Prospek Platform Windows Phone di Mata Pengembang Tahun Ini
Platform Windows Phone mendapatkan pukulan berat ketika sejumlah evangelist-nya, seperti Tom Warren dari The Verge dan Ed Bott dari ZDNet, memutuskan untuk meninggalkan platform ini tahun 2014 lalu karena merasa tidak mendapatkan pengalaman terbaik untuk sebuah smartphone. Adopsi Windows Phone di kalangan konsumen juga tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan. Data terakhir IDC menunjukkan marketshare Windows Phone secara global tidak mencapai 3%.
Di tahun 2015 ini, kami berbincang dengan sejumlah pengembang lokal yang setahun terakhir cukup getol membangun aplikasi untuk platform besutan Microsoft. Topiknya adalah prospek platform Windows Phone di mata pengembang tahun 2015 ini. Apakah mereka akan tetap setia membangun produk untuk platform ini? Apakah mereka akhirnya memilih untuk membangun aplikasi di platform yang lebih populer, yaitu Android dan iOS?
Adib Thoriq dari Algostudio, yang membangun aplikasi Blastnote, membuka pendapatnya dengan mengatakan, "Saat awal Algostudio berdiri, kami melihat Windows Phone sebagai salah satu platform yang menarik karena ada dukungan dari prinsipal, yaitu Nokia, yang sangat agresif dibanding kompetitor lain. Kami memanfaatkan momentum tersebut dan terbukti sukses."
M. Hadi Alathas dari Madina Technologies, yang membangun aplikasi Momento, mengamini, "Pada awalnya saya memilih Windows Phone sebagai platform yang saya luncurkan, dikarenakan saya ingin mempunyai produk mobile yang bisa menjadi aplikasi ‘Raksasa/Top’ dan memiliki banyak user pada satu platform. Sehingga ketika kita sudah pindah ke platform lain, setidaknya sudah punya modal user dan nama besar si aplikasi. Jadi akan memudahkan untuk promosi dan mendapat banyak pengguna di platform selanjutnya."
Hadi melanjutkan, "Akhirnya saya memilih fokus di Windows Phone, karena faktor aplikasi sejenis Momento belum ada dan tingkat persaingan aplikasi foto belum seketat seperti di platform iOS dan Android. Dan strategi itu bisa berhasil juga karena ada faktor dukungan dari tim Nokia Developer Indonesia saat itu, yang membantu mempromosikan. Apalagi ketika mereka meluncurkan program DVLUP, yang menurut saya itu program yang sangat bagus untuk developer."
Animo pengembang lokal turun ketika unit mobile Nokia diakuisisi oleh Microsoft. Hadi menyebutkan, "Namun seiring DVLUP tidak seaktif dulu, developer mungkin kembali kesulitan untuk memasarkan aplikasinya ke user. Apalagi Microsot sangat lambat dalam memperbarui OS-nya untuk mengejar ketertinggalan dari OS lain, sehingga pertumbuhan penggunanya pun menjadi stagnan."
Puja Pramudya dari Radya Labs mengakui bahwa saat ini proyek yang berkaitan dengan Windows Phone hanya 20% dari total proyek yang mereka kerjakan. Puja mengungkapkan, "Faktanya, di 2014, saya dan tim lebih banyak mendapatkan tawaran pengerjaan di platform iOS dan Android ketimbang Windows (Phone)."
Prospek Windows Phone di tahun 2015
Sesuai dengan fakta tersebut, semua pihak setuju bahwa tidak mungkin pengembang lokal bertahan hanya dengan membangun produk di platform Windows Phone aja. Hadi, yang baru saja merayakan perolehan 1,5 juta pengguna untuk Momento, dengan realistis mengatakan, "Untuk 2015, peluang untuk dapat banyak pengguna di platform ini masih sangat memungkinkan akan tetapi jalan yang ditempuh akan lebih sulit. Developer harus bekerja lebih keras lagi dalam memasarkan produknya. Kalau saya sendiri rasanya sudah waktu yang tepat untuk membuat Momento di platform lain, karena target kita telah terpenuhi."
Adib lebih optimis dengan berujar, "Mungkin tren adopsi Windows Phone cenderung stagnan, tapi walau demikian Windows Phone memiliki user-base fanatik yang cenderung merasa berat untuk beralih ke platform lain. Sekarang tinggal bagaimana Microsoft melakukan inovasi pada Windows 10."
Adib mengakui tahun 2015 ini tetap akan mendukung Windows Phone, di luar dua platform populer, untuk dua produk yang akan akan diluncurkannya.
Puja menawarkan pendapat yang berbeda. Dia menyebutkan ada kemungkinan Microsoft membawa Windows Phone ke pasar niche, yaitu pasar enterprise. Strategi ini mirip dengan langkah BlackBerry untuk bertahan. Bedanya Microsoft secara tradisional memang memiliki dukungan piranti lunak yang kuat di segmen enterprise, sedangkan BlackBerry lebih fokus ke unsur keamanan.
Ia mengatakan, "Pasca akuisisi, hardware sales itu jadi salah satu goal oleh Microsoft. Dan salah satu strategi yang saya bayangkan, Microsoft akan masuk dari pasar enterprise. Jadi bisa kita harapkan akan banyak inisiatif-inisiatif bundle device sebagai alat bantu operasional bisnis yang ditawarkan Microsoft ke enterprise. Dengan harapan, jika para pekerja menggunakan Windows, mereka akan membawa device itu ke family and friend dan mengharapkan ada viral marketing di situ. Ini mungkin salah satu cara untuk meningkatkan marketshare."
"Lalu peluang bisnisnya bagaimana? Tentunya Microsoft membutuhkan vendor-vendor terpercaya untuk membangun solusi di atas Windows, agar device dan Windows dapat dijual ke enterprise. Dan perlu dicatat, Microsoft ini sales-nya sangat kuat untuk enterprise. Produk-produk mereka sudah mature di sana sehingga bisa mengaktifkan channel-channel sales mereka yang tadinya hanya jualan produk-produk seperti SQL Server (database), System Center (device management), Dynamic CRM (CRM) dan aplikasi-aplikasi lain. Dari sisi bisnis, akan lebih masuk akal bagi ISV di Indonesia untuk menjual solusi berbasis Windows ke enterprise ketimbang membuat aplikasi untuk konsumer," ungkap Puja.