Konvergen AI Hadirkan Platform “Data Capture”, Mudahkan Proses Transkripsi Informasi dari Foto
Telah mendapatkan pendanaan awal dari GDP Venture
Digitalisasi layanan sudah makin masif dilakukan sektor publik dan privat di Indonesia. Tujuannya jelas, untuk menjadikan proses bisnis yang ada lebih efisien dan cepat. Namun dalam praktiknya, beberapa proses digital belum sepenuhnya terautomasi. Misalnya dengan adanya aplikasi digital, suatu perusahaan masih harus memvalidasi hasil masukan formulir online secara manual, untuk memastikan berkas yang dilampirkan sesuai.
Permasalahan tersebut yang membuat Lintang Sutawika, Roan Gylberth, dan Timotius Devin menginisiasi Konvergen AI. Yakni startup yang fokus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan untuk kebutuhan penangkapan data (data capture) – merujuk pada proses koleksi data dari dokumen kertas atau digital dengan menggunakan komponen optical character recognition (OCR). OCR berfungsi menghasilkan transkripsi teks dalam format digital dari foto, gambar, atau hasil scan.
Begini gambaran cara kerjanya. Misalnya ada sebuah aplikasi catatan pengeluaran belanja, pengembang bisa memanfaatkan layanan Konvergen AI untuk menghadirkan fitur pemindai kuitansi belanja dengan kamera ponsel. Memungkinkan aplikasi mencatat produk dan nominal yang tertera, pengguna tidak perlu menuliskan secara manual.
"Secara singkat, produk dan layanan Konvergen AI digunakan untuk meningkatkan efisiensi kinerja yang melibatkan proses manual dan repetitif, yaitu input data. Saat ini sistem Konvergen AI dapat memproses berbagai dokumen mulai dari dokumen identitas seperti eKTP atau Kartu Keluarga, hingga dokumen perdagangan seperti invoice," ujar Co-Founder Lintang Sutawika.
Lintang melanjutkan, sebagai permulaan produk Konvergen AI ditujukan untuk perusahaan finansial yang meliputi perbankan, asuransi, maupun pembiayaan; namun bisa juga diadaptasikan ke industri lain seperti pemrosesan ekspor/impor dan legal. Sebagai SaaS, produk dikomersialkan melalui lisensi berlangganan.
“Saat ini, kami membantu sebuah bank swasta dalam melakukan registrasi nasabah baru. Dalam kasus ini, sistem kami membantu meng-input data identitas nasabah yang tertera pada dokumen seperti eKTP dan NPWP. Dengan sistem data capture ini, proses registrasi dan pengecekan oleh pihak bank menjadi lebih cepat,” lanjutnya.
Mendapatkan pendanaan awal dari GDP Venture
Konvergen AI resmi berdiri sejak akhir 2018 dan telah memproses lebih dari satu juta dokumen dari puluhan pelanggan. Mereka juga sudah membukukan pendanaan awal (seed funding) dari GDP Venture, perusahaan modal ventura yang cukup aktif berinvestasi ke startup kecerdasan buatan. Selain Konvergen AI, GDP juga berinvestasi ke Datasaur, Prosa.ai, 6Estates, Qlue, dan Glair.
Terkait founder Lintang juga bercerita, ketiganya bertemu ketika menjalankan program magister di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
"Pada awalnya kami bertiga menjalankan beberapa proyek computer vision dan image processing. Hal yang sederhana untuk kita seperti membaca dan meng-input data menjadi hal yang overwhelming apabila dilakukan secara repetitif dan skala besar. Kami menilai bahwa perkembangan kecerdasan buatan saat ini dapat di-engineer untuk mengurangi kerja manual."
More Coverage:
Sebenarnya layanan data caputure juga sudah dijajakan banyak vendor, misalnya oleh penyedia komputasi awan, mereka punya varian layanan kognitif salah satunya sistem berbasis OCR. Konvergen AI pun melihat kondisi tersebut, sehingga mereka juga berupaya hadirkan diferensiasi.
“Sistem yang kami kembangkan bersifat end-to-end. Sebagai contoh, beberapa vendor layanan cloud computing memiliki layanan API OCR, namun dalam praktik sehari-hari, OCR ini masih harus diproses sebelum output-nya dapat dinilai layak pakai. Sistem yang kami kembangkan telah disesuaikan untuk kondisi-kondisi yang bersifat non-ideal,” terang Lintang.
Menutup wawancara, ia menyampaikan rencananya di tahun 2020, "Kami berencana untuk menambah jumlah dokumen yang siap ekstrak serta menambah jenis bahasa yang mampu dibaca sehingga Konvergen AI dapat melayani lebih banyak industri dan pelanggan khususnya di Indonesia.”