Compact Luggage Strategy App, Inovasi untuk Dunia Penerbangan dari Mahasiswa Indonesia di Perancis
Berhasil menjadi finalis di kompetisi Fly Your Ideas yang diadakan Airbus dan UNESCO
Perusahaan pesawat Airbus beberapa waktu lalu mengumumkan pemenang dari ajang kompetisi global yang diadakannya bertajuk "Fly Your Ideas". Hal yang menarik dari kompetisi ini salah satu dari finalis adalah tim mahasiswa asal Indonesia. Dalam perlombaan yang diadakan dua tahunan ini, 350 karya dari seluruh dunia diadu.
Tim yang berisi mahasiswa Indonesia bernama PassEx mewakili Institut d’Administration des Enterprises IAE Toulouse, Perancis. Tim tersebut diketuai oleh Raisa Rico, seorang mahasiswi pascasarjana jurusan manajemen di kampus tersebut. Raisa ditemani dua rekannya dalam kompetisi ini, yakni Mukhtar Amin seorang mahasiswa pendidikan pascasarjana Teknik Penerbangan di ISAE Supaero dan Dicky Adhitya Dwiantoro seorang mahasiswa Global Navigation Satellite System di Ecole Nationale de l'Aviation Civile (ENAC).
"Tim PassEx ingin memperkenalkan kemampuan mahasiswa Indonesia di bidang teknologi kepada pelaku industri di Eropa agar Indonesia tidak hanya dikenal dengan budayanya tapi juga SDM yang unggul di bidang teknologi," ujar Raisa.
Solusi yang dikembangkan Raisa dan tim adalah Compact Luggage Strategy (CLS) Mobile App. Karyanya merupakan sistem boarding revolusioner yang menggunakan aplikasi ponsel real-time untuk menentukan status boarding masing-masing penumpang, termasuk menyesuaikan dengan ukuran barang bawaannya. CLS mencoba membantu mengatasi masalah penyimpanan di kompartemen atas kepala dengan mendistribusikan posisi penumpang di pesawat sesuai dengan ukuran barang bawaan masing-masing.
Raisa tertarik dengan bidang penerbangan karena dia percaya bahwa industri penerbangan dapat membantu menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dan memajukan daerah-daerah yang belum terjangkau oleh pemerintah. Begitu juga dengan Dicky dan Mukhtar. Keduanya menyukai bidang penerbangan karena mereka memiliki passion yang kuat di bidang satelit navigasi dan juga penerbangan. Di samping itu, Dicky menambahkan bahwa pasar industri satelit navigasi sedang meningkat drastis sehingga memungkinkan peluang karier di Eropa ke depannya.
Kompetisi yang juga diinisiasi berkat kerja sama dengan UNESCO ini menantang para finalis untuk menjawab salah satu dari tantangan yang dilombakan, yakni mengajukan solusi berkelanjutan seputar model bisnis alternatif, pengalaman terbang penumpang, dan operasional penerbangan. Para peserta berebut untuk meraih hadiah utama uang tunai senilai 30.000 euro atau senilai 435 juta rupiah.
Tim mahasiswa asal Indonesia tersebut akan bertanding pada laga final yang akan diadakan di Perancis berhadapan dengan finalis lain dari Australia, Perancis, Hong Kong, Nigeria, dan Inggris. Sesi final akan menghabiskan satu minggu di fasilitas Airbus ProtoSpace untuk mengembangkan purwarupa, menguji, serta memvisualisasikan ide mereka menggunakan perlengkapan canggih dengan dipandu oleh Airbus secara personal.
Pada akhir minggu mereka di Toulouse, para mahasiswa ini akan mempresentasikan proyek inovatif dan purwarupa mereka di depan sebuah panel yang terdiri atas sejumlah ahli Airbus dan tokoh-tokoh dunia penerbangan maupun akademisi.