1. Startup

Giliran Kredivo Dikabarkan Jajaki SPAC; Menanti Pembuktian “Go-Public” Raksasa Teknologi Indonesia

Sejauh ini sudah ada beberapa startup yang utarakan keinginan go-public, beberapa di antaranya pakai kendaraan SPAC

Perusahaan fintech paylater Kredivo dikabarkan sedang mempertimbangkan opsi go-public di bursa New York melalui SPAC. Rencananya perusahaan akan menggandeng salah satu unit Victory Park Capital, perusahaan investasi yang juga memberikan fasilitas debt funding kepada Kredivo senilai $100 juta pada November 2020 lalu.

Kabar ini pertama kali diberitakan oleh DealStreetAsia. Ketika kami hubungi, eksekutif Kredivo enggan memberikan komentar terkait rumor tersebut.

Dari putaran pendanaan yang ada, saat ini estimasi valuasi Kredivo menyentuh angka $500 juta. Investor Kredivo termasuk Singtel Innov8, Telkomsel Mitra Inovasi, MDI Ventures, Cathay Innovation, DST Partners, dan Kejora Intervest.

Sementara perusahaan cek kosong yang akan digandeng ditaksirkan memiliki nilai hingga $255 juta.

Rencana go-public terus bergulir

Belum lama berselang, rencana go-public Tiket.com kembali mengemuka. Perusahaan yang kini telah bervaluasi lebih dari $1 miliar tersebut dikabarkan juga mempertimbangkan SPAC untuk menjadi kendaraannya melantai ke bursa saham. Rumornya mereka akan menggandeng perusahaan cek kosong COVA Acquisition Corp. (COVA), membentuk gabungan perusahaan bernilai lebih dari $2 miliar.

Selain itu, dalam sebuah keterangan yang dikutip Kumparan, CEO GoTo Andre Soelistyo mengatakan perusahaan gabungan Gojek-Tokopedia juga ditargetkan bisa melantai ke bursa sebelum akhir tahun 2021.

Dan seperti diketahui sebelumnya, unicorn lain Traveloka dan Bukalapak juga sudah dikabarkan mulai menjajaki opsi go-public dengan kendaraan SPAC.

Popularitas SPAC muncul akibat proses IPO konvensional dinilai lebih rumit, mahal, dan memakan waktu lebih banyak bagi startup teknologi. Di Amerika Serikat, tahun 2020 menjadi momentum pertumbuhan signifikan go-public lewat kendaraan cek kosong. Ada lebih dari 200 SPAC mengumpulkan sekitar $799 miliar.

Kendati demikian, saat ini terlihat adanya penurunan harga SPAC dan minat investor institusi untuk masuk ke PIPE; berkemungkinan para startup berpikir ulang untuk go-public lewat mekanisme ini.

Partner Withersworldwide Joel Shen berpendapat, kebangkitan popularitas SPAC dapat dikaitkan dengan suku bunga rendah, likuiditas yang melimpah di pasar karena stimulus dari sistem bank sentral AS, dan peningkatan jumlah target akuisisi, terutama di bidang teknologi.

Menanti pembuktian

Rencana masih sekadar rencana, bahkan perusahaan-perusahaan di atas belum mau secara terang-terangan membicarakan atau mengakui tentang SPAC tersebut. Beberapa memang sudah memberikan sinyal untuk segera melakukan IPO.

Jika para startup pemimpin pasar tersebut bisa berhasil dengan SPAC, ini akan menjadi barometer sekaligus tolok ukur yang baik untuk ekosistem. Salah satunya terkait penerimaan perusahaan di bursa asing, kendati bisnisnya fokus di pasar lokal [regional].

Dalam analisisnya, Gabriel Li selaku pakar dari Withers KhattarWong Singapura mengatakan, saat ini pasar publik [global] telah memperlihatkan keinginan untuk berinvestasi di startup teknologi Asia Tenggara. Kesuksesan Sea Group membawa bisnis e-commerce, video game, dan pembayaran dikatakan menjadi salah satu pemicu awal. Investasi di perusahaan Asia Tenggara atau Indonesia dipandang akan menjadi pelengkap bagi sebagian besar investor.

Investor di pasar modal, pemerintah, bahkan masyarakat secara umum kini menantikan langkah konkret para raksasa teknologi dalam melantai ke bursa. Harapannya, melangkah dengan kehati-hatian, para startup lokal dapat benar-benar memberikan performa terbaik sehingga dapat dijadikan percontohan yang luar biasa bagi inovator-inovator yang tengah merangkak ke arah yang sama.

Pasar modal di Indonesia

Mendengar kabar bahwa para unicorn berencana melangsungkan penawaran publik, Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak tinggal diam. Berbagai penyesuaian dilakukan sebagai "bujukan" agar para perusahaan teknologi lokal turut mempertimbangkan IPO di dalam negeri.

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi sempat mengatakan beberapa poin penyesuaian yang dihimpun dari perbincangan dengan para pemain industri. Di antaranya terkait opsi masuk ke papan utama, perluasan klasifikasi sub-sektor, dan terkait hak founder melakukan dual class share.

More Coverage:

Dual listing juga digadang-gadang dapat menjadi opsi bagi para startup, karena tidak dimungkiri bahwa investor dari bursa Amerika Serikat menghubungkan perusahaan untuk merangkul kalangan investor yang lebih luas. Di sisi lain, IPO di bursa lokal akan membuat pasar di Indonesia bergairah, sembari sebagai perwujudan nasionalisme.

Menurut keterangan Komisaris BEI Pandu Sjahrir, seperti dikutip Tempo, saat ini sudah ada tiga unicorn yang mendaftar ke bursa lokal, kendati tidak disebut detail nama-namanya.

-

Gambar Header: Depositphotos.com