Mencari Skema Alternatif Sebagai Solusi Pembayaran App Store di Indonesia
Operator Indonesia bisa menjajaki solusi kartu kredit virtual khusus untuk App Store yang ditawarkan Smart Communications Filipina
Operator seluler di Indonesia memulai metode pembayaran potong pulsa atau carrier billing untuk pembelian konten digital di Google Play Store pada akhir 2014 yang dimulai Indosat, lalu diikuti Telkomsel pada Februari 2015. Namun hingga kini, operator seluler belum menyediakan carrier billing untuk pembelian konten di toko aplikasi Apple.
Play Store memang mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah aplikasi yang tersedia, tetapi pendapatan App Store masih yang tertinggi dan paling menguntungkan bagi developer.
Kita bisa lihat bagaimana seluruh pengguna perangkat iOS di dunia menghabiskan hampir US$ 500 juta untuk membeli aplikasi dan konten di App Store pada minggu pertama 2015.
Analis Horace Dediu, yang selama ini dikenal sebagai pengamat produk Apple, memproyeksi pendapatan developer yang menjual aplikasinya di App Store secara kumulatif mendapatkan $25 miliar di tahun 2014. App Store disebut Dediu juga telah membuka lapangan pekerjaan untuk 627 ribu orang di Amerika Serikat.
Ada potensi besar di App Store karena pengguna iOS dikenal loyak untuk membeli konten. Tetapi ada masalah besar di Indonesia, di mana masih banyak pengguna perangkat iOS yang tak punya kartu kredit untuk belanja konten. Selama ini mereka harus puas mengunduh konten gratis, padahal ada banyak aplikasi berbayar di App Store yang lebih keren dan memberi solusi untuk mendukung produktivitas.
Masalah ini sejak lama ingin diatasi oleh operator seluler besar di Indonesia, yang telah mendekati dan berbicara dengan Apple untuk membuka metode carrier billing di App Store untuk Indonesia. Tetapi hal itu tak terwujud hingga kini, karena pihak Apple enggan membuka metode tersebut. Apple kukuh menginginkan kartu kredit sebagai solusi pembayaran.
Mengadopsi cara Smart Communications
Sebuah operator seluler Smart Communications asal Filipina melakukan terobosan besar untuk memberi solusi pembelian konten di App Store bagi mereka yang tak punya kartu kredit.
Sejak Februari 2015, Smart menyediakan layanan yang diberi nama Pay with Mobile. Pelanggan yang mendaftarkan diri di layanan ini melalui SMS ke nomor tertentu akan mendapatkan nomor kartu kredit virtual, yang berarti pelanggan tidak harus memegang kartu fisiknya, karena mereka hanya memiliki nomor kartu kredit saja.
Setelah mendapatkan nomor kartu kredit virtual itu, pelanggan dapat masuk ke halaman pendaftaran kartu kredit untuk Apple ID di iTunes atau App Store. Mereka cukup memilih MasterCard sebagai pilihan pembayaran kartu kredit, lalu memasukkan data nomor kartu kredit virtual yang telah diberikan melalui SMS, memasukkan kode keamanan, tanggal kedaluwarsa, dan alamat tempat tinggal pelanggan.
Jika nomor kartu kredit virtual didaftarkan di Apple ID, mereka bisa langsung membeli aplikasi, game, pembelian konten dalam aplikasi (in-app purchase), hingga konten musik, film, dan e-book. Pelanggan akan mendapatkan SMS pemberitahuan untuk setiap transaksi yang berhasil.
Bagi pelanggan prabayar, pulsa mereka akan ditarik sebesar nilai transaksi pembelian konten di App Store. Sementara bagi pelanggan pascabayar, nilai transaksi akan tercantum di tagihan bulanan. Smart Communications mengenakan biaya tambahan 15% untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Smart Communications bisa memberi solusi ini berkat kerja sama mereka dengan perusahaan finansial MasterCard. Sehingga sistem App Store di Apple membaca transaksi ini sebagai pembelian dengan kartu kredit MasterCard.
Yang paling menarik dari metode ini adalah pelanggan tidak dibuat ribet dengan pembuatan akun baru atau dompet digital dan tidak perlu melakukan isi pulsa untuk menambah saldo di akun Pay with Mobile.
Penggunaan kartu kredit virtual dari Smart Communications dibatasi hanya untuk belanja di toko konten multimedia Apple, yaitu App Store, iTunes, atau Mac App Store. Hal ini dilakukan untuk menghindari transaksi dengan kartu kredit virtual di platform lain seperti PayPal, eBay, atau lainnya.
Cara seperti ini sepertinya bisa ditiru oleh operator seluler Indonesia guna memberi solusi kepada pengguna iOS agar bisa memaksimalkan perangkat mereka. Namun ada catatan penting, operator seluler di Indonesia harus putar otak agar diberi izin regulator untuk mengeluarkan nomor kartu kredit. Seperti kita ketahui selama ini, kartu kredit di Indonesia diterbitkan oleh bank.
Bekerja sama dengan bank menjadi cara operator seluler untuk meniru metode Pay with Mobile di Smart Communications. Untuk menekan munculnya masalah di masa depan pperator seluler perlu membatasi akses penggunaan kartu kredit virtual hanya untuk platform tertentu. Selain itu, perlu juga ditentukan batas nilai transaksi untuk menghindari tagihan macet lantaran pelanggan tak mampu membayar tagihan.
Hasil skema potong pulsa di Indonesia
Sejak Indosat dan Telkomsel menyediakan carrier billing di Play Store, para pelanggan mereka mulai memanfaatkannya dan paling sering dipakai untuk beli konten game.
Pada Maret 2015, tercatat ada 100 ribu pelanggan Indosat dan sekitar 500 ribu pelanggan Telkomsel yang memakai metode carrier billing ini. Setelah game, konten lain yang paling sering dibeli adalah yang berbau hiburan.
Karena telah memanfaatkan jaringan operator seluler sebagai channel penjualan, maka pelanggan dikenakan biaya tambahan 10% untuk PPN (dan service charge 2%) dari setiap nilai transaksi.
Kepada CNN Indonesia, perwakilan Telkomsel dan Indosat mengaku hanya mendapatkan keuntungan yang kecil dari metode potong pulsa ini. Di masa depan operator mungkin bisa menikmati hasil penjualan dari volume yang meningkat dengan semakin dikenalnya metode carrier billing untuk pembelian konten.
Dari setiap pembelian konten di Play Store, operator seluler mengambil persentase kecil dari jatah bagi hasil 30% yang didapatkan Google. Sayangnya, mereka tidak mengungkap berapa persentase yang mereka dapat dari bagi hasil tersebut. Operator mengklaim tidak ingin mengganggu jatah developer, sehingga developer tetap mendapatkan jatah penuh yaitu 70% dari setiap konten yang dibeli.
Pola bagi hasil semacam ini tidak hanya berlaku di Play Store. Sebelumnya, tiga operator seluler besar di Indonesia telah menerapkan pola serupa di toko aplikasi BlackBerry World, Windows Phone Store, dan Nokia Store.