1. Startup

Perjalanan Marcella Einsteins, dari Bekerja di Startup hingga Mendirikan Indonesia Flight

Tahun 2016 aplikasi Indonesia Flight berhasil membukukan penjualan tiket senilai lebih dari Rp 432 miliar

Cerita tentang liku-liku founder startup Indonesia di balik kesuksesannya selalu menarik untuk disimak. Di tengah persaingan segmen bisnis Online Travel Agency (OTA), nama Indonesia Flight menjadi salah satu pengusung layanan yang kini patut diperhitungkan.

Startup di bawah naungan PT Globalnet Aplikasi Indotravel ini lahir dari sebuah proses belajar yang unik oleh founder sekaligus CEO-nya, Marcella Einsteins. Kariernya dimulai dari keterlibatannya dalam berbagai job desc di salah satu startup pemimpin OTA saat ini, Tiket.com. Mulai dari menjadi quality assurance (QA), copywriter, tim event, media sosial, partnership, fraud analyst hingga customer service pernah ia kerjakan.

Perempuan lulusan jurusan Teknik Informatika Binus, yang mengambil spesialisasi Artificial Intelligence, dari awal mengenyam karier sudah merasa dan bertekad bahwa menjadi entrepreneur adalah tujuan kariernya. Keyakinan tersebut juga pada akhirnya yang mengantarkannya untuk memilih bekerja di startup, ketimbang di korporasi layaknya teman-teman seangkatannya kala itu. Bagi Marcella, memilih bekerja di startup bukan tanpa alasan. Banyak hal yang melandasi dan menjadi perhitungan, mulai dari produk, visi misi yang jelas, lingkungan kerja, hingga founder.

"Kepribadian pemimpin atau founder dapat memberikan impact positif dan menjadikan saya pribadi yang berkarakter, bukan hanya dalam professional kerja, namun juga dalam kehidupan saya sehari-hari."

Dari menjadi Quality Assurance hingga Product Manager

Bercerita kepada DailySocial, alasan Marcella menjadi QA di Tiket.com karena lowongan tersebut satu-satunya yang tersedia kala itu di luar job desc yang mengharuskannya coding. Ia merasa kurang nyaman untuk coding, karena lebih suka menjadi "kutu loncat" mencoba segala sesuatu sembari mencari jati diri. Baginya QA hanya sebuah jabatan. Selama di Tiket.com ia mencoba dan mencicipi beragam jenis pekerjaan, hingga pada akhirnya dipercaya untuk menjadi manajer produk untuk sebuah divisi baru.

"Uniknya saya mengenal CEO Tiket.com ketika itu dari game online DOTA, jauh sebelum Tiket.com dibangun [...] Di bulan ke delapan bekerja, saya baru mendirikan Indonesia Flight, dengan memanfaatkan peluang penggunaan API Tiket.com dengan dibekali restu dari para founder-nya."

Intuisi yang memberinya keyakinan bahwa Indonesia Flight akan mampu berdiri survive kendati pasar Online Travel Agency sudah sangat riuh, setidaknya sudah sangat jelas pemimpin pasarnya di Indonesia. Tahun 2012, di saat platform BlackBerry sedang berada di puncak kejayaan, Marcella justru melihat peluang lain untuk mengembangkan aplikasi di platform Android yang masih sedikit sekali peminatnya, pun demikian dengan ekosistem aplikasi lokal di dalamnya, masih sangat minim.

Berbekal belajar otodidak dan bantuan partner bisnisnya, Marcella mengembangkan aplikasi Indonesia Flight, sebagai aplikasi lokal pertama yang mampu memfasilitasi pemesanan pesawat untuk beragam maskapai di Google Play. Setahun kemudian, platform iOS segera disinggahi. Dari awal traksi pengguna menunjukkan angka yang fantastis, dalam guraunya Marcella mengatakan ketika 5 bulan setelah peluncuran pertamanya, komisi yang didapat dari penjualan tiket di Indonesia Flight sudah mampu melebihi gajinya di Tiket.com kala itu.

"Lalu apakah saya keluar dari Tiket.com? Tidak. Karena saya tahu, saya masih belum cukup berpengalaman untuk menjalankan perusahaan saya sendiri, dan dari saya sendiri pun ingin memberikan nilai lebih di Tiket.com, agar tidak menjadi seperti kacang lupa kulitnya," ungkap Marcella.

Baru setelah 2 tahun Indonesia Flight berdiri, Marcella memutuskan untuk keluar dar Tiket.com, di saat banyak feedback dan permintaan pelanggan yang menuntut Indonesia Flight memacu inovasi dan layanannya. Seiring dengan peningkatan angka pengguna dan kualitas layanan, beberapa investor mulai melirik dan membincangkan investasi di Indonesia Flight. Hal mengejutkan, 2 bulan pasca aplikasi dirilis, jumlah unduhan aplikasi mencapai 10.000 lebih dan semuanya organic download.

