1. Startup

Laporan Populix: 86% Masyarakat Belanja Melalui Platform Media Sosial

TikTok Shop menjadi platform media sosial terfavorit untuk belanja; Evermos menjadi startup social commerce paling dikenal

Social commerce selama dua tahun terakhir melejit menjadi platform yang paling banyak digunakan untuk melakukan pembelian. Salah satu alasan mengapa social commerce makin banyak dilirik, karena konsumen ingin mencari lebih banyak pengalaman yang menarik saat berbelanja, dan juga kecepatan serta efisiensi saat pengiriman barang. Pilihan belanja di media sosial juga saat ini makin banyak dipilih oleh generasi muda.

TikTok Shop pilihan Gen Z

Dalam laporan bertajuk “The Social Commerce Landscape in Indonesia” yang dirilis oleh Populix terungkap, 52% masyarakat Indonesia sudah mengetahui akan tren transaksi jual beli melalui media sosial. Survei tersebut juga mengungkapkan 65% responden menyebutkan social commerce adalah belanja memanfaatkan media sosial.

Sementara 17% menyebutkan transaksi secara group memanfaatkan media sosial. Selebihnya melihat social commerce adalah belanja memanfaatkan teman dan melihat konten.

Sebesar 86% masyarakat Indonesia pernah berbelanja melalui platform media sosial dengan TikTok Shop (45%) sebagai platform yang paling sering digunakan, diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%). Kategori produk yang paling banyak dibeli oleh masyarakat melalui platform media sosial adalah pakaian (61%), produk kecantikan (43%), dan makanan dan minuman (38%).

Dalam laporan tersebut disebutkan, 4 dari 5 orang responden telah melakukan pembelian memanfaatkan media sosial. Platform yang paling banyak mereka gunakan adalah TikTok Shop dan WhatsApp. Rata-rata uang yang dikeluarkan untuk kegiatan belanja tersebut adalah Rp 200 ribu lebih. Selain TikTok dan WhatsApp, platform lainnya yang juga banyak digunakan adalah, Facebook Shop (10%), Instagram Shop (10%), Telegram, Line Shop dan Pinterest (1%).

Meskipun saat ini WhatsApp masih banyak digunakan sebagai platform pilihan kedua untuk belanja online, namun ke depannya di prediksi posisinya akan tergeser dan tergantikan oleh Instagram Shop. Riset tersebut juga menyebutkan generasi lebih tua yang kemungkinan paling banyak menggunakan WhatsApp, dibandingkan dengan generasi muda.

Dari sisi demografi pengguna terbanyak berasal dari usia 18-25 tahun. Surabaya (59%) menjadi lokasi paling banyak pengguna memanfaatkan media sosial untuk kegiatan belanja. Disusul oleh Medan (55%) dan Jakarta (54%).

Evermos menjadi "top of mind" platform social commerce

Social commerce kian populer karena menjadi opsi baru untuk berbelanja online secara mudah dan memungkinkan interaksi langsung dengan penjual sambil menjelajahi media sosial, tanpa harus berpindah aplikasi. Sementara di sisi penjual, social commerce memungkinkan mereka untuk menjangkau calon pelanggan yang lebih luas.

Dalam laporan tersebut terungkap, sebesar 46% masyarakat Indonesia masih belum mengetahui tentang kehadiran platform social commerce di Indonesia. Di antara masyarakat yang mengetahui platform social commerce, 35% dari mereka mengatakan bahwa mereka belum pernah menggunakan platform tersebut.

Informasi menarik yang kemudian juga di bagikan oleh Populix adalah, mereka yang telah menikmati layanan social commerce, kebanyakan adalah pengguna yang tinggal di wilayah secara spesifik dan menggunakan platform yang mereka sudah kenal sebelumnya. Evermos (22%), Kitabeli (14%) dan Dusdusan (12%) adalah tiga platform social commerce yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Bandung menjadi wilayah terbesar pengguna Evermos. Sementara kebanyakan pengguna KitaBeli berasal dari Surabaya.

Platform social commerce lainnya yang juga telah digunakan oleh para responden di antaranya adalah, Dagangan (9%), mapan (8%), Selleri (7%), grupin (7%), CrediMart (5%), Woobiz (5%). Usia 26-35 (24%) adalah pengguna terbanyak yang telah menggunakan platform social commerce.

More Coverage:

Sementara Bandung menjadi lokasi paling banyak, penggunanya sudah terbiasa menggunakan platform social commerce. Disusul oleh Semarang (25%), Medan (21%) dan Jakarta (21%). Kelas bawah (24%) menjadi pengguna terbanyak untuk layanan social commerce.

“Sebagian besar masyarakat Indonesia mengetahui dan pernah mencoba berbelanja melalui social commerce untuk transaksi sehari-hari seperti membeli pakaian dan produk kecantikan. Lebih dari itu, pesatnya tren social commerce yang dibawa oleh pandemi Covid-19 ini, juga turut mendorong kemunculan platform-platform jual beli berbasis interaksi sosial sebagai alternatif pilihan medium berbelanja bagi masyarakat," kata Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu.

Menurut data yang dihimpun DSInnovate dalam "Social Commerce Report", ukuran pasar platform social commerce akan mencapai $8,6 miliar di tahun 2022 ini. Social commerce menjadi relevan untuk menargetkan konsumen di luar kota metropolitan. Pendekatan online dan offline yang dilakukan menjembatani gap literasi digital berbagai kalangan yang belum terjamah layanan e-commerce.