Rocket Internet Luncurkan Situs Marketplace Lamido, Berikut Perbincangan Kami Dengan Managing Director Johan Antlov
Belum lama ini Rocket Internet meluncurkan situs e-commerce marketplace Lamido yang merupakan sub-produk dari situs e-commerce Lazada. Lamido pada dasarnya adalah situs marketplace dimana anda bisa menjadi penjual dan berjualan barang di platform Lamido, mirip seperti Tokobagus dan Tokopedia yang telah lebih dulu memulai. Kami berbincang dengan Johan Antlov, Managing Director Lamido yang sebelum memimpin Lamido telah berpengalaman memimpin Zalora, Officefab dan Lazada untuk Rocket Internet.
Johan mengaku melihat potensi yang luar biasa di sektor e-commerce di Indonesia, terutama melihat bagaimana penjual menggunakan situs jejaring sosial seperti BlackBerry Messenger, Multiply, Facebook dan Instagram untuk berjualan. Para penjual ini biasanya juga memiliki akun di Kaskus, Tokobagus dan Tokopedia sebagai platform tambahan untuk distribusi dan promosi jualan mereka. Saya rasa kita semua tahu betul betapa besarnya ukuran dari industri bayangan ini. Johan berpendapat bahwa Facebook dan Instagram, selain sebagai sarana pemasaran, juga cocok untuk testing produk dan reaksi pelanggan. Semakin besar jumlah transaksi yang dikelola oleh penjual, semakin tinggi kebutuhan untuk sebuah platform terintegrasi untuk mengelola distribusi, pemasaran, transaksi sampai pengiriman. Disinilah Lamido memposisikan sebagai solusi.
Lamido ingin memposisikan dirinya secara realistis sebagai platform tambahan bagi penjual yang ingin jalur distribusi tambahan, namun pastinya Lamido memberikan nilai tambah dengan tujuan menjadikan platform sebagai platform utama pilihan penjual. "Kami tidak ingin bersaing dengan Tokopedia maupun Tokobagus, kami hanya memberikan alternatif distribusi dengan solusi yang bisa membantu penjual", kata Johan yang telah bergabung dengan Rocket Internet sejak 2012 lalu.
Menurut Johan, Lamido memiliki fokus yang unik jika dibandingkan dengan pemain marketplace lainnya. Lamido fokus untuk memberikan produk berkualitas dengan harga yang terjangkau, bukan produk-produk yang sedang populer seperti yang dilakukan oleh marketplace lain. "Kami tidak ingin menjual iPhone yang sedang hype, namun lebih fokus ke smartphone dengan harga yang lebih terjangkau untuk pembeli", sahutnya.
Salah satu poin unik yang ada di Lamido dan tidak dimiliki pesaingnya, adalah COD (Cash on delivery). Tidak banyak situs marketplace yang berani membolehkan metode pembayaran COD, namun Johan mengaku bahwa COD, secara finansial, bisa dijalankan secara skalabel. Saat ini Lamido mendukung COD untuk daerah pengiriman Jakarta dan Bandung, namun ke depannya akan terus ekspansi ke kota-kota besar lainnya.
Selain berjualan, Lamido juga ingin menginvestasikan lebih ke hubungan antara platformnya dengan merchant, sebagai bagian yang luar biasa krusial bagi Lamido. Johan menambahkan, "Kami juga ingin fokus untuk membangun hubungan baik dengan merchant, kami ingin melihat merchant kami bertumbuh".
Tantangan terbesar untuk Lamido, kata Johan, ada beberapa hal. Beberapa diantaranya adalah bagaimana mengedukasi penjual untuk memastikan efisiensi dan efektifitas proses supply-chainnya. Hal ini akan mempengaruhi User Experience dalam berbelanja online, karena meskipun Lamido tidak terlibat dalam proses jual-beli, kenyamanan pembeli pasti terganggu jika proses merchant tidak berjalan lancar.
Selain di Indonesia, saat ini Lamido telah berdiri di Vietnam dan juga Filipina. Lamido Indonesia sendiri telah memiliki kurang lebih 20 karyawan yang kebanyakan mengelola hubungan dengan merchant dan juga operations. Meskipun belum sebesar Lazada atau Zalora, Johan mengaku mendapatkan feedback yang luar biasa mendidik dari mereka soal e-commerce di Indonesia. "Sama seperti Lazada, Lamido saat ini fokus ke kategori elektronik, fashion dan aksesoris", kata Johan mereferensikan hal-hal yang dipelajari dari rekan-rekan di Rocket Internet Indonesia.