Perusahaan Taksi White Horse Gandeng Penyedia Sistem On-Demand
Akan memanfaatkan armada non produktif untuk digunakan dalam layanan taksi online
Transportasi online sekarang ini menjelma menjadi layanan yang digandrungi masyarakat sekaligus membuat pusing pengusaha taksi konvensional. Salah satu cara yang dilakukan pengusaha taksi konvensional untuk bertahan dalam persaingan adalah dengan mengoptimalkan teknologi atau menggandeng penyedia layanan transportasi online untuk mengoptimalkan armada mereka. Cara inilah yang coba diambil oleh PT Weha Transportasi Indonesia Tbk. (White Horse) dengan mencoba menjalin kerja sama dengan penyedia layanan transportasi online seperti Go-Jek, Grab dan juga Uber.
Di tahun 2016 ini White Horse berusaha melakukan transformasi dari layanan taksi konvensional menjadi taksi online. Hal ini dikarenakan keuntungan mereka mengalami penurunan yang cukup drastis di periode 2015. Jika di tahun 2014 mereka berhasil mendapat keuntungan sebesar Rp 96,14 miliar di tahun 2015 turun lebih dari separuh menjadi Rp 34,18.
Seperti diberitakan SWA, Direktur Utama White Horse Angreta Chandra mengatakan langkah transformasi yang diambil adalah dengan mengoptimalkan armada non-produktif untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan transportasi online.
“Idle capacity yang kami miliki bisa dimanfaatkan untuk kerja sama dengan Go-Jek, Grab, atau Uber,” ujarnya.
Sejauh ini di tahun 2016 White Horse telah mengurangi 200 armada taksi dari total 700 armada di tahun sebelumnya. Sekarang komposisi armada taksi White Horse terdiri dari 200 taksi eksekutif dan 300 taksi reguler.
Sebelumnya pada April silam melalui anak perusahaannya PT Panorama Mitra Sarana White Horse telah menjalin kerja sama dengan Go-Car dalam hal penyediaan izin usaha dan izin operasi angkutan sewa atas nama White Horse kepada mitra individu Go-Car.
Cukup menarik melihat berbagai macam strategi perusahaan taksi konvensional atas respons terhadap hadirnya layanan transportasi online. Ada yang memutuskan memperbarui aplikasi mereka agar lebih mudah dan nyaman digunakan, ada pula yang akhirnya menjalin kerja sama dengan penyedia layanan transportasi online. Bentuk manuver seperti ini lebih masuk akal dibanding dengan melakukan demo besar-besaran yang ujung-ujungnya merugikan banyak pihak seperti beberapa waktu lalu.
Langkah yang diambil White Horse ini juga bisa menjadi bukti bahwa regulasi adalah hal yang paling dibutuhkan untuk menjembatani industri konvensional dengan startup yang membawa perubahan melalui teknologi. Diatur untuk sama-sama menguntungkan, baik sesama pelaku bisnis maupun pengguna.