1. Startup

Sanny Gaddafi Berbisnis Sambil Membantu Kalangan Akar Rumput

Meski harus berdarah-darah di awal dan gonta-ganti model bisnis, ia tetap bersemangat ketika 8Villages mampu membantu petani meningkatkan penghasilan

Sanny Gaddafi adalah satu dari sekian nama yang tidak asing di lanskap digital Indonesia. Ia dikenal sebagai entrepreneur sekaligus Direktur program inkubator Jakarta Founder Institute. Debut kewirausahaannya dimulai sejak dini. Saat masih duduk di bangku kuliah, ia membuat media sosial FUPEI (Friends Uniting Program Especially Indonesian) yang dirilis pada tahun 2004.

Kreasi awal ini dilakukan berdasarkan ketertarikannya terhadap media sosial. Ia bersemangat membuat tandingan media sosial yang sudah ada saat itu. “Saya tertarik dengan media sosial yang mampu menghubungkan banyak orang. Saat itu FUPEI cukup mendapat sambutan baik. Senang rasanya melihat, orang berteman, bahkan ada yang menikah bertemu di FUPEI,” ujarnya.

Ia menceritakan bahwa ia tak pernah lupa saat FUPEI berulang tahun, penggunanya di beberapa kota merayakan dengan membuat kue ulang tahun.

8Villages

Ketertarikan terhadap media sosial tidak pernah kandas. Itu sebabnya saat rekannya mengajak untuk membuat 8Villages, sebuah layanan untuk menghubungkan komunitas petani melalui perangkat mobile, termasuk terhubung dengan Internet, ia pun tertarik.

“Bagi kita informasi begitu deras, bahkan nyaris kesulitan memfilter. Sedangkan petani kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk mereka. Itulah yang membuat saya tertarik untuk membuat 8Villages. Bagi saya pribadi juga merasa tantangan, apalagi sedikit sekali di antara kita yang mau melayani kebutuhan grassroots. Padahal mereka adalah mayoritas,” ujar lulusan Universitas Bina Nusantara ini.

Melalui 8Villages yang menggabungkan SMS, telepon, dan Internet ini, para petani bisa berkomunikasi dalam format mikroblogging. Petani dapat menerima informasi yang dibutuhkan tentang merawat lahan, pemberian pupuk, irigasi, masa tanam, bibit dan banyak lagi. Karena 8Villages juga merupakan jejaring sosial, petani juga bisa bertanya untuk konsultasi seputar permasalahannya dan akan dijawab oleh pakar pertanian.

Kegunaan 8Villages di setiap daerah di Indonesia bisa sangat berbeda. Menurut Sanny, layanan ini tidak hanya digunakan untuk petani, namun juga industri mikro, dan nelayan. Platformnya dapat digunakan masyarakat lapisan bawah secara luas.

Menurutnya, tak ada lagi yang lebih membahagiakan dan membakar semangat, dari ucapan terima kasih dari mereka. “Meski harus 'berdarah-darah' di awal dan gonta-ganti bisnis model, namun ketika melihat penghasilan mereka meningkat membuat saya makin semangat,” ujarnya.

Ia terharu ketika mengadakan pertemuan langsung dengan pengguna 8Villages. Mereka tidak hanya datang sebagai tamu, namun turun tangan membantu acara. “Mereka bantu pasang-pasang bendera 8Villages. Waktu kami bilang menyampaikan terima kasih, mereka justru bingung, sebab menurut mereka ini bentuk terima kasih mereka terhadap kami,” kenangnya.

Meski demikian, pria yang pernah masuk jajaran Top 100 Young Influencers in Indonesia oleh Marketeers Magazine ini menyadari bahwa untuk tetap bisa berjalan dan bertahan, upayanya harus kuat juga dari sisi bisnis.

Sanny menutup pembicaraan dengan mengatakan:

“Bisnis tetap bisnis, harus bisa menghasilkan uang agar bisa berjalan. Di sisi lain juga bisa membantu orang dan memiliki nilai sosial yang tinggi. Caranya yang paling gampang dimengerti adalah kita harus bisa menemukan perusahaan yang mau membantu kita, (dan) untuk membantu orang lain.”