Apakah Indocomtech 2013 Merefleksikan Majunya Industri TI di Indonesia?
Seperti biasa, di kuartal keempat menjelang akhir tahun diadakanlah sebuah event komputer dan consumer electronic terbesar di Indonesia, Indocomtech. Acara yang diadakan Yayasan Apkomindo dan Dyandra Promosindo ini dibuka hari Rabu kemarin dengan mentargetkan ribuan pengunjung dalam waktu lima hari.
Apakah Anda ingat tema Indocomtech tahun lalu? Di tahun 2012 para penyelenggara mengusung tema Connect to the Future. Seolah-olah waktu setahun adalah waktu yang cukup bagi industri TI Indonesia untuk sampai di masa depan, kali ini Indocomtech mengangkat tema Live in the Future. "Sebagai salah satu barometer perkembangan industri dan teknologi information and communication technology di Indonesia, pameran ini akan menghadirkan berbagai teknologi dan fitur terkini dalam berbagai perangkat TI," begitulah yang diucapkan representasi Dewan Pembina Yayasan Apkomindo, Rudi Rusdiah.
Lalu kita bertanya, apa sebenarnya yang menjadi barometernya? Apkomindo dan Dyandra berargumen bahwa potensi pasar nusantara yang besar merupakan daya tarik Indonesia bagi produsen teknologi dan gadget dunia. Mereka menjabarkan angka-angka: berdasarkan data IDC, pembelanjaan TI di Indonesia mencapai US$ 14,7 miliar, yang artinya naik sebesar 13,2% dibanding tahun lalu. Kemudian Business Monitor International menyatakan bahwa pasar TI Indonesia masih cukup menjanjikan, dengan pasar ritel sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan.
Berdasarkan data Fastmr, untuk tahun ini saja penjualan hardware komputer diperkirakan mencapai Rp 44,7 trilyun dengan prediksi mencapai Rp 63,7 trilyun di tahun 2017. Untuk penjualan software sendiri, di tahun 2013 menyentuh angka Rp 7,6 trilyun dan empat tahun lagi diperkirakan naik ke Rp 12,7 trilyun. Bukan itu saja, layanan TI untuk tahun ini meraup keuntungan sebesar Rp 10,7 dengan asumsi di tahun 2017 akan mencapai Rp 16,7.
Dalam presentasi Opening Ceremony, penyelenggara berpendapat bahwa terjadi sebuah peleburan untuk gadget smartphone, tablet dan handset-handset sekelasnya. Mereka menciptakan sebuah lini baru - yaitu lini mobile. Memang penjualan tablet meledak dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data eMarketers, tahun ini di Indonesia sendiri penetrasi mobile mencapai 64%. Memang betul pasar PC dan laptop mengalami sedikit penurunan di seluruh dunia, namun hal itu tidak terjadi pada penjualan komponen terpisah: pasar GPU, motherboard, komponen-komponen lain hingga periferal seperti keyboard mekanik dan gaming gear. Angka penjualan mereka naik secara konstan dan signifikan.
Bahkan di pasar gaming sendiri permintaan kian bertambah. Tidak sedikit produsen - baik lokal maupun internasional - yang mengeluarkan notebook gaming berperforma tinggi. Tentu saja jika lini ini tidak menguntungkan, buat apa mereka susah-susah meluncurkan produk baru tiap beberapa bulan? Pasar yang tadinya didominasi Alienware kini perlahan-lahan dimasuki nama-nama yang cukup baru seperti MSI hingga produk lokal seperti Xenom.
Ada dua buah program baru yang dikenalkan dalam Indocomtech tahun ini. Yang pertama adalah Super Auction, hasil kerjasama penyelenggara dengan Intel. Seperti namanya, tiap hari akan dilakukan pelelangan notebook, tablet hingga smartphone bertenaga Intel. Kegiatan ini dilangsungkan di area pameran dengan waktu yang berbeda-beda. Yang kedua adalah program BRING 0% dari Bank Rakyat Indonesia. Sebagai sponsor utama Indocomtech tahun ini, pemilik kartu kredit BRI dikenakan biaya cicilan 0% tiap transaksi pembelian di dalam area pameran.
Potensi keuntungan di pasar consumer electronic Indonesia memang terlihat menggiurkan - apalagi dengan data-data yang kita lihat di atas - bagi produsen dan distributor. Tetapi bagaimana dengan produsen asal Indonesia sendiri, bagaimana perkembangan mereka di pasar yang dipenuhi nama-nama internasional? Jika Anda datang ke pameran, silakan bandingkan jumlah 'lapak' perusahaan multinasional dengan mereka yang didirikan oleh anak negeri.
Data-data tersebut juga mengindikasikan bahwa tampaknya konsep 'sukses' yang menjadi argumen penyelenggara adalah tingginya tingkat konsumsi serta potensi pasar dalam negeri atas produk consumer electronic - bukannya seberapa signifikannya produk elektronik dan gadget lokal dimata konsumen lokal dan luar negeri, serta produsen-produsen internasional.
Apalagi telah terjadi sedikit pergeseran makna 'pameran' di benak khalayak Indonesia. Jika Anda datang ke Computex, Consumer Electronics Show atau pameran TI di luar negeri lain, pameran adalah pameran: dimana produsen dan vendor memamerkan fitur baru, produk baru ataupun apapun hal yang menjadi andalan mereka. Di Indonesia, makna pameran melebur dengan konsep bazaar - area pameran tidak berbeda dari pusat perbelanjaan.
Indocomtech 2013 diadakan di Jakarta Convention Center, dimulai tanggal 30 Oktober dan berakhir 3 November. Harga tiket masuk Rp 10.000 di hari biasa dan Rp 15.000 saat weekend.