Snapcart "Go Global", Pertimbangkan Buka Kantor di Jepang Akhir Tahun Ini
Mengembangkan teknologi baru untuk mengakomodasi mesin pembaca struk di restoran dan belanja di toko online
Snapcart mempertimbangkan sejumlah negara yang akan disinggahi tahun ini untuk meningkatkan penetrasi bisnisnya yang bergerak sebagai penyedia insight mengenai pembelanja offline secara real-time untuk brand. Malaysia, Thailand, Jepang, dan Australia menjadi negara-negara yang masuk dalam rencana ekspansi.
"Kita bangga karena kita ini startup lokal yang sudah go global. Fokus kita tahun ini adalah ekspansi. Kita akan replikasi bisnis yang sudah dikembangkan di Indonesia untuk dibawa ke negara yang kami sasar. Mungkin akhir tahun ini kita ke Jepang, lalu tahun depan ke Australia," terang Business Development Director Snapcart Felix Sugianto, Kamis (22/3).
Pada tahap awal Snapcart menyasar negara berkembang seperti Filipina dan Brazil. Pihaknya menilai sebagai strategi perusahaan untuk mereplikasi teknologi yang sudah dikembangkan bisa diadaptasi secara cepat. Saat memilih negara pun, perusahaan juga mempertimbangkan banyak faktor misalnya melihat struktur perdagangan yang mirip seperti Indonesia.
"Kita mau hajar dulu negara dengan struktur perdagangan ritelnya seperti Indonesia, supaya replikasinya bisa terjadi cepat. Di samping itu, kita juga tertantang untuk replikasi ke negara maju."
Snapcart pertama kali membuka kantor secara resmi di Filipina pada Agustus 2016. Kemudian berlanjut ke Brazil (Oktober 2017) dan Singapura (Februari 2018). Di Filipina, aplikasi Snapcart sudah diunduh 200 ribu kali dan menghimpun sekitar 43 ribu MAU.
Di Brazil, Snapcart sudah diunduh 70 ribu kali dan memiliki sekitar 35 ribu MAU dan 10 ribu MAU di Singapura. Di Indonesia, sebagai negara utama bagi Snapcart, aplikasi telah diunduh 800 ribu kali sejak pertama kali diluncurkan pada September 2015 dan memiliki 50 ribu MAU.
Snapcart mulai tancap gas pasca mengantongi dana segar Seri A sebesar $10 juta (sekitar Rp130 miliar) yang dipimpin Vickers Venture Partners pada Oktober 2017. Kepada DailySocial, Founder dan CEO Snapcart Reynazran Royono mengatakan dana segara ini akan dipakai untuk meningkatkan kualitas teknologi, mempercepat pengembangan produk, dan berekspansi ke negara baru.
Rencana pengembangan teknologi
Seiring rencana ekspansi ke negara baru, Snapcart juga akan mengembangkan teknologi analitik terbaru agar semakin cepat dalam membaca struk belanja melalui teknologi OCR (Optical Character Recognition) yang dikembangkan secara in-house.
Sementara ini, OCR dari Snapcart baru bisa membaca struk barang belanjaan untuk produk sehari-hari di ritel modern. Di Indonesia saja sudah ada 6.500 gerai yang berasal dari berbagai pemain ritel modern yang sudah bermitra dengan Snapcart.
"Kami sedang develop OCR agar bisa membaca struk restoran dan belanja di toko online. Mungkin bisa direalisasikan tidak dalam kurun waktu dekat," kata CRO Snapcart Lim Soon Lee.
Teknologi lainnya yang sedang dipersiapkan misalnya konsumen dapat mengunggah foto dalam ruangan. Nanti mesin akan membaca produk apa saja yang ada di dalamnya. Konsumen mendapat imbalan berupa cashback atau poin yang bisa dikumpulkan dan ditukar dengan berbagai hadiah.
Diklaim Snapcart telah memproses lebih dari 8 juta struk dan bermitra dengan 13 ribu gerai toko di seluruh dunia. Insight Snapcart telah digunakan 75 brand FMCG, misalnya L'Oreal, Nestle, Procter & Gamble, dan Johnson & Johnson.
Insight yang dipaparkan Snapcart diklaim dapat membantu brand dalam mengidentifikasi tingkat promosi yang optimal untuk memaksimalkan pendapatan, membantu evaluasi efektivitas pengeluaran media, bahkan menilik jauh ke dalam kebiasaan membeli.