Marketplace Stok Foto Pixerf Umumkan Kehadiran di Indonesia
Sedang menggalang pendanaan Pra Seri A untuk ekspansi, kembangkan tim, dan inovasi teknologi AI
Marketplace stok foto Pixerf mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Startup ini mengedepankan posisinya sebagai konten asli Asia yang selama ini ada gap antara supply dan demand dari para brand untuk beriklan.
Startup asal Singapura ini sebenarnya sudah hadir sejak 2015, namun baru diresmikan pada Juni 2018 bertepatan dengan diperolehnya pendanaan tahap awal sebesar $2 juta (hampir 28 miliar Rupiah) dari investor yang tidak disebutkan namanya.
Founder dan CEO Pixerf Sa'at Ismail menerangkan, Pixerf masuk ke Indonesia karena negara ini adalah kontributor terbesar kedua untuk angka pengguna (fotografer) sebesar 27% dari total lebih dari 80 ribu orang.
Keseriusannya untuk menggarap Indonesia cukup kuat. Dalam lima bulan mendatang, pihaknya akan buka kantor di Jakarta, kemudian menyebar ke Bali dan Jogja, dan merekrut tim pemasaran untuk pengembangan bisnis lebih lanjut.
"Sudah hampir dua tahun kami melayani di Indonesia, pasca perilisan versi beta. Akan tetapi, fotografer yang bergabung kurang aktif. Kami ingin reaktif lagi, makanya nanti akan kantor resmi sebagai bentuk fisiknya," terang Sa'at, Kamis (12/9).
Model bisnis Pixerf
Sa'at menjelaskan, Pixerf tidak hanya memiliki bisnis marketplace stok foto, tapi juga ada custom commissions (penugasan khusus) dan crowdsourced mission (misi urunsumber). Dua model bisnis ini diklaim membuat Pixerf berbeda dari pemain lain. Konten yang dihadirkan juga fokus berbau Asia saja.
Custom commissions ini adalah model bisnis untuk brand yang sedang mencari konten sesuai dengan kebutuhan mereka, entah untuk iklan atau sebagainya. Terdapat platform yang dapat brand pakai untuk mempublikasikan rencana mereka ke komunitas fotografer Pixerf. Berikutnya, Pixerf akan mengidentifikasi fotografer mana saja yang paling memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan brand.
Sedangkan, Crowdsourced mission merupakan cara sederhana untuk brand dalam meningkatkan brand awareness mereka dengan membuat sayembara berhadiah agar mendorong orang-orang menghasilkan konten yang brand bidik. Pixerf akan mengkurasi seluruh konten yang masuk dalam menentukan pemenangnya.
"Custom commission ini yang paling menarik. Brand bisa mendapatkan konten sesuai kebutuhan yang dihasilkan komunitas kami dan memilih fotografer untuk diajak kerja sama. Jadi brand bisa ada di negara mana, fotografer juga bisa dari negara lain."
Masing-masing model bisnis di atas, punya komisi yang berbeda untuk fotografer. Apabila custom commission, fotografer akan menerima sekitar 20%-35% dari total proyek dari brand. Sementara, untuk crowdsourced mission sepenuhnya untuk fotografer yang terpilih sebagai pemenang.
Dari dua model bisnis ini, Pixerf tidak mengambil komisi sama sekali. Jadi hanya mengambil dari marketplace stok foto saja, sekitar 30%-50% dari penjualan yang berhasil. Sisanya, 50%-70% untuk fotografer.
Foto yang dijual di marketplace Pixerf dimulai dari $10, harga ini terpasang secara otomatis dari sistem ketika diunggah fotografer. Pertimbangan harga ini dilihat berdasarkan kualitas foto dan resolusinya.
Marketplace stok foto menjadi lini bisnis utama yang paling banyak memberikan kontribusi kepada Pixerf. Lantaran, bisnis ini cenderung lebih langsung channel penjualannya.
"Pemain lain banyak yang jual foto dengan harga murah karena mereka jual keanggotaan. Sementara kita berbeda, kita inginnya konten di Pixerf itu otentik sebagai bentuk penghargaan kita ke fotografer."
Sejak diresmikan pada tahun lalu, marketplace stok foto di Pixerf telah menampung lebih dari 250 ribu konten visual yang terkurasi untuk lisensi editorial dan komersial.
Adapun, untuk crowdsourced mission, lebih dari 50 misi foto disponsori oleh brand dan lebih dari 5 ribu foto dikirimkan. Di Indonesia, mitra pertama Pixerf untuk model bisnis ini adalah Gojek untuk kampanye #Cerdikiawan yang saat ini sedang digalakkan.
Total fotografer yang bergabung ada lebih dari 80 ribu orang. Lima negara terbesar adalah India (39%), Indonesia (27%), Malaysia (13%), Singapura (6%), dan Thailand (2%).
Rencana berikutnya
Sa'at berharap kehadirannya di Indonesia, bisa mendorong lebih banyak fotografer untuk bergabung. Pasalnya, Pixerf tidak memberikan persyaratan khusus. Fotografer pemula atau sekadar enthusiast pun bisa bergabung. Mereka cukup mengunggah konten mereka ke platform Pixerf.
Tim Pixerf akan mengkurasi keaslian konten sebelum dipublikasikan untuk dijual ke publik, juga akan dicek hak cipta (IP). "Siapapun bisa bergabung karena kami ingin jembatani pembuat konten yang under exposed, bisa ditemukan oleh brand. Kami sama sekali tidak mengambil royalti."
Untuk teknologi, sebagai startup, Sa'at berencana untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI) di dalam platform-nya. Fungsinya, untuk permudah brand dan pembeli dalam menemukan konten yang mereka cari, serta mempelajari kebiasaan pengguna.
"Kami mau nantinya semua proses bisa otomatis, brand bisa lebih mudah menemukan fotografer yang diincar berdasarkan informasi di kalender. Biasanya ini yang paling susah di dunia fotografi, menemukan fotografer untuk atur jadwal, kami mau sediakan solusinya."
Dari segi ekspansi, Pixerf tidak akan berhenti di Indonesia saja. Dalam 18 bulan mendatang akan merambah ke Malaysia, Thailand, India, Hong Kong, dan Filipina. Setelah menguasai Asia Tenggara, ekspansi akan lanjut ke Korea dan Jepang.
Secara terpisah, kepada DailySocial, Sa'at menjelaskan saat ini perusahaan sedang dalam proses pendanaan pra Seri A. Diharapkan pada akhir tahun ini bisa segera diumumkan.
"Sekarang kami fokus mengembangkan teknologi AI agar semua proses bisa otomatis. Sambil jalan, kami sedang proses pendanaan pra Seri A untuk dukung seluruh rencana bisnis Pixerf yang berambisi jadi terdepan di Asia," tutupnya.
Saat ini Pixerf sudah bisa diakses lewat situs maupun aplikasi. Dalam waktu dekat, aplikasi Pixerf dapat mendukung penggunaan dalam Bahasa Indonesia.