Belajar Mengembangkan Produk yang Menjadi Solusi di Roadshow Toyota Fun/Code Bandung
Faris Rahman CTO Nodeflux membeberkan kepada developer bagaimana timnya memetakan prioritas dan mengelola alur kerja agar produknya bernilai solusi
Setelah beberapa waktu lalu sukses di Yogyakarta, rangkaian roadshow Toyota Fun/Code terus berlanjut. Kali ini giliran Bandung mendapat kesempatan mengikuti rangkaian roadshow Toyota Fun/Code 2019. Bertempat di Prime Park Hotel Bandung, kali ini giliran CTO Nodeflux Faris Rahman dan CTO Agate Teguh Budi Wicaksono.
Seperti di Yogyakarta, Roadshow Toyota Fun/Code Bandung diisi dengan pemaparan pengalaman dari pembicara dalam proses pengembangan produk dan inovasi korporasi. Beda lingkup bisnis, beda kisah juga tentang bagaimana para pemimpin lini teknologi ini mengatasi setiap permasalahan. Inilah yang menjadikan tiap pemaparan dari pembicara sebuah referensi yang layak bagi mereka yang ingin masuk di dunia startup atau yang tengah mengembangkan produk.
Sesi presentasi dibuka oleh Faris yang menyampaikan bahwa implementasi yang pas dari teknologi mampu menghasilkan sebuah pemrosesan baru yang lebih pintar, cepat dan efisien. Salah satunya seperti yang diupayakan oleh Nodeflux, startup yang mengembangkan produk berbasis distributed-computation platform.
Pentingnya menjadi adaptif Riset pasar adalah salah satu tahap krusial dalam alur implementasi pengembangan produk, sebelum akhirnya Minimum Viable Product (MVP) siap untuk diuji secara praktis baik oleh pasar yang disasar maupun tim internal. Riset perlu dilakukan secara mendalam. Di sisi lain, product owner atau bahkan CEO ingin segera produknya rilis agar kompetitor tidak mengambil alih ide.
“Kuncinya adalah adaptiveness ya. Memang di startup itu dituntut untuk agile,” ujar Faris menanggapi hal tersebut, khususnya berkaitan dengan produknya yang berkenaan dengan bisnis B2B. “Pertama kita lihat, fiturnya seperti apa? Apakah ini bisa berlaku general untuk klien yang lain? Kalau misalnya iya, berarti impact-nya tinggi. Tapi kalau enggak, kita lihat lagi, effort yang kita bikin harus sejauh apa?”
Ide cemerlang tidak cukup sebagai bekal untuk membawa suatu produk bisa rilis dengan fitur optimal. Perlu validasi reguler dan juga memahami betul peran dari setiap lini operasional dalam kegiatan pengembangan produk. Di Nodeflux, Faris paling tidak mempertimbangkan tiga faktor yang harus ada dalam adopsi produk: kesiapan klien, kemampuan tim internal, dan biaya.
Kembali ke prinsip umum: Amati, Tiru, Modifikasi Sebesar apa pun skala perusahaannya, implementasi inovasi perlu berangkat dari pembenahan kultur secara internal. Alur kerja dan penentuan skala prioritas menentukan apakah inovasi di perusahaan terkait dapat bertahan di tengah lanskap kompetisi pasar.
Untuk yang satu ini, Nodeflux sudah memiliki kerangka kerjanya, yakni dengan memetakan kebutuhan pasar, kelayakan, keuntungan proyek, dan keberlanjutan hidup produk. Jika itu merupakan bagian dari proses pengembangan, bagaimana dengan proses penemuan ide produk?
“Kembali lagi ke ATM: Amati, Tiru, Modifikasi,” ujar Faris yang beranggapan bahwa prinsip tersebut menjadi salah satu caranya dalam penemuan ide produk yang menjadi solusi.
Cara tersebut pada dasarnya dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks pengembangan. Misalnya dalam hackathon. Dalam proses penemuan ide yang feasible, orang yang mengikuti hackathon sejatinya dapat menemukan titik tengah antara solusi yang aplikatif sekaligus tantangan yang diberikan. Tertarik ingin mengimplementasi ATM dalam hackathon? Coba saja ikuti tantangan product development untuk dunia otomotif dari Toyota. Ada total hadiah senilai 100 juta rupiah menantimu di sana.
–
Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan TOYOTA sebagai bagian rangkaian kegiatan TOYOTA Fun/Code 2019