Bagaimana Menganggarkan Modal untuk Mendirikan Sebuah Startup
Pertanyaan paling umum bagi setiap orang yang mempunyai ide atau rencana mendirikan startup adalah "Berapa biaya yang saya butuhkan untuk mendirikan startup?" Tentu saja jawabanya akan sangat tergantung dari jenis bisnis yang akan didirikan. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu disiapkan, terkait pemodalan, untuk mendirikan sebuah startup.
Ada dua tipe pengeluaran yang umum disiapkan, apapun jenis bisnis atau startup yang dimiliki. Pertama adalah biaya operasional awal seperti ongkos perjalanan, gaji pegawai, sewa ruangan kantor, peralatan kantor, biaya perizinan, dan lain-lain. Kedua adalah jenis biaya yang hanya diperlukan sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda yakni aset, seperti pembelian gedung kantor, mobil, dan lain-lain.
Bila ditanyakan kepada pendiri startup, jawabannya akan sangat bervariasi. Pendiri marketplace properti Urbanindo Arip Tirta mengatakan menyediakan dana awal $50 ribu (lebih dari Rp 600 juta) sebelum memutuskan untuk mencari pendanaan dari luar.
Pendiri layanan e-commerce GantiBaju dan Tees Aria Rajasa Masna menceritakan bahwa di awal pendirian GantiBaju, ia dan rekannya masing-masing merogoh kocek sebesar Rp 5 juta.
“Sejauh pengalaman saya sebenarnya modal justru harusnya (relatif) kecil, yang mahal itu ongkos membesarkannya. Apalagi sekarang ada metode lean startup yang memungkinkan kita bisa memvalidasi ide secepat mungkin dengan ongkos yang sangat minimal,” ujarnya yang dengan jujur menyatakan tidak nyaman membuka berapa modal yang harus dikeluarkan untuk membesarkan GantiBaju.
Aria menambahkan, “Tees Indonesia dari awal sudah ada investment sih, tapi untuk memulainya pun tidak lebih dari sebuah prototipe yang bisa memvalidasi idenya. Baru-baru ini saya baru membuat Get Pebble Strap dan sudah balik modal dalam waktu kurang dari satu bulan.”
Lain halnya dengan pendiri Sribu dan Sribulancer Ryan Gondokusumo, yang memberi gambaran kasar untuk memulai mendirikan startup modal awal yang disediakan dimulai Rp 20-50 juta. Ryan mengatakan, “Biasanya kalau dari day 1 product launching sudah bisa make money maka, modal bisa lebih rendah. Namun kalau jenis startup misal portal berita, itu perlu modal lebih tinggi untuk mendatangkan traffic ke website. Setelah ada traffic, baru bisa make money via ads.”
“Terus terang saya tidak bisa jawab biarpun hanya kira-kira karena hal ini menurut saya sangat tergantung kepada tim pendiri dan produk yang dibuat. Misalnya, kalau salah satu dari tim pendiri adalah programmer andal dan mereka membuat sebuah social network yang aplikasinya bisa dibuat sendiri, maka biaya yang diperlukan minimal adalah untuk web hosting serta biaya hidup dari masing-masing tim pendiri,” ujar Co-Founder HarukaEdu Novistiar Rustandi.
Lebih lanjut Novistiar menerangkan bahwa biaya marketing tentunya bisa dilakukan secara gratis dan organik melalui media sosial. Dengan begitu biaya bisa ditekan serendah mungkin.
Founder Ohdio dan Wooz.in Ario Tamat juga berpendapat senada dan memberi gambaran, “Paling utama untuk sebuah startup itu sumber daya manusia. Kalaupun sumber daya manusianya semuanya adalah founder dan dianggap mau bekerja secara ‘gratis’ (dibayar dengan equity misalnya), mereka tetap harus makan dan menutup pengeluaran lain. Jadi entah gimana caranya, biaya ini harus terpenuhi. Ini bisa berasal dari tabungan, atau seed investment, dan harus dihitung paling tidak untuk satu tahun ke depan bekerja."
Selanjutnya Ario menambahkan dibutuhkan peralatan yang diperlukan. Kalau inti dari startup-nya adalah programming, dibutuhkan perangkat komputer yang memadai beserta fungsi lainnya, seperti business development dan finance. “Nah pas saya sih, kebetulan semua yang terlibat di Ohdio sudah memiliki komputer sendiri,” sambungnya.
Tentu saja Ario menambahkan karena startup bergerak sebagai industri Internet ada biaya domain, hosting dan, kalau diperlukan, biaya-biaya mendaftarkan aplikasi ke iTunes, Google Play, dan sebagainya.
Karena setiap bisnis berbeda, dan memiliki kebutuhan uang tunai yang spesifik pada tahap perkembangan yang berbeda, tidak ada metode universal untuk memperkirakan biaya startup Anda. Beberapa bisnis dapat dimulai dengan anggaran yang lebih kecil, sementara yang lain mungkin memerlukan investasi yang cukup besar dalam persediaan atau peralatan. Pertimbangan lain mungkin termasuk biaya untuk memperoleh atau merenovasi bangunan atau pembelian peralatan jangka panjang.
Untuk menentukan berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk memulai, Anda harus memperkirakan biaya melakukan bisnis untuk satu bulan pertama. Beberapa biaya ini akan menjadi biaya tahunan, seperti domain, hosting, atau ruang kerja. Beberapa biaya lainnya merupakan biaya berkelanjutan setiap bulan, seperti biaya utilitas.
Saat mengidentifikasi biaya-biaya tersebut, pendiri yang bijak akan dapat memilah pengeluaran menjadi penting atau opsional. Anggaran startup yang realistis harus mencakup hal-hal yang esensial untuk memulai bisnis.