1. Startup

Pengembang Biogas "Gree Energy" Peroleh Investasi 50 Miliar Rupiah dari Earthcare Group

Merupakan investasi tambahan dari putaran pra-seri A sebesar $250 ribu yang diperoleh Mei 2022

Gree Energy, perusahaan pengembang biogas ke energi asal Indonesia, mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A senilai $3,2 juta atau sebesar 49,9 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Earthcare Group, catalytic investor berbasis di Hong Kong.

Putaran ini merupakan investasi tambahan dari pendanaan pra-seri A sebesar $250 ribu oleh Water Unite Impact pada Mei 2022. Bila ditotal, Gree Energy telah mengantongi dana sebesar $3,45 juta atau sekitar 53,8 miliar Rupiah.

"Visi Gree untuk mengurangi polusi di sektor pertanian dan pangan, dan untuk menggantikan energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil adalah kunci mitigasi perubahan iklim, dan sangat sejalan dengan tujuan Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sebesar 43% pada 2030,” kata Co-Head of Investment Earthcare Group Andre Barlian, seperti dikutip dari situs resmi Gree Energy pada Rabu (21/12).

Ia melanjutkan, perusahaan memiliki pendekatan holistik unik yang memungkinkan mereka menghasilkan aliran pendapatan yang terdiversifikasi dengan sedikit biaya tambahan. "Model bisnis Gree juga sangat dapat direplikasi di sebagian besar ekonomi berbasis pertanian dengan permintaan energi yang terus meningkat, yang terjadi di sebagian besar wilayah Selatan Global. Potensi pertumbuhannya luar biasa," tambahnya.

Solusi Gree Energy

Didirikan pada 2013, Gree Energy adalah perusahaan yang mendekarbonisasi pengolah makanan di negara berkembang dengan mengubah air limbah mereka menjadi biogas. Adapun, biogas ini digunakan untuk menghasilkan energi, panas, bio-CNG, air bersih, pupuk organik, dan dapat dijual sebagai kredit karbon, sehingga layak secara finansial dengan membuka akses ke pasar kredit karbon, keuangan hijau, dan pasar energi terbarukan.

Salah satu contoh proyek Gree yang berhasil adalah Hamparan di Lampung. Disebutkan, proyek yang sudah berjalan sejak Desember 2022 tersebut telah mengurangi lebih dari 30.000 emisi CO2eq setiap tahunnya, menghasilkan hampir 10 GWh energi bersih, dan andal per tahun untuk 19 desa di sana. Proyek ini memperlihatkan bukti potensi skala model dampak Gree untuk berkontribusi terhadap dekarbonisasi industri makanan di negara-negara berkembang.

Perusahaan mengestimasi ada lebih dari 1.350 pengolah makanan di Indonesia menghasilkan lebih banyak polusi air daripada populasi 185 juta. Pengolah makanan ini mengeluarkan 50 juta ton emisi CO2eq per tahun, setara dengan mengeluarkan sepulih juta mobil di jalan setiap tahun.

Secara paralel, pada 2030 mendatang, Indonesia menargetkan untuk meningkatkan porsi listrik terbarukan dari 13,5% pada 2021 menjadi 34% dan mengurangi emisi karbon hingga hampir 32% dengan upaya sendiri (43,2% dengan bantuan internasional).

Biogas adalah salah satu landasan utama untuk mengatasi tantangan kembar ini. Untuk memanfaatkan potensi biogas Indonesia, diestimasi membutuhkan investasi lebih dari $2 miliar untuk fasilitas pengolahan air limbah biogas. Ini akan membuka investasi lebih dari $3 miliar dalam pengembangan aset energi biogas terdistribusi.

Menurut Gree Energy, biogas adalah teknologi yang telah terbukti memenuhi bauran energi terbarukan Indonesia, tetapi peluang untuk membuka potensi penuhnya belum dimanfaatkan sepenuhnya.

Model dampak Gree berada di posisi yang tepat untuk menangkap peluang tersebut di Indonesia dan mereplikasinya di pasar negara berkembang lainnya yang perlu memenuhi permintaan energi yang terus meningkat sambil mendekarbonisasi dan mengolah air limbah industri dengan benar.

Gree Energy mengadopsi metrik lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang terukur dan dapat diverifikasi secara independen untuk melaporkan aktivitas, hasil, dan dampak secara transparan. Perusahaan telah tersertifikasi B-Corp yang berkomitmen untuk memenuhi standar kinerja sosial dan lingkungan terverifikasi tertinggi.