Pendiri Startup Sebut Pendidikan di Amerika Serikat Tingkatkan Kepercayaan Diri dan Buka Akses terhadap Pendanaan
Brown, Purdue, Columbia, dan Harvard merupakan beberapa universitas di Amerika Serikat di mana kebanyakan pendiri startup ternama asal Indonesia melanjutkan pendidikan mereka. Dalam sebuah perbincangan baru-baru ini, mereka bahkan mengakui bahwa pengalaman hidup di luar negeri itulah yang kemudian membantu mereka mendirikan bisnis berbasis teknologi.
“Saya akan tetap melakukannya (mendirikan startup), namun tidak secepat ini,” ujar Founder Go-Jek Nadiem Makarim.
Nadiem merupakan lulusan dari Universitas Brown dan Harvard. Ia meluncurkan bisnisnya, yang berfokus pada penyediaan layanan ojek, pada 2011 saat setelah menyelesaikan studinya di Amerika Serikat. Go-Jek sendiri pada akhirnya meraih kepopuleran karena kehadiran aktifnya di berbagai media sosial.
Nadiem menambahkan bahwa pengalamannya belajar di Amerika Serikat “membuka mata saya terhadap orang-orang luar biasa dari seluruh penjuru dunia”. Ia menambahkan bahwa kebanyakan teman kuliahnya bahkan telah mendirikan startup sejak mulai mendaftar di program Master.
Hal inilah yang kemudian mendorongnya untuk memulai bisnisnya sendiri.
“Anda akan terinspirasi dengan apa yang dilakukan teman Anda, dan level ekspektasi Anda juga akan meningkat saat Anda bergaul dengan orang-orang tersebut,” ia menjelaskan.
Pendiri Berrybenka Jason Lamuda menambahkan bahwa para alumni ikut menjadi sumber inspirasi.
“Para mahasiswa di sana memiliki banyak sekali contoh untuk dijadikan panutan,” katanya. CEO Zappos Tony Hsieh, misalya, merupakan seorang lulusan Harvard.
Hal ini ditambah dengan kuatnya semangat berwirausaha di antara para mahasiswa, membuat para pelajar di sana sangat bersemangat untuk memulai bisnis mereka sendiri. Jason melanjutkan, “Jadi bukan melulu tentang pendidikan yang diberikan di dalam kelas.”
Nadiem menambahkan bahwa pengalaman belajar di luar negeri meningkatkan kepercayaan dirinya karena ia diharuskan untuk bertukar pemikiran dengan para pelajar terbaik dari seluruh penjuru dunia. Ia juga mengatakan bahwa dengan berada di luar negeri, ia dapat melihat pasar Indonesia dari sudut pandang yang lebih luas.
“Hal tersebut membuat Anda terbiasa untuk melihat segala sesuatunya dari sudut pandang orang asing, dalam hal ini para investor asing,” serunya.
Kemampuan untuk melihat segala sesuatunya dari sudut pandang yang lebih luas ini, menurutnya, amat penting saat sedang melakukan presentasi bisnis di hadapan para investor asing. “Anda akan lebih mengerti tentang keinginan mereka dan berbicara dengan bahasa mereka,” katanya.
Pendiri Veritrans Indonesia Ryu Kawano Suliawan, sebuah penyedia solusi pembayaran, menekankan bahwa pengalaman berkuliah di Amerika Serikat membantu para pendiri startup dalam membangun jaringan bisnis mereka, termasuk dengan para investor. Ryu sendiri merupakan lulusan Harvard Business School.
“Para lulusan Amerika Serikat dapat bertemu dengan lebih banyak orang yang dapat membawa mereka kepada para investor, sehingga proses pencarian dana akan menjadi lebih mudah,” ujarnya.
Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa tingkat persaingannya sudah “setingkat lebih maju”. Jumlah investor kelas dunia yang masuk ke Indonesia semakin bertambah setiap harinya. Tokopedia, sebuah perusahaan e-commerce yang didirikan oleh William Tanuwijaya, baru-baru ini mendapatkan pendanaan masif senilai US$ 100 juta dari Softbank dan Sequoia Capital. William menempuh pendidikan di Universitas Bina Nusantara (Binus), sebuah universitas lokal yang menghasilkan banyak lulusan berkualitas di bidang teknologi.
Ryu menambahkan bahwa pada akhirnya “fakta bahwa Anda berkuliah di Amerika Serikat” tidak terlalu penting. “Saya percaya bahwa ada dua kunci sukses dalam menjalankan startup. Pertama, hasrat untuk melakukan sesuatu yang besar, dan kedua, kemampuan untuk mengendalikan keuangan,” katanya.
Jason setuju bahwa “lulusan lokal memiliki potensi yang sangat besar”. Yang harus mereka lakukan hanya menjadi lebih berani , terutama mereka yang sudah mulai bekerja pada startup besar yang akan memimpin gelombang startup berikutnya.
“Perlahan namun pasti, mereka akan menjadi kunci dan sumber inspirasi untuk gelombang startup serikutnya,” pungkasnya.