1. Startup

Indonesia Negara dengan Penetrasi Perangkat Lunak Adblocking Tertinggi

Berdasarkan laporan PageFair yang berjudul PageFair 2016 Mobile Adblocking Report

Ada geliat pertumbuhan di sektor adblocking untuk perangkat mobile. Hal ini yang coba ditunjukkan PageFair dalam sebuah laporan bertajuk "PageFair 2016 Mobile Adblocking Report". Dalam laporan tersebut terdapat data bahwa adopsi untuk adblocking di perangkat mobile terus mengalami pertumbuhan, baik itu penggunaan aplikasi maupun browser.

Dari data yang dipaparkan PageFair ada lonjakan signifikan penggunaan adblocking di perangkat mobile sejak Januari tahun lalu. Terutama yang menggunakan browser yang dilengkapi fitur adblock seperti UC Browser maupun Adblock Browser for Android.

Secara keseluruhan tercatat ada kurang lebih 419 juga pengguna perangkan mobile yang memasang perangkat lunak untuk memblokir iklan, baik itu browser maupun aplikasi http proxy. Untuk kawasan Asia, Tiongkok,  India dan Indonesia berurutan menjadi peringkat pertama, kedua dan ketiga dengan masing-masing pengguna mencapai 159, 122, dan 38 juta pengguna aktif. Indonesia sendiri jauh mengungguli negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina dalam hal ini. Ini menarik, sebegitu kesalkah pengguna internet Indonesia dengan iklan-iklan tersebut? Sebab pada bab berbeda dalam laporan tersebut disebutkan Indonesia adalah negara dengan tingkat pertumbuhan penggunaan browser dengan adblocking paling tinggi.

Jika pada Januari 2015 tercatat hanya 21% pengguna perangkat mobile yang menggunakan browser dengan adblocking, di awal tahun ini angkanya pencapai 61%. Dan angka tersebut pun masih diprediksi akan semakin meroket. Sekali lagi sebegitu kesalkah pengguna internet Indonesia dengan iklan digital?

Pertumbuhan penggunaan perangkat lunak untuk memblokir iklan ini bisa digambarkan sebagai potensi bahwa market adblocking cukup besar, terutama di Asia dan khususnya Indonesia. Tapi jika jika dilihat dari sisi penerbit iklan, ini adalah hal yang cukup mengganggu. Artinya para penerbit iklan harus mencari formula lain untuk bisa tetap menjaga industri periklanan. Jika dilihat dari tetumbuhan yang cukup masif untuk pengguna di Indonesia mungkin mereka merasa terganggu dengan iklan. Sesuatu permasalahan yang harus segera diselesaikan oleh para penerbit iklan.

Di Indonesia beberapa tahun belakangan ( bahkan sampai sekarang) masih ramai diperbincangkan bagaimana salah satu ISP melakukan praktik yang dianggap “curang” dengan melakukan injeksi script yang bisa menampilkan iklan milik ISP tersebut ke setiap halaman situs yang dibuka penggunanya. Mungkin itu salah satunya penggunaan adblocker di Indonesia cukup tinggi.

Di Akhir laporan PageFair mengutip beberapa komentar dari para penerbit iklan, salah satunya CEO International Federation of Periodical Publishers (FIPP) Chris Llewellyn. Dalam kutipan tersebut Chirs berujar, “Adblocking merupakan isu yang sangat penting yang dihadapi semua pencipta konten digital. Memblokir adblocker titik keterlibatan dengan website adalah pilihan dalam jangka pendek, namun untuk jangka panjang solusinya mungkin terletak dalam iklan yang bergerak dari kekacauan, dari penjualan berbasis CPM menuju solusi premium.”