Menyimak Strategi majoo Melakukan Penggalangan Dana di Tengah "Tech Winter"
Rangkuman sesi #SelasaStartup bersama Co-Founder & CEO majoo Adi W. Rahadi
Persoalan "Tech Winter" masih menjadi fokus para penggiat startup saat ini. Sulitnya untuk menggalang dana, mengharuskan founder untuk mengencangkan ikat kepala sambil mencari inovasi baru untuk menambah revenue stream.
Dalam sesi #Selasastartup kali ini, DailySocial.id bersama Co-Founder & CEO majoo Adi W. Rahadi membahas strategi yang ideal untuk startup saat melakukan kegiatan penggalangan dana, meskipun kondisi masih sulit dan tidak banyak investor yang ingin memberikan dana segar kepada startup.
Hemat pengeluaran dan menjaga runway
Salah satu cara untuk startup bisa tetap bertahan saat kondisi sulit adalah, harus bisa untuk melakukan penghematan pengeluaran secara esktrem agar runway tetap terjaga. Di sisi lain startup juga harus bisa melahirkan inovasi baru yang relevan untuk target pasar, tanpa mengorbankan pengeluaran.
Dalam hal ini apa yang terjadi pada majoo bisa menjadi pelajaran. Ketika sukses mendapatkan pendanaan dari angel investor tahun 2019 lalu, mereka mengalami pertumbuhan bisnis, lalu terhambat karena pandemi awal tahun 2020 .
Untuk bisa terus bertahan dan membuktikan kepada investor bahwa bisnis mereka masih relevan, perusahaan menunda kegiatan penggalangan dana tahun 2020 untuk fokus kepada pengembangan fitur yang kemudian dibutuhkan oleh pengguna.
Setelah bisnis kembali tumbuh, majoo kemudian mendapatkan pendapatan yang stabil dari pengguna mereka dengan kehadiran fitur baru yang bisa diintegrasikan kepada platform marketplace.
"Pandemi untungnya menjadi katalis dan mempercepat adopsi para pelaku ritel untuk kemudian mulai go digital. Bukan cuma healthtech dan edtech saja, namun bisnis ritel juga mengalami perubahan tersebut, dan dengan fitur yang kami tawarkan ternyata menjadi sangat dibutuhkan oleh mereka," kata Adi.
Meskipun menyadari bahwa tahun 2021 dan 2022 akan menjadi tahun yang sangat sulit bagi startup untuk mendapatkan investasi, namun tim majoo percaya jika bisnis startup memiliki fokus yang jelas dan memiliki strategi yang kuat untuk bisa profitable, dipercaya investor akan bersedia untuk memberikan dana segar kepada startup.
Dalam hal ini kesulitan tersebut bukan hanya dialami oleh startup yang masih berada dalam tahap awal saja, namun menurut Adi startup yang sudah masuk ke tahapan lanjutan atau later stage juga kesulitan untuk mendapatkan dana segar.
Kantongi pendanaan lanjutan
Dengan strategi untuk berhemat dan fokus kepada pengembangan fitur, tahun 2021 akhirnya majoo mendapatkan pendanaan Pra-Seri A senilai senilai $4 juta atau setara 56,6 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin AC Ventures, dengan keterlibatan BRI Ventures dan Xendit. Pendanaan ini kemudian menjadi prestasi sendiri bagi perusahaan, dilihat dari jajaran investor yang terlibat dalam pendanaan ini.
Kemudian pada tahun 2022, majoo kembali merampungkan penggalangan dana Seri A senilai $10 juta atau sekitar 149 miliar Rupiah. Tanpa menyebut namanya, putaran ini dipimpin investor ekuitas asal London yang berfokus pada fintech. Investor lain yang terlibat dalam pendanaan di antaranya BRI Ventures, AC Ventures, Quona Capital, dan Xendit.
Menurut Adi agar startup bisa menarik perhatian investor untuk kemudian berinvestasi kepada mereka, ada beberapa cara strategis yang harus dilakukan. Di antaranya adalah tidak menggantungkan pertumbuhan at all cost. Investor saat ini lebih tertarik mendanai startup yang berkualitas dan memiliki strategi yang jelas untuk menuju profitabilitas. Founder yang peduli kepada metrik pertumbuhan bisnis dan metrik biaya untuk jangka panjang juga menjadi perhatian dari investor.
More Coverage:
"Kepercayaan yang sudah diberikan kepada majoo dalam dua tahun terakhir tentunya menjadi pembuktian kepada ekosistem startup di Indonesia bahwa masih ada investor yang optimis dan bersedia untuk memberikan investasi, jika mereka bisa menjaga dan mengatur runway dengan cerdas dan teliti menggunakan pendanaan yang sudah diperoleh sebelumnya," kata Adi.
majoo didirikan oleh tiga founder, meliputi Adi W. Rahadi (CEO), Audia R. Harahap (COO), dan Bayu Indriarko (VP Engineering). Sebelumnya ketiga para pendiri tersebut merupakan pelaku bisnis ritel yang juga melayani pelanggan UKM, sehingga mereka cukup memahami berbagai kesulitan yang ditemui di lapangan.
Layanan majoo dimulai dari sebuah point of sales (POS) alias aplikasi kasir. Saat ini terus diperluas mencakup pengelolaan karyawan, inventori, aplikasi CRM, hingga pemesanan online. Secara statistik, majoo mengklaim telah tumbuh 85% YoY dan telah mengakuisisi lebih dari 20 ribu pengguna aktif dengan tingkat retensi yang dinilai baik.