Marketplace Khusus Kerajinan Tangan Qlapa Coba Angkat Produk Lokal Melalui Teknologi
Didirikan oleh Benny Fajarai dan Fransiskus Xaverius, masih fokus menciptakan keseimbangan supply dan demand
Teknologi adalah salah satu cara untuk menembus batas jarak dan waktu dalam berbagai hal termasuk dengan bisnis. Dengan niat untuk mengangkat industri kreatif Indonesia dalam hal ini kerajinan tangan Qlapa hadir sebagai marketplace yang menjembatani para pengrajin lokal dan pembeli dari mana saja. Melalui Qlapa pembeli atau peminat kerajinan lokal dapat membeli langsung barang kerajinan dari sang pengrajin.
Akhir-akhir ini Indonesia digempur dengan gelombang para pemain e-commerce baru. Hal ini tidak lantas membuat para pemain baru seperti Qlapa kehilangan nyali dalam bersaing dengan kompetitor. Niche.
Qlapa mengkhususkan diri sebagai sarana yang menghubungkan pembeli dan penjual kerajinan tangan yang memang tengah naik daun di Indonesia. Bayangkanlah Qlapa sebagai Etsy versi lokal.
Disampaikan pihak Qlapa saat ini potensi kerajinan tangan di Indonesia bisa dilihat dari animo masyarakat saat pagelaran Inacraft. Inacraft merupakan salah satu pameran produk kerajinan tangan terbesar di Indonesia. Pada penyelenggaraannya beberapa waktu lalu Inacraft berhasil menarik 154.363 pengunjung dan menghasilkan.Tren ini juga terus tumbuh dengan mulai digelarnya berbagai macam bazaar dan pameran produk kerajinan tangan, seperti Brightspot Market, Pop Up Market, Sunday Market, dan lainnya.
Mengoptimalkan teknologi untuk mengangkat kerajinan tangan
Qlapa sebagai marketplace tentunya ingin menghadirkan kemudahan bagi para penggunanya. Salah satu yang dilakukannya adalah menyediakan sistem transaksi otomatis dengan konsep rekening bersama. Dengan konsep ini pembeli bisa melakukan transaksi dengan lebih nyaman dan terjamin keamanannya. Selain itu sistem Qlapa juga dilengkapi dengan perhitungan ongkos kirim berserta manajemen pemesanan. Hadirnya Qlapa diharapkan mampu membuat pembuat kerajinan tangan bisa lebih fokus pada berkarya dan membuat produk yang berkualitas.
Masih dalam rangka menjamin kenyamanan transaksi jual beli fitur-fitur Qlapa juga disesuaikan dengan perilaku jual beli produk kerajinan tangan yang selama ini sering terjadi. Dengan menjual produk kerajinannya melalui Qlapa penjual dapat menawarkan beberapa variasi produknya. Qlapa juga menyediakan fitur kustomisasi yang memungkinkan penjual menerima pesanan kustom dari pembeli.
“Penjual juga bisa menerima pesanan dalam bentuk pre-order jika penjual tersebut memang hanya membuat produk kerjainan tangannya berdasarkan pesanan saja. Dengan begitu, penjual bisa menjual produk kerjainan tangannya tanpa mendapat batasan, sedangkan pembeli bisa mendapatkan pilihan yang lebih banyak dan leluasa ketika sedang mencari produk dan berbelanja,” ungkap pihak Qlapa kepada DailySocial.
Di Qlapa, para pengrajin kerajinan tangan seperti Aksesoris dan Perhiasan (Kacamata, Kalung, Gelang, Jam Tangan, dll), Alas Kaki (Sepatu, Sandal, Kaos Kaki, dll), Alat Bawa (Tas, Dompet, Clip, dll), Alat dan Perabot, (Lampu, Alat Makan, Bantal, dll), Furnitur (Kursi, Meja, Lemari, dll), Hiasan dan Dekorasi (Boneka, Jam Dinding, Ornamen, dll), Komputer dan Gadget (Dudukan, Casing, Aksesoris, dll) diseleksi terlebih dahulu sebelum bergabung dengan Qlapa. Tim Qlapa melakukan seleksi dan kurasi untuk menjaga kualitas barang yang dijual melalui sistemnya. Ini merupakan salah satu bentuk upaya Qlapa memberikan jaminan mutu kepada para pembeli.
Digawangi orang-orang berpengalaman di bidangnya
Qlapa memang baru memulai perjalanannya di industri e-commerce di awal November tahun ini, tapi tidak demikian dengan orang-orang yang berada di belakangnya.
Dua orang pendiri Qlapa Benny Fajarai (CEO) dan Fransiskus Xaverius (CTO) merupakan orang-orang yang selama ini telah malang melintang di bidangnya. Benny dengan pengalaman lima tahun di industri kreatif lokal bersama Kreavi dan Fransiskus yang pulang ke Indonesia setelah menjalani kariernya di Silicon Valley diharapkan mampu dikombinasikan untuk menghadirkan Qlapa yang tak hanya handal dari segi teknis dan teknologi tapi juga kuat dari segi bisnis.
“Tinggal dan bekerja di Silicon Valley memang jauh lebih baik. Sebagai engineer, kompensasi dan peluang karir memang sangat besar di US. Namun, saya bisa melihat bahwa Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Ada banyak masalah yang dapat diselesaikan dan ada banyak peluang yang dapat dikembangkan dengan teknologi,” ujar Fransiskus.
Sebagai startup yang belum genap satu bulan berjalan Qlapa saat ini masih fokus pada pengembangan fitur dan upaya meningkatkan stabilitas layanan. Selain itu Qlapa juga mengungkapkan masih fokus untuk menciptakan keseimbangan supply dan demand.
“Kami akan fokus untuk menciptakan keseimbangan antara supply (produk yang dijual) dan demand (permintaan pembeli) dalam beberapa bulan ke depan. Sejak kami mulai beroperasi, ratusan penjual bergabung dan ribuan produk didaftarkan di situs kami setiap bulannya,” tutur tim Qlapa.