CarSales Australia Tambah 3% Kepemilikan di Induk Perusahaan Mobil123, iCar Asia
CarSales Ltd Australia mengumumkan penambahan 3% kepemilikan saham di iCar Asia yang memiliki layanan penjualan mobil secara online di tiga negara, yaitu Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Dengan penambahan ini, CarSales Australia menguasai 22,9% saham di iCar Asia, setelah sebelumnya tahun lalu telah menyuntikkan dana $13 juta di grup yang sama. Di Indonesia iCar Asia menjalankan operasional layanan Mobil123.
CEO dan Managing Director CarSales Greg Roebuck dalam rilis persnya mengatakan, "Kami sangat senang melanjutkan hubungan kami yang erat dengan tim iCar Asia. Akuisisi lebih lanjut saham iCar Asia menunjukkan langkah CarSales meningkatkan portofolio strategisnya di bisnis otomotif online kawasan ASEAN yang memiliki pertumbuhan tinggi."
CEO iCar Asia Damon Rielly menambahkan, "Hubungan yang dimiliki oleh iCar Asia dan CarSales luar biasa. CarSales adalah pemimpin global untuk iklan baris otomotif dan membawa pengalaman dan pengetahuan yang luas ke bisnis kami. Investasi lebih lanjut di iCar Asia adalah testimonial kesuksesan yang dimiliki oleh tim iCar Asia sepanjang 12 bulan terakhir untuk memastikan posisi pemimpin pasar di setiap negara."
Terkait perolehan dana ini, Rielly menyebutkan, "Perusahaan akan menggunakan tambahan modal ini untuk memperkuat kondisi neraca keuangan untuk mendukung pengembangan yang berkelanjutan terhadap posisi pemimpin pasar (yang dimilikinya saat ini)."
Untuk lima properti online-nya di tiga negara, iCar Asia membukukan 4,5 juta pengunjung unik setiap bulannya. iCar Asia saat ini mengoperasikan mobil123 di Indonesia, Carlist.my dan LiveLifeDrive di Malaysia, dan Thaicar dan Autospinn di Thailand. Selain di iCar Asia, CarSales juga merupakan investor Catcha Group yang merupakan induk perusahaan iCar Asia. Dua layanan online di Indonesia yang dikelola oleh grup ini adalah Rumah123 dan Mobil123.
Langkah layanan penjualan otomotif online terbesar di Australia ini untuk berinvestasi ke kawasan Asia Tenggara yang masih memiliki pertumbuhan bisnis otomotif tinggi dirasa logis. Di Australia sendiri meskipun permintaan mobil mungkin tidak menurun, industri otomotif Australia terus terdesak karena tarif impor yang murah dan biaya pekerja yang lebih tinggi ketimbang di negara-negara Asia.
Baru-baru ini Toyota Australia mengumumkan penghentian operasional pabriknya di kawasan itu tahun 2017 dan merumahkan hingga 30.000 pekerja, mengikuti jejak Ford dan Holden yang telah melakukan hal serupa. Dengan banyaknya pekerjaan yang bakal hilang, daya beli masyarakat untuk membeli kendaraan bakal menurun.