Rekosistem Hadirkan Solusi Pengelolaan Sampah untuk Bisnis dan Rumah Tangga
Telah memperoleh pendanaan awal dari Bali Investment Club dan menjalin kerja sama strategis dengan Marubeni
Sampah adalah produk dari hasil konsumsi, sehingga tidak bisa dieliminasi dari proses kehidupan masyarakat, akan bertumbuh sesuai dengan kemampuan daya beli dan jumlah populasi. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke-4 di dunia, pengelolaan sampah di negara ini dinilai masih jauh dari kata 'optimal'.
Rekosistem didirikan pada tahun 2018 oleh Ernest Layman dan Joshua Valentino atas dasar kekhawatiran akan masalah pengelolaan sampah di Indonesia. Berawal dari usaha kecil berbentuk UMKM bernama "Kahiji (Khazanah Hijau Indonesia)", layanan ini berkembang menjadi startup teknologi pengelolaan sampah yang inovatif.
Sesuai dengan namanya, Rekosistem diambil dari dua kata yaitu re-, mengacu pada aktivitas yang mendukung keberlanjutan (sustainability) seperti reuse, reduce, recycle, renewable, serta segala prinsip keberlanjutan lainnya yang diimplementasikan pada produk mereka. Lalu ekosistem, sebagai tujuan dari solusi untuk mendorong perubahan pola hidup menjadi ramah lingkungan dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Produk utama yang ditawarkan Rekosistem meliputi Jemput Sampah (Repickup Service) dan Setor Sampah ke Waste Station (Redrop Service). Repickup Service mencakup layanan pengambilan dan penjemputan sampah untuk rumah tangga atau perumahan, bisnis, perkantoran, sekolah, sarana umum, sarana olahraga, dan tempat komersial.
Sedangkan Setor Sampah ke Waste Station adalah inovasi yang diluncurkan sebagai bentuk standar baru fasilitas pengumpulan sampah daur ulang. Rekosistem Waste Station dengan dimensi yang cukup besar dapat menampung sampah daur ulang dalam jumlah banyak dan mendorong masyarakat untuk memulai kebiasaan daur ulang sampah dengan memberikan reward point.
Beroperasi untuk layanan B2B sekaligus B2C, Rekosistem menawarkan jasa jemput dan setor sampah sesuai kebutuhan. Layanan ini berfokus pada penggunaan teknologi dalam aplikasinya, baik melalui web untuk pengambilan sampah secara berkala dari area pemukiman dan tempat komersial; maupun lewat mobile app untuk pengguna individu yang menyetorkan sampah secara mandiri ke station Rekosistem yang tersedia.
Hingga saat ini, total sampah yang telah didaur ulang sudah melebihi 1.000 ton, berasal dari sekitar 50 korporasi dan 11 ribu rumah tangga. Untuk beberapa layanan Rekosistem masih tersedia terbatas di Jakarta dan Surabaya. Targetnya, tahun ini bisa ekspansi ke 5 kota dan memproses 10x lipat lebih banyak sampah di Indonesia.
Perusahaan memperkenalkan sistem reward point yang diberlakukan untuk per kilogram sampah yang disetorkan. Sampah-sampah dari berbagai titik pengangkutan dan pengumpulan Rekosistem akan dikirim ke Rekosistem Waste Hub (Material Recovery Facility) untuk dipilah menjadi lebih dari 50 kategori. Setiap pilahan sampah akan didistribusikan ke mitra daur ulang Rekosistem untuk diolah lebih lanjut sesuai dengan jenis masing-masing.
Co-Founder & CEO Rekosistem Ernest Layman mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang membedakan Rekosistem dengan pemain cleantech lainnya. Pertama, dari sisi proses, perusahaan bekerja sama dengan pemain dari berbagai lini dalam lingkaran pengelolaan sampah yang ada. Lalu, sampah yang diterima juga tidak hanya yang bernilai, namun juga yang tercampur. Terakhir, Ia bersama tim menerapkan langkah edukasi yang sederhana agar bisa masuk ke semua kelas masyarakat.
Ernest yang dulu sempat menjadi pekerja profesional di perusahaan multinasional dan kini alih profesi menjadi wirusahawan sosial ini mengungkapkan, “Misi kami tidak hanya berfokus pada meningkatkan penyerapan sampah daur ulang di Indonesia, namun juga senantiasa memperkenalkan tren pola hidup ramah lingkungan kepada masyarakat.”
Investasi untuk startup berdampak
Seiring banyaknya perusahaan yang mulai bergerak ke arah impact, begitu pula investasi di ranah ini kian meningkat. Belum lama ini, Rekosistem juga mengumumkan perolehan seed round dari Bali Investment Club serta penandatanganan kerja sama strategis dengan perusahaan asal Jepang, Marubeni, untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sampah.
Selain Rekosistem, ada juga Duitin, pengembang layanan digital yang memfasilitasi daur ulang di Indonesia. Startup ini juga masuk sebagai salah satu lulusan Google for Startup Accelerator, program akselerator Google pertama yang diadakan di Indonesia.
Selain itu, Google sendiri juga memiliki inisiatif investasi untuk perusahaan yang bergerak di ranah impact. Melalui lengan nonprofit Google.org, mengumumkan dana kelolaan baru "Sustainability Seed Fund" yang difokuskan pada pendanaan hibah untuk startup impact di kawasan Asia Pasifik.
Perlahan tapi pasti, investasi berdampak kian tumbuh di Indonesia. Tidak hanya Google, IIF yang dikelola oleh Mandiri Capital Indonesia, merupakan dana kelolaan social impact swasta pertama di Indonesia yang berbasis pada nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) dengan tujuan menciptakan kerja sama antar sektor publik dan swasta di dalam industri modal ventura.