KaiOS dan Strategi Indosat Ooredoo Merebut Pengguna 2G Indonesia
Kesuksesan KaiOS di India dan Afrika membuat perusahaan cukup optimis
Indosat Ooredoo memperkenalkan feature phone pintar harga terjangkau berteknologi KaiOS. Ponsel ini menjadi cara anyar Indosat untuk memperluas akuisisi pelanggan jaringan 4G mereka.
Indosat menggandeng pabrikan lokal Advan untuk memproduksi ponsel ini. Mereka membanderol Rp499.000 per unit untuk ponsel yang dapat dipakai untuk mengakses YouTube, WhatsApp, dan platform media sosial seperti Facebook dan Twitter.
"Peluncuran ponsel ini untuk pengguna 2G dan migrasi ke feature phone 4G dengan harga terjangkau," ujar Chief Sales & Distribution Officer Indosat Ooredoo Hendri Mulya Sam.
Peluncuran produk ini mudah dipahami sebagai bagian strategi Indosat merebut pelanggan yang masih menghuni jaringan 2G yang cuma bisa dipakai untuk SMS dan telepon. Seperti diketahui, masih cukup banyak masyarakat Indonesia yang masih merasa nyaman di jaringan tersebut.
Tak disebut berapa jumlah unit yang akan dipasarkan oleh Indosat dan Advan lewat feature phone ini. Akan tetapi mereka memastikan ponsel ini akan banyak dipasarkan di kota-kota-kota seperti Medan, Pekanbaru, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Palu, dan Makassar mulai akhir bulan ini.
"Secara pengguna [2G] memang masih besar dan secara jualan masih banyak potensinya. Kita juga lihat dari succsess story sebuah operator di India," ucap Boy Aulia selaku AVP Head of Device Partnership Indosat Ooredoo.
Mengenal KaiOS
Ada alasan di balik keyakinan Indosat akan potensi produk baru mereka ini. Seperti yang dikatakan Boy, alasan itu mungkin bisa dilacak ke India di mana KaiOS sebagai sistem operasi mulai diakui secara global.
KaiOS bisa disebut lahir sebagai "sepupu jauh" Mozilla Firefox. Dalam penjelasan sederhana, teknologi KaiOS disebut dapat menampilkan aplikasi berbasis web sebagai aplikasi mobile di feature phone. YouTube, WhatsApp, Facebook, Twitter, Google Maps, hingga Google Assistant adalah contoh aplikasi yang dapat dijalankan di KaiOS. Sistem operasi ini juga memungkinkan ponsel biasa memiliki teknologi 4G, WiFi, serta GPS.
KaiOS ini sengaja dibuat untuk menjangkau masyarakat yang tak bisa membeli ponsel pintar ataupun mereka yang terlanjur nyaman memakai feature phone. India merupakan contoh terbaik di mana sejak meluncur pada tahun lalu, KaiOS berhasil menyandang status sistem operasi kedua yang paling banyak dipakai oleh penduduk di sana, di belakang Android dan di atas iOS, dengan penjualan 40 juta perangkat dan terus bertambah.
Kesuksesan KaiOS di India terulang di negara-negara Afrika. Dengan harga rata-rata perangkat di kisaran US$20, sistem operasi ini mendulang sambutan positif. Kemunculannya seolah menjadi jawaban akan kebutuhan akses layanan digital bagi mereka yang masih terhalang oleh harga smartphone yang relatif mahal.
Pasar smart feature phone seperti ponsel KaiOS ini disebut dalam laporan Counterpoint Research akan terus meningkat. Diperkirakan pengapalan perangkat KaiOS akan menembus satu miliar unit pada 2021 nanti. Potensi ekonomi dari pasar ini pun diperkirakan mencapai US$16 miliar atau Rp224 triliun.
"Ada lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia yang hidup dengan pendapatan di bawah US$2,50 per hari. Segmen ini tidak bisa menjangkau smartphone atau paket data seperti yang terjadi di pasar smartphone. Maka dari itu, feature phone yang dilengkapi layanan mobile dasar jadi pilihan pengguna ini untuk berkomunikasi dan tersambung ke internet. Sebagian besar pengguna ini tersebar di Afrika, sebagian Asia, dan Amerika Latin," tulis Associate Director Counterpoint Research, Tarun Pathak.
Ceruk Peluang
Sebagian besar masyarakat Indonesia memang sudah terhubung dengan jaringan 4G LTE. Laporan OpenSignal menunjukkan ketersediaan jaringan 4G di Indonesia sudah mencapai 83,5 persen. Kendati begitu, mereka yang masih menetap di jaringan 2G dengan feature phone tak bisa dihiraukan begitu saja.
Ambil contoh Telkomsel. Sebagai operator seluler terbesar dengan kisaran pelanggan 167 juta dan mayoritas pendapatan mereka sudah berasal dari data, Telkomsel masih memiliki pelanggan di jaringan 2G sekitar 47 persen. Jumlah itu saja sudah lebih besar dari jumlah pelanggan milik operator mana pun.
More Coverage:
Operator lain seperti XL Axiata mengambil langkah berbeda untuk layanan 2G mereka. Jika Telkomsel masih berniat menghidupi layanan 2G mereka, XL sudah mulai mematikan layanan 2G mereka di wilayah perkotaan. Keputusan serupa juga diambil oleh Hutchison 3 Indonesia (Tri). Fokus ke layanan data dan sepinya pengguna di jaringan tersebut memantapkan kedua operator tadi untuk sepenuhnya meninggalkan jaringan 2G.
Situasi tersebut menjadi kesempatan bagi Indosat untuk akuisisi pelanggan baru lewat perangkat KaiOS. Peluang ini menjadi cukup penting mengingat layanan bisnis selular, yang terutama didorong oleh layanan data, menjadi sumber pendapatan utama Indosat.
Strategi ini pun berkesinambungan dengan target Indosat mengincar 1 juta pengguna baru sampai 2020 nanti. Mereka menggandeng Facebook dalam program literasi digital "Internet 101" dengan target wilayah terutama di Kalimantan dan Sulawesi. Kombinasi antara literasi digital dan feature phone 4G yang terjangkau cukup menunjukkan keseriusan Indosat merebut pengguna internet baru di Indonesia. Maka tak heran Indosat begitu yakin smart feature phone ini akan diterima publik luas seiring pengembangan sistem operasi di masa depan yang memungkinkan aplikasi lain dapat diakses lewat perangkat KaiOS.
"KaiOS punya store juga meski saat ini lebih banyak jenis media sosial dan aplikasi gim tapi tidak menutup kemungkinan [tersedia aplikasi] lain. Ini masalah waktu aja sih, seiring waktu kalau ini working dan ekosistem terbentuk akan mengarah ke sana," tutup Boy Aulia.