Jaringan Investor Angel eQ Ingin Dorong Gairah Investor Indonesia Berinvestasi di Startup Teknologi
Tidak menutup kemungkinan membuka platform yang menghubungkan jaringan angel dari berbagai negara bersama Angel Labs
Indonesia saat ini tengah berada dalam kondisi yang baik untuk pertumbuhan ekosistem industri digital. Tapi, bukan berarti tidak ada tantangan sama sekali. Salah satu tantangan yang cukup terasa adalah masih kurangnya jumlah angel investor yang berminat menanamkan modal di startup bidang teknologi. Angel eQ, jaringan investor yang hadir di awal bulan Oktober 2015, dibentuk untuk mencoba menjawab tantangan tersebut.
Tepat di awal bulan Oktober 2015 dunia startup Indonesia mendapatkan kabar baik, yakni berita pembentukan jaringan Angel eQ yang diinisiasi oleh lima belas anggota pertamanya. Kabar tersebut terdengar tidak lama setelah Angel Investor Network Indonesia (ANGIN) mengumumkan sebelas anggota barunya.
Adalah hal yang wajar bila kemudian Anda mengatakan sedang ada pergerakan positif dengan dunia "angel investor” di Indonesia. Ini baik. Toh pada kenyataannya Indonesia memang butuh banyak angel investor yang siap berinvestasi di dunia startup teknologi bila ingin keberlangsungan ekosistemnya terjaga.
Angel eQ sendiri diinisiasi oleh lima belas orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda, tidak semua bersinggungan erat dengan dunia teknologi. Beberapa nama anggotanya cukup dikenal oleh masyarakat, seperti CEO Bubu Shinta Dhanuwardoyo, CEO Air Asia Tony Fernandes, Co-Founder Saratoga Capital Sandiaga Uno, dan Erick Thohir yang lebih dikenal di Indonesia sebagai pemilik salah satu klub sepak bola terbesar eropa, yaitu Inter Milan.
Kepada DailySocial Shinta mengatakan, “Saya yang initiate ini karena saya melihat […] salah satu kekurangan [ekosistem] startup teknologi di Indonesia adalah angel investor. Venture Capital sudah mulai banyak, [tetapi] ada missing link.”
“Angel eQ ini sama dengan [sebuah] club, formatnya lebih ke networking. […] Jadi yang mau kita lakukan itu adalah membuat para investor yang sudah ada di Indonesia menjadi lebih bergairah [untuk menanamkan modal ke startup teknologi]. Mengedukasi mereka bagaimana sih melakukan investasi sebagai angel investor ini. Cuma dia [hanya] akan melihat ke tech startup,” tegas Shinta.
Fase sebelum dan sesudah investasi di startup
Seperti halnya jaringan angel investor lain, Angel eQ pun akan mencari startup yang dianggap layak untuk mendapatkan early stage investment. Prosesnya, dijelaskan Shinta, akan ada tim yang mengkurasi berbagai startup yang dianggap layak. Terkait kriteria kurasi, menurut Shinta, saat ini masih dalam pembahasan untuk bentuk bakunya.
Secara pribadi Shinta akan melihat pada tiga hal untuk startup yang akan diberikan investasi. Tiga kriteria tersebut adalah, [jiwa entrepreneur] founder, produk, dan tim dari startup itu sendiri. “Tapi mungkin angel lain [akan] punya pandangan berbeda,” ujarnya.
Nilai lebih lain yang perlu diperhitungkan adalah latar belakang para pendiri jaringan investor Angel eQ yang berbeda-beda. Sederhananya, bila Anda memulai startup yang bermain di sektor penerbangan, bukankan akan lebih menyenangkan mendapatkan angel investor yang memiliki latar belakang yang sama, contohnya Tony Fernandes. Tapi, Shinta juga menegaskan kembali bahwa tidak akan ada kecenderungan investasi sesuai latar belakang angel itu sendiri.
“Terserah mereka. Mereka itu angel. […] Kalau dia tidak mau invest, ya tidak bisa dipaksakan. […] Kalau bagus, ya kita invest. […] Tidak ada target [tertentu] untuk invest,” jelas Shinta.
Dijelaskan lebih jauh oleh Shinta, setelah memberikan investasi, para angel investor akan berperan untuk memberi bimbingan dan membuka jalur koneksi jaringan ke angel atau investor lain. Dalam hal ini, ada yang disebut Lead Angel.
Shinta mengatakan, “Nah, Lead Angel ini yang kemungkinan besar akan lebih hands on ke startup [yang mendapat pendanaan]. Karena tidak mungkin semua angel bisa melakukan itu. Dengan adanya Lead Angel ini, dia berperan untuk membuka koneksi jaringan ke angel [atau investor] lainnya.”
Kemungkinan terbukanya jaringan yang lebih luas bersama dengan Angel Labs
Peluncuran Angel eQ di awal bulan Oktober 2015 ini berbarengan dengan dilaksanakannya ajang IDByte 2015 yang di dalamnya terdapat acara workshop yang digelar atas kerja sama dengan Angel Labs. Beberapa anggota Angel eQ hadir di workshop tersebut dan berperan sebagai fasilitator dan leading roundtable discussion. Berdasarkan informasi media, Angel Labs memiliki peran untuk menjadi mentor para anggota Angel eQ, yang diwakili oleh Tugce Ergul.
Ketika disinggung mengenai hal ini, Shinta menjelaskan bahwa peran Angel Labs lebih banyak sebagai rekanan edukasi, seperti workshop, dan tidak ada peran dalam hal investasi. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah membuka jalan ke koneksi para angel di negara-negara lain.
Dengan semakin menjamurnya angel investor di Indonesia, seharusnya hal ini bisa dimanfaatkan oleh para pemain startup pemula dengan lebih baik. Tak sedikit startup yang pernah mendapatkan pendanaan dari angel berhasil maju ke putaraan pendanaan berikutnya. Selain itu, kemungkinan terbukanya koneksi jaringan professional yang luas juga harus menjadi pertimbangan lain.