[Manic Monday] Mencapai 'Keajaiban'
Seorang penulis fiksi sains, Arthur C. Clarke, pernah mengatakan bahwa 'teknologi yang dianggap cukup canggih akan tidak bisa dibedakan dengan keajaiban.' Hari ini pun, teknologi yang kita gunakan dalam genggaman kita, yaitu telepon selular, merupakan sesuatu yang mungkin terasa ajaib apabila kita tidak mengerti prinsip bekerjanya. Sebuah kotak pipih yang bisa digunakan untuk berbicara dengan orang di kota lain, dan bisa untuk membaca informasi apapun yang kita kehendaki, hanya dengan meminta.
Tentunya, segala 'keajaiban' yang berada di tangan kita atau sekitar kita, tidak selalu seperti itu. Pada dasarnya teknologi adalah mesin, yang memiliki bahasa dan perilaku sendiri. Sebuah mesin cuci sederhana, harus memiliki beberapa sistem kontrol yang tugasnya menyalurkan kehendak manusia pemakainya terhadap mesin tersebut. Adanya tombol atau putaran akan memberitahu mesin cuci tersebut untuk berputar seberapa lama dengan putaran seberapa kuat. Semakin rumit mesinnya, semakin rumit juga sistem kontrol yang diperlukan, sehingga benda canggih seperti komputer maupun telepon selular membutuhkan antar muka, atau interface, untuk memperlancar komunikasinya dengan manusia. Intinya ini: sebaik-baiknya sebuah teknologi, ia akan membutuhkan antar muka yang baik juga untuk memenuhi potensi fungsinya. Atau dengan kata lain, untuk mencapai 'efek ajaib' tadi.
Kebanyakan pengguna teknologi tinggi mungkin sebenarnya tak peduli dengan istilah-istilah seperti quad-core, RAM, horsepower, dan sebagainya, walaupun istilah-istilah ini sering digunakan di materi promosi produk-produk tertentu. Yang penting bisa nonton video apa saja dan tidak putus-putus, atau bisa main game tanpa gamenya mati duluan. Konsumen teknologi mungkin bahkan sudah menunggu untuk 'efek ajaib' tadi, karena sudah pasti tidak akan mengerti teknologi di balik telepon selularnya. Tapi apakah setiap perusahaan sanggup membuat perpaduan teknologi dan antar muka yang terasa seperti keajaiban?
Steve Jobs terkenal dengan kata-katanya 'It just works'. Produk Apple akan bekerja sesuai dengan harapan penggunanya (yah, mungkin tidak setiap saat dan tidak semua harapan sih) karena mengedepankan experience yang baik ketimbang menjual fitur teknologi melalui edukasi istilah. Banyak pengguna mobil di jalan raya tahu bagaimana mengemudikan mobil dan mengisi bensin, tapi mungkin tidak tahu soal pemeliharaan mesin. Dengan semakin canggihnya teknologi yang ada di tangan kita, memang lumrah bahwa tidak semua orang akan 100% memahami teknologi di baliknya. Namun, tidak berarti penggunaannya tidak bisa optimum.
Desain antar muka yang optimal memang harus mempertimbangkan teknologinya sendiri, namun perlu juga mempertimbangkan tujuan penerapan teknologi tersebut. Fungsi apa yang hendak dikomunikasikan ke pengguna? Alur penggunaan apa yang akan dialami pengguna? Apa ekspektasi pengguna dari penggunaan sebuah teknologi? Semua pertanyaan ini membantu untuk membahasakan sebuah teknologi, baik itu berupa perangkat keras atau lunak, supaya paling tidak fungsinya dipahami manusia, kalaupun memang tidak dipahami secara keseluruhan. Baik atau buruknya komunikasi ini, ya tentunya tergantung eksekusi.
Mengukur apa yang diinginkan, atau kelak dibutuhkan, seorang pengguna memang bukan sesuatu yang mudah, tapi dapat dilakukan. Memasangkan hasil pemikiran tersebut dengan teknologi yang tepat juga menjadi persoalan tersendiri. Namun kini kita hidup di masa yang nyaris semua teknologi dapat diproduksi oleh siapapun (atau dapat di-outsource ke pabrik di Cina), yang akhirnya menjadi pembeda adalah pelaksanaan komunikasinya; pengembangan antar mukanya; pengembangan layanannya. Membangun antar muka yang baik tentunya memerlukan desain infrastruktur dan programming yang baik dan optimal pula. Tapi pada akhirnya, yang penting bukan siapa yang memiliki ide atau teknologi, tapi siapa yang dapat memberikan 'keajaiban' pada penggunanya.
[ilustrasi foto dari Shutterstock]