1. Startup

CEO Indosat: Pasar Telekomunikasi Indonesia Mulai Jenuh

CEO Indosat, Harry Sasongko, mengemukakan pernyataan realistis bahwa pasar telekomunikasi Indonesia mulai jenuh. Melalui wawancaranya dengan WSJ, Sasongko (yang menjadi CEO Indosat sejak tahun 2009) mengungkapkan target kenaikan pendapatan industri telekomunikasi yang tadinya 15% telah diturunkan menjadi kurang dari 10%.

Dengan jumlah pelanggan secara total hampir mencapai 200 juta (penduduk Indonesia sendiri saat ini sekitar 240 juta jiwa), pertumbuhan pendapatan sebesar 20% yang sempat direngkuh beberapa waktu yang lalu tinggal menjadi kenangan. Tren ini tentu saja menjadi hal yang mahfum mengingat pasar Asia secara umum memang seperti itu, kecuali pasar India dan Vietnam. Sekarang ini yang sedang menggeliat dari tidur dan masih memiliki penetrasi ponsel yang rendah adalah kawasan Afrika.

Saat ini ARPU (Average Revenue Per User -- Pendapatan rata-rata tiap pengguna) yang diperoleh secara rata-rata di Indonesia adalah kurang dari $5 per bulan. Tiga tahun lalu, sejumlah operator masih membukukan angka ARPU $7 per bulan. Bulan lalu Indosat mengumumkan bahwa pendapatannya selama sembilan bulan hingga September 2011 hanya mengalami kenaikan 4% di angka 15.36 triliun ($1.7 miliar). Indosat saat ini masih merupakan operator terbesar kedua di Indonesia dari sisi pengguna, setelah awal November ini mencapai milestone 50 juta pengguna.

Dengan semakin berkurangnya penggunaan telepon dan SMS, saat ini operator mulai menggantungkan harapan pada paket data Internet. Sementara ini paket data Internet merupakan sumber pendapatan baru yang paling menguntungkan, setelah pasar aplikasi berhasil di-bypass oleh Apple dan Google sebagai pemilik platform smartphone terbesar.

Untuk Indosat (dan nampaknya juga berlaku untuk semua operator GSM), pendapatan dari data naik drastis sebesar 50% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pendapatan dari data baru menyumbang sekitar 10% dari total pendapatan. Dalam waktu beberapa tahun mendatang diprediksikan sharing paket data untuk total pendapatan operator bisa mencapai 15-20%.

Dengan penetrasi smartphone yang masih kecil, operator berusaha keras memutar otak untuk mengais pendapatan dari konsumen yang dalam jumlah besar hanya mengeluarkan kurang dari $10 setiap bulan untuk biaya telekomunikasi. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh operator selama ini adalah berusaha meningkatkan kepemilikan smartphone murah -- supaya lebih banyak lagi pengguna ponsel yang menggunakan paket datanya -- dan menawarkan paket data yang semakin fleksibel, bahkan hingga 50 cent dollar per harinya.

Inovasi memang menjadi kata kunci menghadapi persaingan ketat di bidang telekomunikasi sekarang ini. Buat saya pribadi, pemenang di persaingan paket data di Indonesia bukanlah yang berhasil menjual dengan harga paling murah, melainkan yang berhasil menawarkan kecepatan yang stabil (tidak harus super cepat) dan handal -- contohnya adalah coverage 3G yang luas dengan service level setidaknya mencapai 90%. Sudah bukan jamannya lagi jor-joran turun harga hampir setiap hari -- masih ingat perang harga beberapa tahun lalu? -- sementara kebutuhan masyarakat akan paket data Internet sudah mendekati kebutuhan primer.