Penerapan Big Data oleh Startup Travel Indonesia
Traveloka dan Pegipegi bercerita tentang bagaimana mereka memanfaatkan big data
Personalisasi data banyak digunakan di banyak bisnis sekarang ini. Salah satu bisnis yang memanfaatkan data untuk improvisasi dan meningkatkan kepuasan penggunanya adalah bisnis travel. Di Indonesia, Pegipegi dan Traveloka sudah melakukan hal tersebut. Keduanya memanfaatkan data untuk menghadirkan beberapa penawaran menarik dan juga membaca kebutuhan para penggunanya.
Untuk segmen travel data diperlukan untuk melacak kebiasaan dan kebutuhan pengguna. Dengan demikian penyedia jasa travel bisa dengan mudah menawarkan sesuatu yang berkaitan, dekat, dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pengguna. Dari segi bisnis di dalamnya (hotel, tiket, dan wisata) ini juga bisa menguntungkan. Karena mereka dapat menyasar langsung pelanggan dengan kriteria yang sama.
Kami mencoba mendapatkan informasi dari beberapa penyedia layanan travel di Indonesia seperti Traveloka dan Pegipegi terkait penggunaan data ini.
“Kami percaya big data adalah kunci untuk memahami apa yang dibutuhkan pelanggan kami. Dengan menganalisis big data, kami dapat mengetahui pola, trend, preferensi dan kebiasaan pelanggan sehingga kami dapat memberikan produk dan layanan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” terang Communications Executive Traveloka Busyra Oryza.
Hal yang senada juga diungkapkan pihak Pegipegi. Public Relations & Media Office Pegipegi Devi Agustina bahkan mengandaikan data sebagai sebuah harta karun. Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan untuk mengembangkan bisnis yang ada.
“Setiap data yang ada di Pegipegi bagi kami seperti sebuah harta karun. Data ini dapat menjadi referensi bagi manajemen dalam menyusun strategi pemasaran, membuat program promosi dengan partner, serta untuk memprediksi trend dan kebutuhan customer Pegipegi,” terang Devi.
Upaya mengoptimalkan big data
Meski dinilai banyak manfaatnya penerapan big data tidaklah muda, setidaknya butuh investasi dan teknologi yang mumpuni untuk membangun teknologi yang mumpuni. Di Traveloka misalnya, diceritakan Busyra, penerapan big data merupakan sebuah tantangan sehingga pihaknya perlu membangun sebuah tim yang solid baik untuk data engineering maupun software engineering. Orang-orang di dalamnya pun disebutkan orang-orang berprestasi seperti lulusan mahasiswa unggulan yang berprestasi, alumni perusahaan Silicon Valley, dan beberapa ahli di berbagai bidang disiplin ilmu.
Tak jauh beda, Pegipegi pun dikisahkan telah mengembangkan sebuah sistem terintegrasi yang mampu meng-handle data-data yang ada untuk selanjutnya diolah untuk mendapatkan wawasan yang bisa digunakan sebagai pertimbangan sebelum mengambil keputusan.
Apa yang dilakukan keduanya pun juga dilakukan oleh beberapa perusahaan level internasional yang berada di segmen travel. Disebutkan dalam sebuah artikel, AirBnb juga menerapkan big data yang dikombinasikan dengan sebuah algoritma yang mampu mencocokkan preferensi host dan tamu sehingga bisa mendapatkan hasil yang memuaskan bagi kedua belah pihak.
Hasil pemanfaatan data
Dari informasi yang didapat DailySocial, Traveloka dan Pegipegi sudah beberapa kali mengeluarkan fitur atau layanan yang berdasarkan data-data yang dimiliki. Fitur tersebut beragam. Untuk Traveloka, buah analisis data dihadirkan melalui fitur Notifikasi Harga yang saat ini bisa ditemukan di aplikasi Android dan iOS mereka. Fitur ini menyuguhkan hasil olahan ribuan data harga tiket pesawat setiap harinya untuk dihadirkan ke pelanggan.
Berkat kemudahan yang ditawarkan, saat ini fitur Notifikasi Harga merupakan salah satu fitur yang paling banyak digunakan pelanggan Traveloka.
Untuk Pegipegi, hasil dari analisis data membuahkan fitur personal newsletter yang disesuaikan dengan kebiasaan dan karakteristik pelanggan. Selain itu ada juga notifikasi promo dan penawaran paket wisata yang didasari data-data kebiasaan pelanggan-pelanggan mereka dalam bertransaksi.
Memasuki era digital data-data digital seolah menjadi bahan bakar baru bagi bisnis, terlebih bisnis digital. Apa yang dilakukan Traveloka dan Pegipegi sangat mungkin juga diterapkan oleh perusahaan online travel lainnya.