1. Startup

Kekuatan Orang Baik, Kunci Tenarnya Platform "Social Crowdfunding"

Hampir seluruh platform menggelar proyek penggalangan dana untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19

Jaga jarak fisik akibat pandemi yang masih berlangsung, di satu sisi menjadi suatu 'berkah' buat pemain platform social crowdfunding. Selain lonjakan traffic yang tinggi, brand awareness mereka juga semakin dikenal di khalayak luas.

Pandemi yang merugikan banyak lapisan masyarakat, tak lantas mengurangi rasa solidaritas sosial. Justru kohesi sosial terbangun dengan kuat. Ini tercermin dari berbagai proyek penggalangan dana yang makin kencang diinisiasi oleh berbagai pihak.

Tak terhitung berapa banyak proyek penggalangan dana yang terjadi khusus untuk membantu sesama. Keberadaan platform online, dalam waktu singkat membantu lebih cepatnya dana terkumpul dalam jumlah yang fantastis.

Donasi yang digalang masyarakat adalah bentuk dari kekuatan orang-orang baik (good people's power). Mereka terfasilitasi dengan kemudahan teknologi, dari internet, media sosial, dan smartphone.

Social crowdfunding

Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang Sugeng Winarno menerangkan, sikap kesetiakawanan masyarakat merupakan perwujudan jiwa altruisme. Ia adalah sikap meninggalkan kepentingan diri sendiri demi memenuhi kepentingan orang lain.

Solidaritas sosial terbangun dengan baik melalui maraknya orang yang memberikan donasi lewat beragam cara. Dia melihat wabah corona ini bermakna sebagai musibah kolektif yang mampu membangun rasa kebersamaan.

"Spirit good people's power juga tumbuh melalui donasi yang digalang oleh sejumlah media massa. Beberapa media mengadakan penggalangan dana (filantropi) lewat beragam tajuk seperti Pundi Amal, Jalinan Kasih, Dompet Amal, dan judul lainnya. Kegiatan yang difasilitasi media sangat strategis mengingat media massa punya khalayak yang banyak," ujarnya.

Fenomena donasi digital yang sedang marak ini sebenarnya adalah penjelasan dari konsep virtual Conspicuous Donation Behaviour (CDB). Ini adalah fenomena yang digalakkan melalui media sosial, terutama di kalangan muda. Konsep ini terserap beriringan dengan tren dan gaya hidup mereka di dunia teknologi informasi.

Salah satu pemain social crowdfunding lokal, Kitabisa, tercatat memiliki berbagai program donasi untuk menanggulangi bersama-sama pandemi. Mereka sedang menggalang dana yang diinisiasi sendiri.

Proyek tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari Rp21 miliar dan proyek tersebut belum ditutup hingga tulisan ini dimuat. Proyek lainnya yang diinisiasi oleh penggalang dari institusi atau perseorangan juga terus berlangsung melalui Kitabisa.

Menurut SimilarWeb, situs Kitabisa mengalami lonjakan traffic yang signifikan pada Maret 2020 sebanyak 3,5 juta kali kunjungan. Dibandingkan satu bulan sebelumnya sebanyak 2,1 juta kali. Menariknya kunjungan tersebut datang langsung (direct) sebanyak 47,28%, mesin pencari (search) 25,24%, dan media sosial 23,64%.

Melalui pencarian langsung, mayoritas datang secara organik 97,29%, anorganik (berbayar) 2,71%. Kalau melihat dari media sosial, Facebook jadi kontributor utama 45,38%, YouTube 22,23%, Twitter 19,3%, dan Instagram 11,91%.

Boleh saja, jika startup ini bisa mengklaim diri sebagai pemain social crowdfunding terbesar di Indonesia. Secara jaringan, Kitabisa memperluas kehadirannya berbagai platform di Gojek (untuk GoGive), Dana, LinkAja, Tokopedia, dan Shopee. Pun dari nominal donasi semakin terjangkau dimulai dari Rp10 ribu saja.

Di kesempatan sebelumnya, Co-Founder dan CEO Kitabisa Alfatih Timur menyebut partisipasi masyarakat dalam bergotong-royong melakukan donasi digital kian hari semakin menunjukkan tren yang terus meningkat. Terbukti hingga 2019, sudah lebih dari 2,5 juta orang yang menggunakan platform Kitabisa untuk berdonasi secara digital.

Platform sejenis lainnya

Di luar Kitabisa, banyak pemain sejenis yang ikut mewarnai di segmen ini. Mereka sama-sama ingin menularkan kemudahan berdonasi secara online melalui berbagai platform dengan menggaet berbagai pihak sebagai penggalang dana.

Sudah didukung pula dengan berbagai metode pembayaran, dengan menggaet para pemain e-money tersohor dan minimal donasi yang terjangkau. Berikut nama-namanya:

  1. BenihBaik: diusung pada akhir tahun lalu oleh jurnalis senior Andy F Noya sebagai salah satu co-founder. Startup ini fokus pada pemberian bantuan untuk kegiatan sosial dan usaha yang berkaitan dengan kewirausahaan.

BenihBaik menyediakan opsi pembayaran dengan aplikasi e-money populer dan hadir di platform e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee.

  1. WeCare.id: memfokuskan diri khusus penggalanan dana bantuan kesehatan. Startup ini didirikan sejak lima tahun lalu oleh dr. Mesty Ariotedjo sebagai salah satu co-founder-nya.

Selain donasi online, startup ini membuat layanan Sehati yakni donasi rutin setiap bulannya sebagai pasien yang membutuhkan. Tak hanya donasi, donatur dapat merasakan manfaat untuk menjaga kesehatannya seperti kunjungan dokter gratis.

  1. Ayopeduli.id, derma.id, YukBantu.com, IndoGiving, PeduliSehat dan masih banyak lagi platform social crowdfunding yang beroperasi di Indonesia.

  2. Baznas, Dompet Dhuafa, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Lazismu, Rumah Zakat, NU Care, PKPU Human Initiatives, dan Unicef Indonesia merupakan beberapa yayasan/lembaga yang sengaja dibentuk untuk menyalurkan bantuan berupa zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dan dana sosial lainnya melalui program pemberdayaan masyarakat.

Rata-rata mereka semua sudah hadir dalam platform digital dan bekerja sama dengan pemain digital dari e-money dan e-commerce agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.

  1. KoinDonasi: ini adalah situs yang sengaja yang dibuat oleh KoinWorks untuk menggalang dana proyek "Indonesia Pasti Bisa". Itu adalah proyek East Ventures bersama portofolio startupnya untuk produksi alat tes Corona. Selain KoinWorks, penggalangan juga dilakukan oleh Komunal, StockBit, dan situs Indonesia Pasti Bisa.

Belum ada pertimbangan untuk menjadikan KoinDonasi sebagai produk baru perusahaan. Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyebutkan, "Kalaupun [jadi produk baru], saya rasa hanya case by case kalau ada bencana."

Landasan hukum

Berbeda dengan equity crowdfunding, regulasi platform social crowdfunding diatur Kementerian Sosial. Kitabisa mengaku sudah memiliki izin PUB (Pengumpulan Uang dan Barang) untuk kategori umum dan bencana alam.

WeCare dan BenihBaik pun senada. WeCare bergerak sebagai yayasan, dengan nama resmi Yayasan Pelita Cakrawala Inspirasi. Begitupun BenihBaik, di bawah Yayasan Benih Baik Indonesia.

Yayasan dengan kegiatan pengumpulan uang berada di bawah aturan UU Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang juncto PP Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan junctis Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia.