CEO Indodax Oscar Darmawan Optimis Popularitas Aset Kripto Kembali Meningkat
Aset kripto tidak terhubung langsung dengan ekonomi global, membuat nilainya stabil di tengah gejolak konflik dan moneter dunia
Pada bulan Desember 2017, harga aset kripto Bitcoin mencapai angka tertinggi, US$17.549 per koinnya. Fluktuasi tersebut membuat mata uang kripto (cryptocurrency) menjadi perbincangan hangat di berbagai forum. Seiring perkembangannya, berbagai kalangan masyarakat turut menjadikannya sebagai opsi berinvestasi.
Melihat minat pasar yang terus meningkat, berbagai koin baru pun terus diperkenalkan ke publik, termasuk melalui inisiatif penggalangan dana ICO (Initial Coin Offering) untuk sebuah proyek. Di Indonesia ada beberapa startup yang turut meramaikan, seperti Playgame (dengan koin PXG).
Pada akhir tahun 2018, nilai Bitcoin turun tajam di angka US$3.625, dan terus bergejolak hingga pada 13 Januari 2020 nilainya tercatat US$8.740. Diskusi di kalangan masyarakat tentang aset kripto pun cenderung menurut -- di tengah perkembangan platform investasi lain seperti reksa dana, saham, hingga emas.
Untuk mendalami tentang perkembangan aset kripto di Indonesia, DailySocial berbincang dengan Founder & CEO Indodax Oscar Darmawan. Perusahaan rintisan yang sebelumnya bernama Bitcoin.co.id ini merupakan salah satu pionir platform perdagangan aset kripto. Saat ini mereka sudah memiliki sekitar 1,8 juta pengguna dengan puluhan jenis aset kripto yang diperjualbelikan.
Akui penurunan minat
Mengawali perbincangan, Oscar memaparkan data volume perdagangan aset kripto dunia dari tahun ke tahun. Ada penurunan signifikan sepanjang tahun 2019, terlebih jika dibandingkan dengan puncak popularitas di tahun 2017. Kendati demikian, nilai kapitalisasinya dinilai masih memiliki performa yang tertinggi dibanding dengan aset investasi lainnya.
Oscar masih sangat optimis kalau aset kripto akan kembali menanjak popularitasnya. Ada beberapa alasan, salah satunya dampak dari dinamika global yang mulai terjadi di tahun 2020. Bitcoin sebagai aset investasi yang tergolong "safe haven" (cenderung lebih aman untuk dimiliki) dinilai akan diminati lebih banyak orang, karena secara komoditas tidak terhubung langsung dengan ekonomi global, fluktuasinya lebih terkontrol di tengah konflik.
"Dengan tidak terhubungnya Bitcoin dengan sistem ekonomi dunia, membuatnya jadi aset yang aman dan mampu untuk terus mengalami peningkatan meskipun krisis terjadi. Misalnya di tengah konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Iran, justru mengalami efek yang positif untuk nilai Bitcoin. Saat ini harga Bitcoin di Iran naik hingga $25.000. Hal ini serupa dengan perseturuan Amerika Serikat dan Korea Utara tahun lalu yang juga ikut mendorong harga Bitcoin," terang Oscar.
Di samping itu, faktor lain, menurut Oscar, adalah hadirnya kebijakan pelonggaran moneter oleh sebagian bank sentral dalam upaya pengentasan perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat serta berkurangnya persediaan Bitcoin akibat "Halving Day 2020" akan membuat permintaan meningkat.
Seperti diketahui, jumlah peredaran aset kripto seperti Bitcoin memiliki batasan sampai titik nilai tertentu. Tidak seperti mata uang konvensional yang bisa ditambah-cetak setiap tahun.
Perkembangannya di Indonesia
Presiden Joko Widodo dalam sebuah kesempatan menyampaikan, anak muda didorong untuk mengetahui tren teknologi global, tak terkecuali mengenai aset kripto seperti Bitcoin. Pernyataan tersebut disambut optimis oleh pemain industri terkait seperti Indodax.
Melalui asosiasi, komunikasi dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia (Bappebti) terus digalakkan. Salah satunya menelurkan peraturan No. 5 Tahun 2019 tentang ketentuan teknis penyelenggaraan pasar fisik aset kripto di bursa berjangka. Aturan ini ditandatangani pada 8 Februari 2019.
Adanya beleid yang mengatur, baik dari sisi komoditas dan industri, membuat masa depan perdagangan aset kripto semakin cerah. Payung hukum memberikan dampak keyakinan kepada masyarakat, sembari mengurangi risiko kecurangan bisnis yang mungkin bisa terjadi di tengah proses edukasi pasar.
"Kami sendiri di Indodax akan terus bekerja dengan Bappebti untuk menciptakan ekosistem dan industri yang positif di Indonesia. Awal tahun ini kami berharap bisa mengantongi izin resmi dari Bappebti (sebagai penyelenggara platform)," ujar Oscar.
Proyek blockchain dan eliminasi industri
Blokchain sebagai teknologi fundamental yang menghasilkan produk mata uang kripto makin banyak dieksplorasi oleh perusahaan untuk mendukung sistem yang lebih transparan. Bahkan banyak lembaga pemerintah di dunia yang mulai mendalami riset implementasi blockchain di sektor publik.
More Coverage:
Menurut Oscar, sepanjang tahun 2016 hingga 2017 belum banyak perusahaan yang membutuhkan blockchain. Kebanyakan baru dimanfaatkan untuk keperluan ICO. Namun memasuki tahun 2018 hingga awal tahun 2020, mulai banyak proyek blockchain yang memiliki kredibilitas baik dan relevan. Di sisi lain, ia juga melihat kalangan investor saat ini sudah lebih dewasa sehingga mereka lebih skeptis terhadap rumor atau berita miring yang beredar tanpa dasar.
Hingga saat ini token yang paling populer masih sedikit jumlahnya. Merek seperti Ethereum dan Bitcoin masih menjadi pilihan utama. Namun dalam dua tahun terakhir banyak pemain seperti startup yang merilis token milik mereka sendiri.
Faktanya tidak mudah untuk mengelola sebuah token, sehingga selama dua tahun terakhir banyak token-token yang terbilang tidak jelas fungsinya mulai tereliminasi. Efek dari eliminasi tersebut akhirnya menjadikan beberapa di antara pemain token untuk kemudian melakukan merger dan mendirikan sebuah entitas yang baru.
Menurut Oscar, langkah seperti sah-sah saja untuk diambil, karena pada akhirnya untuk bisa memperbesar industri ini, ekosistem harus diciptakan dan semua pemain yang terlibat tidak bisa menjalankan bisnis secara independen.