1. Startup

Awali Bisnis Rental Modem Portabel, Passpod Siap Ramaikan Industri Pariwisata

Akan merambah jasa akomodasi perjalanan, mulai dari direktori, atraksi, tiket hotel, dan pesawat. Bakal hadir dalam bentuk aplikasi

Ceruk bisnis pariwisata di Indonesia kian menarik, seiring makin meningkatnya jumlah pelancong outbound dan inbound dari tahun ke tahun. Menjawab potensi tersebut, kian beragam perusahaan berlomba-lomba terjun ke sana, termasuk Passpod.

Pendekatan awal yang dilakukan Passpod sedikit berbeda lantaran model bisnis yang ditawarkan adalah bisnis rental modem 4G portabel, dapat digunakan untuk perjalanan ke luar negeri.

"Solusi [industri pariwisata] yang hadir saat ini masih fokus pada transportasi dan hotel. Masih lack of travel knowledge yang sebenarnya ini berkaitan dengan isu konektivitas. Kami ingin jadi rekanan outbound dengan menyediakan kemudahan koneksi W-Fi sehingga pelancong bisa menjangkau daerah atraksi lokal," terang CEO Passpod Hiro Whardana kepada DailySocial.

Model bisnis ini sudah dilakukan Passpod sejak setahun lalu. Perusahaan menyewakan modem 4G yang dapat berfungsi di lebih dari 60 negara di seluruh dunia, dipakai bersama oleh lima perangkat, dan harga paket yang diklaim lebih murah dibandingkan roaming atau membeli paket kartu prabayar di negara lain.

Perusahaan menyewa sekitar 3-4 ribu unit modem per bulannya dengan total pengguna sekitar 100 ribu orang sepanjang tahun lalu. Negara utama tujuan pemakaian Passpod adalah Jepang, Singapura, dan negara-negara di Eropa.

Bila melihat dari periode masa sewa, setiap bulannya penyewaan modem Passpod mengalami kenaikan yang drastis. Pada Desember 2017 secara total angkanya mencapai 32.420 hari.

Untuk pemesanan modem, pengguna dapat melakukannya di situs Passpod, kemudian menyelesaikan pembayaran. Modem bisa diantar lewat kurir atau di bandara. Pengembaliannya juga bisa melalui kurir.

Setiap paket sudah dilengkapi dengan USB charger, kabel USB, pouch, dan power bank untuk menambah daya baterai modem.

Di Indonesia, pemain serupa Passpod yang turut mewarnai industri pariwisata di antaranya adalah Wi2Fly dan JavaMifi.

Siap meluncurkan aplikasi

Hiro melanjutkan, melalui model bisnis ini perusahaan akan mendapatkan data pengguna yang bisa dimanfaatkan untuk database mengembangkan layanan perencanaan perjalanan. Hal ini akan dikombinasikan dengan chatbot untuk memudahkan pengguna merencanakan perjalanan dan memberikan referensi terbaik sesuai profil masing-masing.

Layanan tersebut akan tersedia dalam bentuk aplikasi pada April 2018. Di fitur ini, pengguna bisa memesan tiket atraksi dan mendapatkan direktori transportasi menuju lokasi wisata.

"Tak hanya itu pengguna nantinya juga bisa langsung beli kuota paket dari aplikasi sesuai kebutuhan mereka. Aplikasi ini masih kita develop rencananya April ini mau diluncurkan."

Untuk bentuk kemitraannya, perusahaan akan bekerja sama dengan berbagai pihak pendukung, seperti maskapai penerbangan, hotel hingga penyedia layanan atraksi.

"Sekarang kami baru memiliki kantor di Jakarta dan Singapura, rencananya kami akan cari mitra lagi di negara favorit atau buka kantor di sana."

Sedangkan untuk kemitraan dengan lokal, Passpod akan memperbanyak kerja sama dengan penyedia jasa agen perjalanan untuk memasukkan penyewaan modem dalam paket tur mereka. Saat ini perusahaan telah bermitra dengan 10 agen perjalanan, seperti Bayu Buana dan Panorama Tours.

Ingin jual modem secara ritel

Sementara ini, menurut Hiro, fokus bisnis penyewaan modem baru diperuntukkan ke wisata outbound. Mengenai peluang pengembangan ke tahap lebih lanjut, seperti penjualan modem sendiri, menurutnya Passpod masih menunggu lulus proses TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dari pemerintah.

Apabila sudah lulus TKDN, Passpod akan mulai menjual modem secara ritel. Untuk pengadaan modem itu sendiri, Passpod merakit sendiri dengan komponen yang dibeli dari luar negeri.

"Ketika kami sudah lulus TKDN, kami bisa jual modem untuk wisata inbound. Itu potensinya akan sama besarnya dengan wisata outbound."

Buka opsi untuk IPO

Sejauh ini operasional bisnis Passpod masih dilakukan secara bootstrap (dari kantong sendiri), belum pernah menerima investasi dari pihak luar sejak pertama kali berdiri di tahun lalu. Tentunya, untuk eskalasi bisnis lebih cepat dan mewujudkan ambisinya, perusahaan harus segera mencari investasi dari pihak ekternal.

Oleh karenanya, perusahaan sedang membuka peluang pencarian dana dari berbagai opsi. Mulai dari bertemu dengan perusahaan modal ventura, atau melakukan penawaran saham baru (IPO).

"Kami sudah ada rencana untuk raise funding tahun ini. Masih buka pelajari semua opsi yang ada, dari berbicara dengan modal ventura, atau melakukan IPO terlebih bursa saat ini cukup gencar promosikan IPO," pungkas Hiro.