Mengenal Assemblr, Platform Berkreasi dengan Teknologi AR
Memungkinkan pengguna menghasilkan karya 3D dan ditempatkan di tempat nyata
Industri AR (Augmented Reality) di Indonesia masih dalam tahap berkembang. Mulai bermunculan layanan dan bisnis AR baru yang mencari model bisnis. Salah satunya adalah Assemblr. Sebuah platform berbasis mobile yang memungkinkan penggunanya menghasilkan karya 3D dari hasil penggabungan obyek-obyek yang tersedia dan material yang beragam. Hasil kreasi tersebut nantinya bisa ditaruh di dunia nyata menggunakan teknologi Augmented Reality dan Geo-Location.
CEO Assemblr Hasbi Asyadiq menyebut bahwa platformnya ini merupakan gabungan antara Lego dengan Pokemon GO. Assemblr didesain untuk membantu pengguna membuat konten 3D yang divisualisasikan ke dalam bentuk Augmented Reality. Hasilnya dapat ditempatkan di dunia nyata untuk diakses semua orang.
“Kita percaya bahwa salah satu cara pengaksesan informasi yang signifikan di masa depan akan berbentuk Augmented Reality. Walaupun adaptasinya akan memakan waktu, namun masa depan pengaksesan informasi akan menuju kesana. Untuk mewujudkan itu Augmented Reality memerlukan dua faktor penting agar dapat diterima oleh banyak orang. Yang pertama adalah hardware dan yang kedua adalah konten. Assemblr mencoba masuk ke dalam ranah konten,” terang Hasbi.
Dari segi teknologi, Assemblr mengusung teknologi SLAM ( Simultaneous Localization and Mapping) AR yang memungkinkan obyek digital dapat ditempatkan di suatu posisi tanpa menggunakan gambar sebagai marker. Teknologi SLAM ini mampu membaca area di sekitar sebagai basis tracking 3D Object untuk tetap berada di suatu posisi.
“Misalkan pengguna membuat sebuah bangunan yang kemudian dia taruh bersebelahan dengan Monas (Monumen Nasional). Orang-orang yang berada di dalam radius sekitar Monas dapat melihat karya yang ditaruh di tempat tersebut dalam bentuk SLAM Augmented Reality. Namun para pengguna Android masih harus menggunakan marker untuk men-trigger 3D object sampai ARCore [teknologi SLAM yang dimiliki Android] menjadi sebuah standar AR di Android,” ungkap Hasbi.
Assemblr akan berbentuk aplikasi freemium yang memungkinkan pengguna membeli beberapa item yang diinginkan di dalam aplikasi. Dengan menargetkan pengguna di rentang usia 18-24 tahun, Assemblr bisa menjadi sarana penyaluran ide kreatif terutama mereka yang memiliki ketertarikan dengan building blocks mechanic.
YCombinator dan target ke depannya
Ada cerita menarik dari Assemblr dan bisnisnya. Mengawali bisnisnya di Oktober 2017 mereka berusaha menembus YCombinator, salah satu inkubator yang berperan melahirkan startup ternama seperti Twitch, Dropbox, hingga AirBB. Assemblr berhasil menembus tahap wawancara, namun gagal mengikuti program inkubasi karena masih di tahap awal. Kondisi tersebut tidak membuat Hasbi dan kawan-kawan menyerah, Assemblr akan mencoba kembali di tahun depan dengan posisi traction yang lebih kuat, dengan total 261,085 pengguna dan 124,636 kreasi telah dibuat semenjak masuk fase beta dari 1 November 2017 sampai dengan 4 Desember 2017.
Assemblr juga telah mencanangkan beberapa target dalam satu-dua tahun ke depan. Target-target tersebut meliputi fitur multiplayer atau memungkinkan pengguna untuk membuat project bersama pengguan lainnya secara real time, memfasilitasi pengguna menempatkan hasil kreasi di dunia nyata dan berburu item di sekitar mereka, menjadi portal untuk pengguna berkompetisi, dan juga menjadi marketplace untuk kreator menjual karya mereka di Assemblr.