Mengidentifikasi Potensi Pasar M2M di Indonesia
Saat ini penggunaan perangkat M2M masih didominasi pengguna korporasi dan pemerintahan
Berpredikat negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 dunia, Indonesia memiliki pertumbuhan ekosistem pengguna perangkat mobile tercepat. Didasari fakta tersebut, potensi pasar M2M (Machine-to-Machine) di Indonesia sangatlah besar. Diperkirakan pertumbuhannya antara 40 hingga 50 persen per tahun. Hal tersebut diungkapkan oleh Head of M2M Indosat Hendra Sumiarsa dalam sebuah kesempatan wawancara.
Peningkatan pangsa pasar perangkat M2M didominasi di sektor korporasi dan pemerintahan. Hal tersebut dikarenakan saat ini pasar vertikal M2M yang cukup berkembang di Indonesia ialah di sektor jasa keuangan, transportasi, smart energy, serta pengamanan dan pengawasan. Hendra mengatakan bahwa banyak sektor lain di Indonesia yang harusnya masih dapat dioptimalkan dengan manfaat dari M2M.
Selain sebagai inisiator, pemerintah memiliki beberapa peranan kunci lainnya
Saat ini juga mulai bertumbuh pengembangan solusi berbasis M2M untuk industri minyak dan gas, enterprisemobility, logistik, otomatisasi peralatan pabrik, hingga berbagai perangkat elektronik untuk konsumen berbasis smart-things. Di sektor pemerintahan inisiatif smart city juga terus bertumbuh. Meskipun masih dalam tahap awal, dan pemanfaatannya masih sangat mendasar, diyakini perkembangannya ke depan akan semakin cepat, mengingat perangkat-perangkat pendukung sudah mulai terciptakan.
Peran penting pemerintah untuk mempercepat teknologi terbarukan ala M2M termasuk meingkatkan kesadaran adopsi teknologi tersebut. Seperti yang sudah dicanangkan Singapura sebagai Smart Nation. Selain itu mau tak mau pemerintah juga harus mulai merumuskan lebih serius berbagai hal terkait dengan kebijakan untuk mendampingi perkembangan M2M. Di Indonesia sudah ada peraturan untuk branchless banking.
Peluang bagi startup untuk menggarap produk atau solusi untuk platform M2M
Menjadi penyedia layanan tak selalu harus menghasilkan produk berupa perangkat (hardware), memanfaatkan potensi yang sudah ada dapat menipiskan tantangan yang ada, banyak solusi yang dapat dikembangkan di atasnya. Sebut saja manfaat dari sensor Wi-Fi atau CCTV yang mulai tersebar di pusat-pusat kota, bekerja sama dengan pemerintah, atau komunitas setempat (seperti yang sudah ada di Bandung), startup dapat menggarap sebuah solusi M2M.
Misalnya, memanfaatkan CCTV yang tersebar di kota untuk dengan mudah melacak korban penculikan dengan sistem rekognisi wajah, tubuh dan sebagainya. Atau yang paling sederhana dan yang saat ini belum dibuat ialah untuk mengelola konsumsi energi (listrik) di rumah. Sistem M2M dapat dikembangkan untuk memantau besaran energi yang disedot oleh perangkat berlistrik di rumah. Dari informasi tersebut, dapat menghadirkan sebuah simpulan tentang strategi penghematan energi, sebagai bagian dari visi Greener Cities.
Inovasi dapat berawal dari sesuatu yang sederhana. Justru bagi startup potensi sederhana ini yang harusnya digali. Alat eksperimen juga sudah banyak di pasaran, dan cukup terjangkau. Sistem operasi yang ada saat ini pun juga sudah didesain untuk mendukung operasionalitas perangkat M2M atau yang kini banyak disebut sebagai Internet of Things, yang berarti pengembang sudah memiliki pondasi terkait dengan framework dan sistem keamanan.