Tujuh Startup Sektor Pariwisata Ikuti Program Akselerasi Digitaraya dan tiket.com
Startup terpilih berasal dari beberapa negara di Asia
Digitaraya dan tiket.com menggelar demo day untuk startup yang beririsan dengan industri pariwisata. Tujuh startup dari berbagai negara di Asia tercatat mengikuti akselerasi tersebut.
Tujuh startup yang mengikuti demo day tersebut adalah Bobobox (Indonesia), Frame a Trip (Indonesia), Hungry Hub (Thailand), Local Alike (Thailand), Zipevent (Thailand), Luxstay (Vietnam), dan ScoutMyTrip (India). Jumlah ini merupakan hasil kurasi puluhan startup yang mendaftar.
Demo day ini merupakan bagian rangkaian dari program akselerasi yang diusung Digitaraya dan tiket.com. Sejumlah pihak turut hadir dalam ajang itu, mulai dari regulator hingga venture capital.
"Kami berkomitmen untuk terus menghubungkan startup Indonesia dengan pemain global. Bersama tiket.com, kami beraharap program akselerasi ini dapat ikut berkontribusi mendorong industri pariwisata Indonesia lebih dikenal dunia," ujar Managing Director Digitaraya Nicole Yap.
Turut hadir dalam acara itu adalah Staf Ahli Kementerian Pariwisata Priyantono Rudito. Priyantono menyebut, program akselerasi tersebut diperlukan untuk merangsang pertumbuhan sektor pariwisata yang didorong penggunaan teknologi. Ia mengatakan hal itu selaras dengan rencana strategis Kemenpar yang menitikberatkan paradigma teknologi dalam menggenjot industri pariwisata lokal.
The Travel and Tourism Competitiveness Report 2017 menyebut digitalisasi dalam sektor penerbangan, pariwisata, dan perjalanan, dapat menciptakan nilai keekonomian mencapai $305 miliar dan menghasilkan manfaat senilai $700 miliar untuk konsumen dan masyarakat lebih luas.
Dalam laporan itu juga disebut bahwa daya saing pariwisata Indonesia menempati peringkat 42. Posisi ini di bawah negara tetangga di kawasan, seperti Singapura (13), Malaysia (26), dan Thailand (34).
Banyaknya destinasi wisata menarik, keragaman budaya, dan keterjangkauan biaya wisata, menjadi unggulan Indonesia. Namun laporan tersebut menggarisbawahi Indonesia masih lemah dalam pelestarian lingkungan, infrastruktur pendukung pariwisata, dan ketersediaan kamar hotel. Pemerintah sendiri menargetkan 20 juta pengunjung pada tahun ini.
Meski berasal dari beragam negara, startup yang terpilih dalam program akselerasi ini mengusung ide yang berpotensi menjawab kebutuhan industri pariwisata Indonesia.
"Mereka yang tidak bisa mengintegrasikan teknologi ke dalam industri pariwisata pasti akan tertinggal," ucap Priyantono.