Mendapatkan Talenta Terbaik dengan Bantuan Teknologi
Belajar dari Founder dan CEO Techinlabs Moch Ardyansah dalam #SelasaStartup
Pada dasarnya teknologi dihadirkan untuk mempermudah suatu pekerjaan, tidak terkecuali saat menyaring talenta. Setidaknya, ada lima isu terbesar yang sering kali dihadapi HRD saat merekrut adalah prosesnya yang kurang efektif, benefit yang kurang menarik, KPI yang kurang terukur, dan karyawan tiba-tiba resign.
Dalam menjawab isu tersebut, #SelasaStartup edisi kali ini menghadirkan Founder dan CEO Techinlabs Moch Ardyansah. Techinlabs merupakan startup yang bergerak di bidang headhunting dan hunting talent.
Ardyansah akan berbagi pandangan dan solusinya. Apalagi, talenta yang berasal dari kalangan milenial ini butuh strategi khusus untuk pendekatan awalnya. Berikut rangkumannya:
Membuat branding perusahaan
Sebelum terjun ke teknologinya, Ardyansah menyarankan kepada setiap perusahaan, termasuk startup untuk membuat branding perusahaan. Ada lima hal yang perlu diperhatikan yakni bagaimana kompensasi kepada perusahaan, apa keuntungan buat karyawan, jenjang karier, lingkungan pekerjaan, dan budaya perusahaan.
Lima hal ini paling diperhatikan calon talenta saat mengikuti proses perekrutan dalam perusahaan. Kalangan milenial, sambungnya, sangat memperhatikan budaya perusahaan yang seringkali dilupakan oleh perusahaan.
"Budaya perusahaan itu paling dilihat oleh milenial, tapi sering tidak diperhatikan oleh perusahaan. Ini penting sekali apalagi buat perusahaan baru yang ingin dapat karyawan yang loyal," katanya.
Sasar kandidat pasif
Menurutnya, kandidat yang aktif mencari pekerjaan belum tentu dikatakan sebagai kandidat yang bagus buat perusahaan. Namun bisa menjadi bumerang buat karyawan aktif karena mereka bisa tiba-tiba pergi dari perusahaan.
Pasif itu mereka yang tidak sedang mencari, namun apabila menemukan suatu pekerjaan dengan kriteria yang cocok dengan kemauan mereka pasti akan tertarik. Bisa jadi mereka yang pasif itu karena memang malu-malu namun memiliki kemauan kerja yang baik.
Untuk itu, perekrut perlu bangun pendekatan awal dengan memancing mereka lewat diskusi. Cara tersebut akan membuat mereka lambat laun mau terbuka terhadap semua peluang yang ditawarkan kepada mereka.
Pasalnya dari hasil internal Techinlabs, kandidat pasif itu sebenarnya terbuka untuk berdiskusi dengan para rekruter (45%), bisa dihubungi dengan jaringan pribadi (15%), sudah cukup puas dan tidak mau pindah perusahaan (15%). Lalu sesekali melihat job portal (13%), dan aktif mencari pekerjaan (12%).
Manfaatkan platform pool talent
Salah satu teknologi terkini yang bisa membantu proses perekrutan adalah platform pool talent. Dalam platform ini, rekruter dapat mengacu pada tempat atau basis data yang disimpan tim SDM terkait semua kandidat terbaiknya.
Perusahaan bisa membuat sendiri pool talent tersebut, dimulai dari melihat segmennya, mengatur ekspektasi, komunikasi secara rutin, dan membuat komunitas. Atau bekerja sama dengan startup yang ahli di bidangnya, salah satunya Techinlabs. Sebab membuat platform seperti itu sulit dan tidak semua paham dengan prosesnya.
Sejak setahun berdiri, Techinlabs memiliki 5.127 talent yang sudah bergabung dalam pool talent. Sebanyak 69 perusahaan teknologi yang sudah memanfaatkan layanan Techinlabs mengaku puas karena memiliki deal ratio sebesar 93%.
Dalam mencocokkan kandidat dengan klien perusahaan, Techinlabs menggunakan proses screening secara manual, lalu memanfaatkan algoritma yang sudah dibangun dilihat dari tes kemampuan, tes psikologi, dan lainnya. Lalu hasilnya dicocokkan dengan kriteria yang diinginkan klien.
Beberapa klien Techinlabs diantaranya Jenius, Tokopedia, Kumparan, Tiket.com, Narasi, Dana, Madhang, dan lainnya.