Startup “Biotech” Mycotech Lab Peroleh Dana Pra-Seri A 18 Miliar Rupiah
Dana akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi, bangun fasilitas penelitian di Jepang dan Singapura
Startup biotech asal Indonesia Mycotech Lab (MYCL) mengumumkan telah menyelesaikan putaran pendanaan pra-Seri A senilai $1,2 juta (lebih dari 18 miliar Rupiah). Investor yang berpartisipasi di antaranya AgFunder, Temasek Lifesciences Accelerator, Fashion for Good, Third Derivative, Lifely VC, dan Rumah Group.
Modal segar ini rencananya akan digunakan Mycotech membangun dan meningkatkan produksi bahan Mylea Mycotech dari operasinya di Bandung demi memenuhi permintaan dari mitra merek fesyen. Juga, untuk mengembangkan fasilitas penelitiannya dengan membuka laboratorium penelitian di Jepang dan Singapura pada tahun ini. Harapannya, perusahaan dapat meningkatkan kualitas Mylea dan bernilai kompetitif di ranah global.
Sebagai catatan, AgFunder merupakan mitra ventura dari Grow Impact Accelerator yang diikuti Mycotech saat terpilih sebagai salah satu peserta program tersebut. Selama program berjalan di April kemarin, peserta juga memperoleh dana segar sebesar $100 ribu dan berkesempatan ikut rangkaian pelatihan dan akses pendanaan lanjutan.
Dalam keterangan resmi, Direktur Eksekutif AgFunder Asia John Friedman berkomentar, serupa dengan tren yang telah disaksikan di industri makanan, pihaknya percaya ada peluang signifikan bagi perusahaan untuk memikirkan kembali metode produksi konvensional untuk mengubah ruang material. Perusahaan terkesan dengan semangat dan komitmen tim MYCL untuk mengembangkan produk yang memberikan semua bentuk dan fungsi yang setara dengan hewani tetapi tanpa dampak negatif terhadap etika dan lingkungan
“Dan terlebih lagi mereka berhasil mencapai ini melalui model yang hemat biaya dan sangat skalabel. Kami bangga menghitung MYCL sebagai salah satu investasi pertama kami dari AgFunder SIJ Impact Fund, dan bersemangat untuk bergabung dengan Adi dan tim dalam upaya mereka untuk menginspirasi masyarakat konsumen yang lebih berkelanjutan di persimpangan makanan dan mode,” kata Friedman.
Sementara itu, CEO Temasek Life Sciences Accelerator (TLA) dan Temasek Life Sciences Laboratory (TLL) Peter Chia mengatakan, saat ia pertama kali bertemu Adi dan timnya, begitu terasa dorongan dari mereka untuk membawa perubahan. MYCL berada pada titik belok di mana penelitian bioteknologi transdisipliner siap untuk kontribusi yang signifikan terhadap keberlanjutan.
“Kami senang bergabung dengan mereka dalam perjalanan ilmiah mereka, memberikan keunggulan kompetitif bioteknologi dan modal strategis untuk membantu MYCL berinovasi aplikasi biomaterial di jantung Asia. Kami berharap dapat menjadikan Mylea sebagai produk berkelanjutan berbasis bio yang lengkap untuk dunia yang lebih baik.”
CEO Mycotech Adi Reza Nugroho bersyukur memiliki mitra yang mau tumbuh bersama untuk mengembangkan produk agar siap pasar dan mengurangi kerusakan lingkungan dengan menghadirkan kulit miselium berdampak rendah.
“Kami juga senang bahwa selama COVID-19, MYCL berhasil mengirimkan semua produk ke kampanye Kickstarter, meningkatkan kapasitas produksi hingga 5 kali lipat, dan mendapatkan perjanjian percontohan dengan 6 merek global.” kata Adi.
Perkembangan Mycotech Lab
CEO Adi Reza Nugroho mendirikan Mycotech dengan misi untuk menciptakan bahan berkualitas tinggi yang terbuat dari miselium yang memenuhi standar tertinggi industri biotek. Dia juga ingin membuat dampak nyata dengan mengurangi penggunaan hewan di industri mode dan menghadirkan bahan berkelanjutan yang memenuhi standar industri mode tanpa kompromi.
Sebagai catatan, Mycotech mengembangkan proses ilmiah baru untuk menumbuhkan produk berbasis miselium jamur, bagian vegetatif jamur sebagai perekat alami. Miselium merupakan bahan pengikat untuk membuat komposit biomaterial (Biobo) dan mengolahnya untuk membuat bahan seperti kulit (Mylea) yang kuat. Juga, material lainnya berbasis limbah pertanian yakni jagung hingga kelapa sawit. Seluruh material tersebut digunakan untuk desain produk fesyen bermitra dengan klien.
Sejauh ini, Mycotech telah mengirimkan sampel material Mylea ke 16 negara setelah kampanye Kickstarter aslinya. Portofolionya tersebar, mulai dari kerja sama dengan desainer pemenang hadiah LVMH Masayuki Ino dari Jepang, produknya dipamerkan di Paris Fashion Week S/S 2021 dan F/W 2022. Kemudian, pada Maret dan April lalu, berkolaborasi dengan merek Hijack Sandals ke pasar luar negeri dalam peluncuran sandal kulit miselium yang disebut “Mimic Mylea” secara ekslusif di Jepang.
Ke depannya, Mycotech akan membawa enam merek global, dengan salah satu merek berasal dari Fashion for Good, untuk uji coba membuat prototipe, membawa produk ke pasar, dan membuat koleksi kapsul.
Selain fokus pada Mylea, perusahaan juga akan mengembangkan riset dan penetrasi untuk dua produk lain berbahan miselium untuk jangka panjang. Biobo untuk menciptakan pola struktural termutakhir yang meremajakan ruang perumahan, industri, dan publik, serta penelitian gabungan yang memungkinkan penjelajahan lebih lanjut tentang banyak kemungkinan jamur sebagai kunci masa depan.
Saat ini, Mycotech mengoperasikan pabrik untuk fasilitas produksi berkapasitas 10.000 kaki persegi di Indonesia.
Mycotech didirikan lewat ide para alumni ITB dari usaha Growbox pada 2012, yakni solusi media tanam dari jamur hingga kemudian berkembang jadi inovasi material komposit dari kulit ramah lingkungan. Pendirinya, selain Adi Reza Nugroho, ada Ronaldiaz Hartyanto (Chief Innovation Officer), Robby Zidna Ilman (COO), Arkha Bentangan (CTO), dan Annisa Wibi Ismarlanti (CFO).
Dalam perjalanannya, solusi inovatif ini turut didukung pemerintah dengan melakukan konsolidasi kelembagaan riset dengan kampus untuk meningkatkan kualitas hasil riset dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Difasilitasi oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bersama UNS Solo dan Universitas Padjadjaran, riset ini didukung dengan pendanaan multi-tahun sebesar Rp1 miliar per tahunnya.