Pendanaan Startup Asia Tenggara Catat Rekor, Per Agustus 2018 Capai 46 Triliun Rupiah
Meningkat 16% dibandingkan perolehan total sepanjang tahun 2017
Investasi yang diberikan venture capital (VC) di Asia Tenggara dilaporkan meningkat tahun ini, menuju rekor nilai investasi tertinggi. Hingga Agustus 2018, peningkatannya sudah mencapai 16% jika dibandingkan dari keseluruhan nilai yang dikucurkan pada tahun 2017. Per Agustus, nilainya mencapai $3,16 miliar (setara hampir 46 triliun Rupiah), sementara tahun 2017 membukukan $2,72 miliar.
Laporan tersebut disampaikan Singapore Venture Capital and Private Equity Association. Menurut Chairman Thomas Lanyi, lingkungan bisnis (khususnya digital) di Asia Tenggara menjadi lebih hidup berkat para pemain yang mulai meningkatkan gairah bisnis. Asia Tenggara menjadi basis pasar potensial dengan total penduduk mencapai 640 juta.
Angka tersebut diprediksikan masih akan terus meningkat hingga akhir tahun 2018, seiring dengan target pencarian dana baru yang dilakukan startup besar untuk kebutuhan ekspansi. Beberapa startup yang beroperasi di Indonesia yang turut meramaikan dominasi nilai pendanaan, seperti Grab, GO-JEK, dan Traveloka.
Selain itu, perekonomian digital di wilayah regional ini memang diproyeksikan terus meningkat. Hasil riset Google-Temasek memaparkan bahwa di tahun 2025 mendatang ekonomi digital di Asia Tenggara diprediksi akan melebihi angka $200 miliar. Sementara di tahun 2017 nilainya tercatat sekitar $50 miliar.
Asosiasi juga turut menyoroti soal batasan kabur antara venture capital dan ekuitas swasta (perusahaan yang memberikan pendanaan melalui unit investasinya). Pasalnya di wilayah ini, pendanaan tidak selalu dipimpin perusahaan modal ventura (VC). Beberapa perusahaan teknologi global mulai memainkan peran, sebut saja Alibaba, Tencent, Google, hingga Microsoft.
Kondisi di Indonesia
Sebelumnya pada pertengahan tahun lalu, OJK menyampaikan catatannya terkait penyaluran investasi oleh VC untuk startup di Indonesia. Per bulan Mei 2018, angkanya sudah mencapai 8,22 triliun Rupiah, meningkat 14,95% dibandingkan periode yang sama di tahun 2017. Menurut otoritas kinerja positif didorong hasil perbaikan bisnis para pelaku usaha lokal.
Menimbang data yang dimiliki, OJK optimis hingga akhir tahun nanti pertumbuhannya akan mencapai dua digit. Hal tersebut didorong beberapa hal, salah satunya insentif pajak dari pemerintah.