Platform "Crowdgiving" Bantoo.id Jembatani Kegiatan Donasi secara Digital
Bantoo.id memadukan donasi barang dan uang untuk kepenitngan sosial
Besarnya minat masyarakat umum untuk melakukan donasi secara online, menjadi salah satu alasan platform Bantoo.id hadir. Kepada DailySocial.id, Co-founder Bantoo.id Ratna Veronica menyebutkan, Indonesia sebagai negara teratas dalam inisiatif untuk memberi (oleh World Giving Index) ditambah dengan kultur gotong-royong yang sudah mendarah daging.
"Namun online giving platform sebagai sociotech masih jauh kalah kuantitas dan perkembangannya dibanding fintech dan tentunya online marketplace," kata Ratna.
Secara khusus Bantoo.id memadukan donasi barang dan uang. Berbeda dengan platform serupa lainnya, Bantoo.id bukan hanya sekedar crowdfunding platform, namun merupakan crowdgiving. Ke depannya ada beberapa vertical product dan layanan lagi yang akan dikembangkan.
Mereka juga berupaya untuk tidak menjual kesedihan, baik lewat cause campaign, konten cerita campaign, maupun foto. Perusahaan lebih mengedepankan semangat, perjuangan, inspirasi kebaikan dan berita positif. Bantoo.id juga menerapkan 5 tahap verifikasi untuk setiap kampanye yang dijalankan.
"Bantoo.id dapat diakses oleh pengguna di seluruh Indonesia. Untuk penggalang dana sendiri tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan cause penggalangan yang beragam. Pertumbuhan unique visitor kami cukup baik dengan conversion rate to donate yang cukup tinggi. Kami mulai dari nol, dan saat ini ada di angka 200 ribu visitor per bulan," kata Ratna.
Strategi monetisasi yang dilancarkan pada platform crowdfunding adalah 5% platform fee dari donasi terkumpul dan dikarenakan adanya crowdgiving, monetisasi bertambah dengan persentase margin dari barang donasi yang terjual di Bantoo.id. Campiagner dan mitra cukup beragam.
Diawasi oleh Kemensos dan Kominfo
Saat ini Bantoo.id diawasi oleh Kementrian Sosial dan Kominfo. Disinggung apakah nantinya Bantoo.id akan bertransformasi lebih dari sekadar platform donasi, mereka menegaskan untuk saat ini dan ke depannya akan terus menjadi platform crowdgiving di Indonesia.
Cara unik yang kemudian dilancarkan oleh mereka yaitu menawarkan pilihan donasi bukan hanya uang, namun juga barang, zakat, hingga bagi ilmu. Dengan demikian memberikan pilihan kepada orang banyak untuk melakukan donasi dengan opsi yang lebih luas.
"Saat ini donasi paling banyak adalah donasi dana. Namun dengan menawarkan pilihan seperti #BagiBarang bisa menjembatani mereka secara individu hingga perusahaan yang ingin melancarkan kegiatan CSR memanfaatkan layanan pilihan dari Bantoo.id," kata Ratna.
Salah satu pemicu pertumbuhan layanan donasi Bantoo.id adalah saat pandemi. Pandemi secara langsung memberikan dampak positif, banyak social cause yang memerlukan bantuan dan dapat dibantu. Secara negatif, walaupun tidak terlalu signifikan adalah berkurangnya nilai donasi (basket size) per user.
Meskipun baru berusia 1 tahun, namun Bantoo.id memiliki beberapa rencana yang ingin dilancarkan. Di tahun ini Bantoo.id fokus pada perkuatan dan pengembangan system internal, automated verification & automated withdrawal system.
"Oleh sebab itu kami secara selektif memilih campaign baru. Ke depannya di tahun ini kami akan menambah 1-2 vertical product/services untuk memperkuat Bantoo.id sebagai Point of Charity (POC)," kata Ratna.
Disinggung apakah Bantoo.id memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Ratna menegaskan belum ada rencana untuk melakukan penggalangan dana hingga saat ini. Namun demikian perusahaan tidak menutup kemungkinan jika adanya investor yang berniat untuk memberikan dana segar kepada perusahaan.
"Kami saat ini belum fokus untuk mencari investor, namun kami sangat terbuka untuk berdiskusi dengan semua yang melihat sociotech dan pengembangan fintech adalah sesuatu yang baik di Indonesia," tutup Ratna.
Pertumbuhan platform donasi digital
Bukan hanya platform crowdfunding seperti Kitabisa, BenihBaik, hingga crowdgiving seperti Bantoo.id yang saat ini dilirik oleh masyarakat umum, kegiatan donasi online saat ini juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik selama 2 tahun terakhir.
More Coverage:
Gojek pun tahun 2019 lalu telah meluncurkan GoGive, hasil kerja sama dengan platform penggalangan dana Kitabisa sebagai mitra eksklusif. Go-Give memungkinkan pengguna untuk berdonasi, zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), dan kalkulator zakat langsung dalam aplikasi Gojek dengan metode pembayaran Go-Pay.
Data yang dirangkum oleh Katadata terungkap, nilai donasi digital rata-rata naik 72% selama pandemi. Studi juga menggambarkan bahwa derma dari generasi Z atau masyarakat usia di bawah 24 tahun meningkat. Jumlah donatur yang menggunakan layanan digital juga naik 9% menjadi 76%. Dibandingkan empat tahun lalu, nilai dan volume donasi melalui platform digital meningkat 13 kali lipat.
Indonesia Millenial Report 2019 mencatat sebanyak 2,7% milenial pernah berdonasi secara online. Laporan hasil riset yang dirilis IDN Research Institute ini menyatakan Dompetdhuafa.com sebagai situs donasi favorit milenial.