Mengenal INSITEK, Startup Lokal Pengembang Proyek Helion
Mengembangkan proyek balon yang membawa konektivitas di daerah terpencil dan tengah bekerja sama dengan pemerintah
Setelah Indonesia menjalin kerja sama dengan Google untuk uji teknis Proyek Loon di Indonesia tersiar kabar bahwa Menkominfo Rudiantara tengah menjajaki kerja sama dengan peneliti lokal untuk mengembangkan teknologi serupa. Teknologi balon yang bisa membawa konektivitas. Adalah PT. Integrasi Sinergi Teknologi (INSITEK), startup asal Bandung di bawah pimpinan Hagorly M Hutasuhut, yang fokus pada teknologi antariksa.
INSITEK sendiri merupakan startup yang didirikan beberapa pada November tahun 2014 silam. Kepada DailySocial, Hagorly bercerita hingga saat ini perusahaan masih didanai oleh pribadi. Hanya saja INSITEK mendapatkan insetif dari program Inkubasi Bisnis Teknologi Kemenristek terkait dengan pengembangan proyek Helion ini.
Diketahui project Helion ini serupa dengan Project Loon milik Google. Dengan balon, project Helion memungkinkan memberikan konektivitas pada area-area tertentu seperti daerah rural, hutan, perbatasan, dan tempat konser yang biasanya sulit mendapatkan konektivitas.
Dalam sebuah teaser di situs resmi proyek Helion, juga disebutkan bahwa proyek ini bisa digunakan untuk pemetaan daerah pertanian, perikanan dan daerah bencana karena fungsinya yang bisa digunakan untuk satelit jarak dekat. Hal ini sesuai dengan visi dan misi INSITEK sebagai perusahaan yang fokus pada teknologi antariksa.
“Kami percaya space technology dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang ada khususnya bagi aplikasi strategis seperti monitoring, communication hingga internet connection infrastructure ini. Selain itu menyambung dari riset yang telah kami lakukan sebelumnya kami berencana untuk terjun ke ranah bisnis startup karena kami percaya hanya dengan berbisnislah maka teknologi dapat berkesinambungan (sustain),” papar Hagorly.
Sayangnya ketika disinggung lebih jauh mengenai rencana INSITEK dengan pemerintah, Hagorly belum bisa bercerita lebih banyak. Ia hanya menjelaskan bahwa saat ini apa yang dilakukan INSITEK didukung sepenuhnya oleh Rudiantara.
“Sewaktu mengikuti LPDP Conference tahun 2015 [yang diselenggarakan Kemenkeu], saya mendapat kontak dari Pak RA dan beliau menyatakan support mengenai aplikasi teknologi satelit (pada awalnya). Kemudian kami mendapat pendanaan dari program Inkubasi Bisnis Teknologi Kemenristek untuk pengembangan Helion ini dengan LPIK ITB sebagai inkubator kami (melanjutkan riset-riset yang telah kami lakukan sebelumnya di komunitas satelit mahasiswa ITB. Kemudian ketika ada berita mengenai Google Loon kami mencoba kontak dengan Pak RA (Rudiantara) dan beliau menanggapi positif dan mensupport hingga saat ini,” cerita Hagorly.
Teknologi balon ini diprediksi mampu menghemat beberapa aspek. Hagorly menjelaskan, secara teoritis teknologi ini mampu mengurangi biaya pembuatan infrastruktur dan mengurangi waktu deploy bail, teresterial maupun satelit. Teknologi balon menurutnya merupakan kompensasi antara teknologi teresterial dan teknologi space/satelit. Namun hal tersebut akan dijawab setelah hasil empiris/praktik yang akan dilakukan.