1. Startup

GrabTaxi, Didi Kuaidi, Lyft, dan Ola Jalin Kemitraan Ridesharing Global

Konsumen Indonesia cukup menggunakan satu aplikasi untuk kebutuhan transportasi empat layanan tersebut

GrabTaxi, Didi Kuaidi, Lyft, dan Ola hari ini mengumumkan kerja sama strategis yang memperluas perjanjian global berbagi kendaraan (ridesharing) yang dijalin oleh Lyft dan Didi Kuaidi pada bulan September lalu. Keempat perusahaan tersebut sebelumnya telah memiliki basis yang cukup kuat di wilayah Asia Tenggara, India, Cina, dan Amerika. Jika digabungkan maka potensi pasar yang dapat dirangkul hampir 50 persen total populasi dunia. Keluaran hasil kerja sama ini ditargetkan dimulai pada kuartal pertama 2016.

Dampaknya bagi konsumen atau wisatawan internasional, mereka dapat mengakses kendaraan lokal on-demand tanpa hambatan  dengan menggunakan aplikasi serupa yang mereka gunakan di negara asalnya. Setiap perusahaan akan menangani pemetaan, pembuatan rute, dan pembayaran melalui API (Application Program Interface) yang aman, demi memberikan pengalaman global terbaik bagi ratusan juta wisatawan yang bepergian lintas negara.

Simpelnya, konsumen Indonesia yang sudah memiliki aplikasi GrabTaxi, mereka tidak perlu lagi mengunduh aplikasi baru saat bepergian ke Tiongkok, India, atau Amerika Serikat.

CEO GrabTaxi Anthony Tan dalam pernyataannya menyebutkan:

“Kami bangga menawarkan layanan transportasi di Asia Tenggara kepada pengguna Lyft, Didi, dan Ola, di mana perbedaan bahasa, budaya, dan kebiasaan sosial bisa menjadi tantangan tersendiri bagi wisatawan asing. Di bawah payung ini, kami melihat banyak kesempatan untuk berbagi ide dan praktik terbaik, mulai dari inovasi produk hingga dukungan pengemudi, pengembangan teknologi serta pendekatan dalam mengelola operasi lokal dalam perusahaan yang tumbuh pesat."

Secara keseluruhan keempat perusahaan telah mengumpulkan dana investasi sebesar lebih dari 7 miliar dollar. Kerja sama ini cenderung menjadi konsolidasi perusahaan yang berkompetitor secara langsung dengan Uber. Uber sendiri telah tersedia di 67 negara, per Desember 2015, dan konsumennya cukup menggunakan satu aplikasi untuk memenuhi kebutuhan transportasinya.

CEO Didi Kuaidi Cheng Wei mengatakan:

"Dengan Didi Kuaidi mengkonsolidasikan kepemimpinan pasar di seluruh vertikal utama, kami kini fokus pada penerapan sarana big data yang lebih baik untuk lebih lanjut mengembangkan produk inovasi serta meningkatkan pengalaman para penggunanya. Ini merupakan sebuah kemenangan dalam keragaman dan daya hidup industri berbagi kendaraan secara global."

Kerja sama internasional ini dijalin bukan tanpa alasan. Masing-masing perusahaan memiliki kekuatan di setiap wilayah kerjanya. GrabTaxi memiliki banyak pengaruh di Asia Tenggara. Tercatat pemesanan harian GrabTaxi di enam negara basis kerjanya mencapai 1,5 juta transaksi, sedangkan statistik Didi setiap hari rata-rata memiliki 7 juta transaksi. Demikian pula signifikansi Lyft di Amerika Serikat dan Ola di India.

Dampak yang seharusnya terasa ialah pengalaman pengguna untuk mendapatkan jasa transportasi dengan cara yang sama dengan kultur yang telah dibangun oleh empat perusahaan di masing-masing negara.