Traksi dan capaian Indonesia Flight dan target ke depannya

Dalam menggerakkan roda bisnis, Marcela menekankan pada pemahaman behaviour dari pelanggan dan target pangsa pasarnya. Hal tersebut terbukti dari survei yang pernah ia buat, kendati price sensitive masih menjadi faktor pertama penentu OTA di kalangan konsumen, faktor lain yang mendominasi adalah tentang pilihan favorit, kenyamanan pelanggan dalam melakukan pembelian.

"Meski sudah ada raksasa pemain OTA, toh masih banyak pelanggan yang memilih membeli tiket di Indonesia Flight, bahkan kadang mereka membeli tanpa menggunakan kode promo. Demi pelanggan setia itu, membuat saya menjadi lebih semangat melanjutkan bisnis ini," sahut Marcella menjelaskan prinsipnya dalam berbisnis.

Di bulan ke 9 bisnisnya berjalan, penjualan mencapai angka Rp 65 miliar. Angka yang sangat tinggi, mengingat kala itu Marcella mengelola platform tersebut di waktu luangnya bekerja, 2-3 jam di sela-sela waktu istirahat. Ia membalas feedback dan email sampai batas waktu jam 12 malam untuk menjaga kestabilan fokus keesokan harinya.

Keseriusannya dalam berbisnis membuahkan hasil manis, setiap tahun penjualan naik secara organik 200%, dan tahun 2016 penjualan sudah mencapai lebih dari Rp 432 miliar.

Sejak awal berdiri, Indonesia Flight sudah fokus pada profit. Di tahun pertama berdiri, berbagai kebutuhan operasional seperti membayar gaji karyawan, biaya pemasaran, dan berbagai keperluan lainnya sudah berhasil di-cover dari hasil penjualan tiket pesawat.

"Saat ini Indonesia Flight hanya fokus pada tiket penerbangan. Ke depannya kami akan melebarkan sayap ke hotel dan produk lainnya [...]. Target kami tahun 2017 adalah 3x lipat (pertumbuhan) dari tahun sebelumnya."

Juga mengembangkan aplikasi pemesanan tiket kereta api

Siapa sangka aplikasi Tiket Kereta Api yang sebelumnya banyak dikira sebagai aplikasi resmi PT Kereta Api Indonesia juga karya tim Indonesia Flight. Sampai dengan tulisan ini dibuat, aplikasi tersebut masih menjadi aplikasi #1 untuk reservasi tiket kereta di kategori Travel & Local platform Android. Jumlah unduhannya telah mencapai 2,5 juta dengan growth per tahun mencapai 200%.

"Sering dianggap sebagai aplikasi resmi dari PT KAI, terbukti dengan banyaknya email masuk yang meminta perhatian kami mengenai fasilitas kamar mandi ataupun tiket di stasiun, bahkan ada yang menanyakan nama penjaga loket karena ingin berkenalan dengan petugas wanita yang bekerja di sana."

April 2016 lalu, aplikasi Tiket Kereta Api menjamah platform iOS. Dari pemaparan Marcella marketing cost yang dikeluarkan untuk pengelolaan aplikasi ini tidak pernah lebih dari Rp 10 juta per bulan, baik untuk digital marketing, paid channel maupun offline marketing.

Untuk pemasaran offline pun baru dilakukan akhir-akhir ini, setelah 3 tahun mengudara. Beberapa waktu lalu aplikasi mulai diperkenalkan melalui aktivitas kampanye di stasiun Pasar Senen.

Sebagai aplikasi yang tidak memiliki dan melayani pembelian di web, Tiket Kereta Api berhasil menjadi mitra terbaik kedua sebagai kanal penjual tiket berdasarkan data laporan penjualan mitra PT KAI per 8 Juni 2016.

Perencanaan matang dan keyakinan untuk tujuan cita-cita

Memilih untuk bekerja di startup dan mendirikan startup bukan hanya semata dengan pilihan melempar dadu, itulah keyakinan yang digenggam Marcella di awal kariernya. Keyakinan tersebut harus kokoh.

Di awal memulai pekerjaannya di Tiket.com, iming-iming bekerja di tempat berfasilitas bagus, insentif terjamin, dan tunjangan stabil dari lingkungan pertemanan sering terlihat menggiurkan.

Meskipun demikian ia selalu mengembalikan kepada fitrah hidup bahwa setiap manusia berhak untuk memilih jalannya. Dengan mengenali kepribadiannya sendiri tentang keinginan dan cita-citanya, Marcella selalu merasa kokoh dan yakin dengan pilihannya.

"Tanyakan kepada diri Anda, apakah siap menerima kondisi terburuk apabila startup yang kita dirikan atau startup tempat bekerja ternyata cuma bertahan seumur jagung? Di luar ketidakstabilan perjalanan startup yang ngeri-ngeri sedap, fleksibilitas dalam berinovasi dan peluang untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang lain membuat saya memilih untuk bekerja dan membangun startup."
Application Information Will Show Up Here

 

Application Information Will Show Up Here