eFishery Peroleh Pinjaman 500 Miliar Rupiah dari Bank DBS Indonesia
Pinjaman pertama bagi eFishery sejak didirikan pada 2013; akan digunakan untuk modal kerja
Startup aquatecheFishery dan Bank DBS Indonesia mengumumkan kerja sama dalam bentuk pinjaman jangka pendek (loan) senilai Rp500 miliar. Hal ini merupakan perdana bagi kedua perusahaan. Bagi DBS Indonesia ini adalah pinjaman pertama untuk sektor aquatech, sementara bagi eFishery adalah fasilitas pinjaman pertama dari bank sejak perusahaan didirikan pada 2013.
Terkait penyaluran pinjaman melalui platform fintech lending, DBS sudah bekerja sama dengan sejumlah startup lokal. Di antaranya bersama Zenius dengan komitmen 100 miliar Rupiah, kemudian limit joint financing dengan Kredivo senilai 2 triliun Rupiah.
Dalam konferensi pers yang digelar Jumat (7/10), Co-founder dan CEO eFishery Gibran Hufaizah mengucapkan rasa terima kasihnya atas kepercayaan Bank DBS Indonesia terhadap perusahaannya untuk menyalurkan pinjaman dana demi merealisasikan rencana strategisnya. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi revolusi sektor akuakultur dan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan dan udang di Indonesia.
“Dengan adanya dukungan ini, kami akan mengembangkan produk dan layanan kami ke kancah internasional dan memberikan dampak yang lebih besar lagi ke sektor pangan,” kata dia.
Director of Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia Kunardy Lie menyampaikan, pihaknya sangat senang bisa menyalurkan pinjaman modal kerja kepada eFishery yang sangat visioner dalam memanfaatkan inovasi teknologi untuk memodernisasi ekosistem akuakultur dengan berfokus pada tambak udang dan ikan.
“Komitmen Bank DBS Indonesia untuk bermitra dengan eFishery merupakan salah satu bentuk fokus kami untuk menumbuhkan industri ekonomi digital di Indonesia dan juga bagian dari keseriusan kami dalam mengelola bisnis dengan memerhatikan isu environment, social, dan governance (ESG),” ucap Kunardy.
Ditanya lebih jauh, pertimbangan eFishery mengambil dana pinjaman dari bank ketimbang menggalang dana dari modal ventura, alasannya karena dana dari bank bila dihitung untuk jangka panjang termasuk dana murah. Bila mengambil ekuitas, ada saham bernilai yang harus dilepas dari perusahaan buat investor. Yang mana, bila perusahaan bertumbuh dengan naik, untuk kembali membeli saham tersebut di kemudian hari, maka harga yang dikeluarkan lebih mahal daripada saat pertama dilepas.
Kondisi sebaliknya, bila menghitung dari pinjaman bank, justru biayanya lebih murah karena hanya melihat dari bunga yang harus dibayarkan. Terlebih itu, berhasil mendapat pinjaman dari bank membuktikan bahwa kini eFishery, sebagai startup aquatech berada diposisi yang berhasil dinilai bankable oleh bank. Baginya, saat ini eFishery berada dalam fase yang membutuhkan tidak hanya VC, tapi juga institusi finansial lain yang bisa mendukung bisnis bisa bertumbuh lebih cepat.
Gibran juga menginginkan eFishery ke depannya dapat menjadi perusahaan-perusahaan taipan yang kini menjadi pemimpin di industri, yang dalam proses awalnya mengandalkan institusi finansial dalam mengembangkan bisnis. “Sekarang kami berada di titik yang mature, skala bisnisnya besar, profit terlihat, risiko lebih mature, sehingga kita bisa tumbuhkan revenue di market yang predictable buat kita. Ini juga jadi bukti sebagai company yang dirasa sudah matang.”
Ambisi eFishery cukup besar dalam mengembangkan solusi aquatech-nya ke pasar global. Perusahaan mengincar ekspansi ke India, lalu secara bertahap ke Tiongkok atau Vietnam. Menurut Gibran, solusi yang dikembangkan eFishery ternyata lebih kompetitif dibandingkan yang sudah ada di pasar Tiongkok atau India. Kondisi tersebut sukses membuat kepercayaan diri eFishery bisa mereplikasi kisah suksesnya di Indonesia ke negara ekspansi selanjutnya cukup tinggi.
“Kalau ini bisa berjalan ini bisa jadi bersejarah karena biasanya perusahaan dari sana yang masuk ke Indonesia. Kita cukup ambisius bisa sukses di Indonesia, menciptakan kisah sukses sembilan tahun eFishery di Indonesia bisa dicapai dalam tiga tahun di India. Sebenarnya kita ada 10 negara yang ingin dimasuki dalam lima tahun ini, tapi Tiongkok dan Vietnam sudah pasti lebih dulu.”
Dukungan Bank DBS Indonesia untuk startup
Kunardy melanjutkan dalam proses mitigasi risiko, perusahaan sudah menilai berbagai aspek sebelum memberi pinjaman kepada perusahaan manapun, termasuk eFishery. Dari segi risiko, industri aquatech memang tidak lepas dari risiko, yang paling utamanya adalah risiko penyakit.
Namun dari sisi eFishery, mereka dapat menyeimbangkan risiko tersebut dengan data-data pendukung untuk mencegah terjadinya penyakit. Di antaranya, menyediakan platform eFarm untuk petambak udang yang di dalamnya tersedia disease prevention system. Fitur tersebut berisi program pencegahan wabah penyakit pada tambak udang dan solusi pengaturan kualitas air yang efektif serta ramah lingkungan dengan berbasis teknologi.
Budidaya udang terkenal menjanjikan namun lebih rentan penyakit, makanya fitur-fitur di eFarm lebih kompleks daripada solusi eFishery untuk ikan. “eFishery bisa menjembatani risk appetite perbankan dengan menyediakan data-data untuk bisa mengurangi risiko dalam bisnisnya. Hal ini yang bisa memberikan kami kenyamanan sebagai bank untuk menyalurkan kredit,” ucap Kunardy.
Sebagai catatan, pemberian pinjaman kepada startup digital sebenarnya bukan pertama kali bagi Bank DBS Indonesia. Sebelumnya, perbankan telah menyalurkan pinjaman untuk online travel agent (OTA) dan Broom, startup penyedia platform bisnis showroom.
“Dalam menyalurkan pinjaman kita selalu lihat dari berbagai sisi, kebetulan banyak startup yang masih cetak loss. Meski loss, kita tetap berikan karena kita lihat potensi ke depannya. Apakah startup ini sudah menggurita di komunitasnya dan bisa berikan pengaruh. Kita bisa bantu mereka untuk terus grow.”
Sampai tutup tahun ini, Bank DBS Indonesia akan menyalurkan dua pinjaman untuk startup. Meski tidak bisa disebutkan identitasnya, namun startup tersebut satu bergerak sebagai superapp dan satu lagi di OTA. “Yang pertama, pinjamannya senilai Rp1,4 triliun dan satunya lagi sekitar Rp200 miliar.”
Adapun pinjaman khusus ESG, eFishery masuk sebagai startup pertama dalam outstanding pinjaman di Bank DBS Indonesia. Sudah ada beberapa inisiatif yang dilakukan perbankan, salah satunya pinjaman untuk anak usaha Indika Energy, yakni PT Jaya Bumi Paser sebesar $275 juta. Perusahaan ini bergerak di energi terbarukan berbasis biomassa.