Kiat CEO Sepulsa, dari Programmer Menjadi Founder
Diskusi mingguan #SelasaStartup bersama Co-Founder & CEO Sepulsa Ananto Wibisono
Di era perkembangan teknologi seperti saat ini, profesi programmer banyak sekali dibutuhkan oleh bisnis, baik di tingkat korporasi maupun startup. Mungkin sering mendengar juga kabar, sebagian perusahaan bahkan berinvestasi mahal dengan membayar gaji dengan jumlah yang luar biasa untuk seorang programmer. Peranannya sangat kunci, dalam pengembangan produk atau sistem dalam bisnis digital.
Selain bisa mendapatkan jenjang karier yang cukup menawan, dengan memiliki kemampuan programmer juga dinilai dapat menjadi fondasi yang kuat untuk membangun usaha rintisan. Salah satunya seperti diungkapkan oleh Co-Founder & CEO Sepulsa Ananto Wibisono dalam sesi presentasinya di acara diskusi mingguan DailySocial #SelasaStartup. Ananto sendiri dulunya dikenal sebagai programmer.
Di presentasinya, Ananto banyak memaparkan bahwa kemungkinan seorang programmer menjadi pendiri startup sangat mungkin, mengingat produk berbasis teknologi menjadi basis utama sebuah startup digital. Ananto juga memaparkan beberapa tips bagi para programmer yang akan mempersiapkan diri untuk menjadi pendiri startup, berikut ulasannya:
Mendapatkan pengarahan dari mentor
Kendati startup digital memang didasari dari sebuah produk teknologi, namun memiliki pemahaman menyeluruh tentang startup itu sendiri menjadi sebuah keharusan. Cara paling efektif ialah dengan memilih dan mendapatkan mentor yang tepat untuk memberikan nasihat atau gambaran umum tentang kiat memulai bisnis. DNA bisnis startup memang teknologi, namun banyak aspek lain yang perlu menyokong, misalnya dari sisi permodalan, bisnis, pemasaran dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu, dari sisi soft-skill juga perlu berbagai penyesuaian, terlebih saat seseorang tersebut akan memimpin langsung usaha rintisan yang didirikan. Ada banyak aspek non-teknis yang harus disiasati untuk mampu menggerakkan laju sebuah tim.
Memahami berbagai bidang kerja
Memimpin sebuah bisnis tidak hanya dibutuhkan kemampuan teknis memprogram saja. Lebih dari itu perlu sedikit demi sedikit memahami bidang kerja lain, misalnya di bagian pengembangan bisnis, operasional bahkan sumber daya manusia. Menjadi pendiri sekaligus CEO menurut Ananto harus mampu menyusun strategi dari beragam aspek bisnis. Jadi pemahaman secara menyeluruh perlu dipahami sebelum benar-benar memutuskan memulai bisnis.
Membangun budaya tim
Budaya tim menjadi aspek pertama yang wajib diprioritaskan ketika startup sudah dimulai. Karena hal ini akan berpengaruh langsung pada kekuatan dan performa tim. Dengan gaya berpikir yang sistematis, idealnya mantan programmer dapat menyajikan budaya kerja yang lebih efektif dan transparan. Pun demikian dalam optimasi teknologi dalam produktivitas bisnis.
"Jika ingin memiliki perusahaan teknologi, sebaiknya memulai menggunakan teknologi sebagai sistem membangun budaya di perusahaan tersebut,” ungkap Ananto.
Sebagai pemimpin perusahaan harus mampu mendefinisikan suatu budaya dari organisasi yang bisa mewujudkan visi startup. Budaya yang kuat itu bukan hanya sekedar menciptakan hubungan harmonis di lingkungan kerja, tetapi memberikan pola agar individu semakin berkembang dan lebih produktif.