidak semua streamers puas dengan keputusan Twitch untuk membuat kategori baru bagi para hot tub stremers. Contohnya adalah Félix “xQc” Lengyel, yang merupakan salah satu streamers paling populer di Twitch. Secara terbuka, dia memprotes akan munculnya tren hot tub meta di Twitter, seperti yang disebutkan oleh CNET.

Streamer lain yang juga tidak mendukung tren hot tub meta adalah Imane “Pokimane” Anys. Dia menganggap, keberadaan hot tub streamers layaknya bom waktu yang bisa mengacaukan masa depan Twitch sebagai platform streaming game. Dalam siarannya, dia mengatakan, jika Twitch tidak membuat peraturan yang tegas terkait konten seksual yang menyerempet konten porno, maka para streamers akan terus memanfaatkan loophole yang ada di peraturan Twitch, menurut laporan Clutch Points.

Sementara itu, Doron Nir, Co-founder dari StreamElement menganggap, keputusan Twitch membuat kategori baru untuk para hot tub streamers adalah keputusan yang berani. Alasannya, hal itu merupakan validasi Twitch akan keberadaan para hot tub streamers. Tak hanya itu, jika Twitch rela menyediakan wadah untuk para hot tub streamers — yang siarannya sudah jauh dari inti Twitch, yaitu gaming — maka, tidak tertutup kemungkinan, mereka juga akan rela menampung konten non-gaming lainnya.

Sumber header: Microsoft

Previous Story

Cita-cita HappyFresh Menjadi Marketplace Serba Ada untuk Grocery, Fokus pada Kemitraan dan Pengalaman Pengguna

Next Story

Instagram Hadirkan Fitur Format Video Berdurasi Pendek Reels dan Music di Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss

Review Poco X6 5G Hybrid

Review Poco X6 5G, Performa Ekstrem dan Sudah Dapat Pembaruan HyperOS

Poco X6 membawa layar AMOLED 120Hz dengan Dolby Vision lalu

Review Realme 12 Pro+ 5G, Smartphone Mainstream dengan Zoom Periscope Paling Terjangkau

Realme 12 Pro+ 5G merupakan smartphone paling baru dari realme di