1. Startup

Generasi Millennial Indonesia dan Pendekatan Mobile untuk Memajukan Tanah Air

Generasi millennial Indonesia cenderung tertarik dengan isu aktivitas sosial, sosial ekonomi, dan edukasi

Sebagai negara dengan yang kerap mendapatkan gelar mobile first, ada banyak inovasi teknologi yang telah hadir di Indonesia dan kebanyakan hadir dengan ketersediaan mobile. Dengan jumlah penduduk yang masif, Indonesia juga dianggap memiliki potensi besar untuk tumbuh menjadi negara dengan kekuatan di bidang teknologi dan generasi millennial selalu dikaitkan sebagai roda penggerak inovasi.

Pesatnya laju perkembangan teknologi tak perlu diragukan lagi telah membawa perubahan drastis dalam gaya hidup kebanyakan masyarakat secara umum. Yang kerap menjadi sorotan dalam perubahan ini adalah yang saat ini berusia produktif, 15-35 tahun, yang kerap mendapat sebutan sebagai generasi millennial. Banyak pihak menganggap, dengan memahami perilaku generasi ini dapat membantu perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan cepatnya perubahan teknologi dan inovasinya.

Dengan jumlah penduduk yang masif, mencapai lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia pun menjadi salah satu negara yang memiliki populasi penduduk di usia produktif cukup besar. Diperkirakan proposi usia produktif di Indonesia akan terus meningkat mencapai 68,1 persen pada 2028 sampai 2031.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang dapat mendorong mereka untuk dapat menghadirkan inovasi, khususnya di tengah-tengah pesatnya laju perkembangan teknologi saat ini?

Strategic Brand Advisor Ooredoo South East Asia Erik Meijer mengatakan, “Kami [dari Ooredoo] telah melakukan banyak riset untuk memahami apa yang diinginkan generasi millennial, termasuk di Indonesia, dengan responden sekitar 1500 orang, untuk mencari tahu apa yang dapat mendorong dan menginspirasi mereka dewasa ini.”

“[Kami menemukan] Masyarakat Indonesia [generasi millennial] tertarik melakukan aktivitas sosial, isu social ekonomi—karena tiap orang ingin kehidupan yang lebih baik, dan edukasi. […] Dalam riset ini, masyarakat Indonesia pun percaya ada potensi di sektor sosial ekonomi dan ICT yang masih bisa tercipta. [Ditemukan juga] Indonesia juga saat ini berada di titik kritis dari suatu evolusi digital,” lanjutnya.

Erik juga mengungkapkan bahwa 80 persen masyarakat Indonesia gemar menghabiskan waktu rata-rata dua jam per hari dengan perangkat mobile mereka. Ditemukan juga bahwa 82 persen pengguna smartphone memiliki aplikasi media sosial terpasang dalam perangkatnya.

Yang menarik 95 persen masyarakat Indonesia percaya bahwa teknologi adalah dasar dari pemikiran modern dan fungsional masyarakat. Juga ditemukan bahwa 68 persen masyarakat yakin bahwa internet dapat membantu mereka memiliki pencapaian lebih banyak di hari biasa. Sedangkan 98 persen masyarakat menyebutkan mereka ingin menggunakan internet untuk meningkatkan pengetahuan mereka.

Dari data tersebut bisa dilihat bahwa masyarakat Indonesia memiliki sikap yang terbuka terhadap teknologi baru dan ingin memanfaatkannya secara maksimal. Mau tidak mau, harus diakui juga bahwa Indonesia tengah mengalami pergeseran teknologi ke perangkat mobile, yang tahun lalu mencapai 112 persen menurut data We Are Social.

Erik pun menyebutkan, dari sisi Indosat dan Ooredoo, mereka telah mulai melakukan pendekatan mobile dengan meluncurkan produk mobile first. Dompetku adalah salah satu contohnya. Selain itu, masih ada Ideabox dan Indosat Wireless Inovation Contest (IWIC) yang juga menjadi saluran lain Indosat untuk melakukan pendekatan mobile.

Erik mengatakan, “Kami ingin generasi millennial Indonesia tidak hanya berpikir tentang mobile first [mengkonsumsi], tetapi juga ingin menggunakannya dengan maksimal untuk bantu menumbuhkan negara [Indonesia] itu sendiri.”