[Now Playing] Call of Duty: Ghost Singleplayer
Keadaan yang terjadi sekarang di pasar game-game shooter pernah terjadi sekitar sepuluh tahun lalu. Dahulu, permainan bertema Perang Dunia 2 memenuhi pasar hingga titik jenuh, dan hanya ada beberapa franchise yang tampak spesial. Mereka berbeda dengan judul-judul lain yang hambar karena berhasil memadukan keakuratan sejarah, drama perang, serta gameplay sinematik yang menegangkan. Call of Duty adalah satu dari sedikit game tersebut.
Sebelum mulai menggarap seri awal Call of Duty, Infinity Ward menghabiskan banyak waktu mewawancarai para veteran PDII untuk mengetahui seperti apa mengerikannya perang, kemudian mereka mengunjungi situs-situs pertempuran bersejarah untuk menyajikannya ke gamer dengan detail tinggi secara digital. Gamer bukan hanya sekedar diajak bermain, namun juga medapatkan ilmu sejarah yang sangat berharga.
Kesuksesan seri awal Call of Duty membuat Infinity Ward mulai berani keluar dari zona nyaman mereka. Di tahun 2007, Modern Warfare dirilis. Infinity Ward meninggalkan pantai Normandia dan hutan Ardennes di Belgia, dan merangkul persenjataan modern, pasukan serbu elit Special Air Service Inggris, tema terorisme dan jargon-jargon perang super-macho.
Wawancara veteran perang digantikan dengan wawancara operatif militer, sejarah akhirnya diganti dengan doktrin militer dengan perspektif sempit. Walau begitu, Modern Warfare laris manis.
Hari ini, enam tahun kemudian, first-person shooter bertema militer tampak hanya berjalan di tempat. Call of Duty: Ghost, seri Call of Duty kesepuluh yang ditujukan untuk 'bertarung' dengan Battlefield 4, menyajikan hal yang sama seperti lima pendahulunya. Kali ini sang developer bergeser sedikit ke masa depan - saat Amerika bukan lagi negara adidaya.
Namun pada dasarnya, Ghost tidak berbeda dari Modern Warfare ataupun Black Ops. Anda akan membunuh ratusan orang, tapi kini semuanya terasa hambar. Tidak ada bedanya saat Anda membunuh korban pertama atau korban ke 1500 di dalam game: mereka hanyalah robot bodoh yang menunggu Anda untuk dibantai, bedanya, mereka hanya membalas tembakan saja.
Komplain terbesar saya yang pertama adalah permainan ini tidak benar-benar membiarkan saya bermain. Ada suatu saat dimana pemain menodongkan senjata ke dagu tentara musuh. "Klik kiri untuk menembak," begitulah perintah game ini. Bagaimana jika saya tidak mau menembaknya, bagaimana jika saya ingin membiarkannya pergi walaupun harus lari telanjang?
Kemudian ada saat lain dimana saya harus menikam musuh yang sedang melamun, "Tekan E untuk menggunakan pisau." Bagaimana jika saya tidak mau menikamnya, bagaimana jika saya hanya ingin melewatinya diam-diam dengan damai, bagaimana jika sebenarnya ia sedang memikirkan anak istrinya di rumah dan menyesal mengapa ia harus melakukan pekerjaan kotor ini?
Ghost tampak asal-asalan dalam mencari alasan untuk membunuh musuh secara legal, setelah gamer sudah muak memberondong Nazi, teroris Timur Tengah, ekstrimis Rusia dan zombi, kini giliran negara fiktif di daerah Amerika Selatan yang menjadi korban.
Masalah kedua ialah Ghost memberikan gameplay yang tanggung dan terpisah-pisah, mengingat game ini bisa diselesaikan kurang lebih dalam enam jam. Di suatu misi dalam game, Anda akan bermain sebagai peliharaan anjing sang tokoh utama, Riley. Anda harus mengendap-endap ke wilayah musuh untuk memata-matai mereka, Riley bisa membantai musuh diam-diam dan bersembunyi di rerumputan sembari bergerak.
Sayangnya saat saya sudah merasa nyaman dengan Riley, saya harus kembali membopong senjata. Mengapa Infinity Ward tidak menciptakan satu campaign yang didedikasikan untuk Riley? Saya sudah bosan menembak musuh dalam Modern Warfare dan Black Ops, kini saya hanya ingin menggigit mereka hingga akhir game.
Kemudian di satu level Anda akan menjadi pilot helikopter serbu. Sayangnya saat Anda sudah mahir mengkombinasi serangan senapan mesin, roket dan chaff (umpan anti-serangan rudal), Ghost mengajak Anda mengerjakan tugas lama. Saat permainan selesai, Anda tidak lagi merasa sedih harus berpisah dengan game ini, bahkan Anda akan melewatkan credit roll, tidak peduli lagi pada para individu yang mengerjakannya.
Terlepas dari kritik saya di atas, Call of Duty: Ghost adalah permainan yang cukup mengasyikkan. Ia bisa menjadi relaksasi di antara kesibukan sehari-hari, atau bahkan untuk melepas kepenatan di kantor. Salah satu kelebihan (atau kekurangan) Ghost adalah ia tidak mengharuskan Anda berpikir keras untuk bisa menikmatinya. Jika bingung harus berbuat apa selanjutnya, game ini tidak segan-segan memunculkan tulisan 'Tekan N untuk mengaktifkan remote sniper!' besar di depan mata Anda.
Bahkan Anda bisa mudah bergabung dengan multiplayer drop-in/drop-out-nya dengan praktis, hanya dalam dua tiga langkah, Anda dan kawan-kawan sudah bisa saling bertukar timah panas. Mungkin juga kemudahan akses ini yang membuat Ghost laris. Infinity Ward juga tidak memiliki beban mental dimana mereka harus melakukan studi dan menyajikan keakuratan sejarah dalam dunia digital berbasis fiksi...
Tentu saja Infinity Ward (IW) harus mengubah permainan mereka. Jika mereka tetap seperti ini, franchise Call of Duty akan tenggelam begitu saja terlepas dari angka penjualan yang mengagumkan. Jangan sampai franchise yang tadinya begitu besar, akhirnya terlupakan dari benak gamer. Terlambat masih lebih baik dibandingkan jika IW bersikeras untuk tetap melakukannya seperti ini.
-
(Game ini dijalankan di notebook gaming MSI GT70 dengan spesifikasi 4th generation Intel® Core™ i7 Processor @3.0GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 780M, 16GB RAM, penyimpanan Super RAID 2 dengan 3 SSD RAID, teknologi Cooler Boost 2 dan desain NOS ekslusif yang meningkatkan performa GPU hingga 10% . Anda bisa membeli Call of Duty: Ghost di Steam seharga mulai dari US$ 59).