Memahami Strategi Membangun Ekosistem "Healthy Lifestyle" Lewat Produk dan Teknologi
Belajar dari Co-founder & CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia di #SelasaStartup
Kemajuan teknologi semakin memudahkan masyarakat untuk mendapatkan beragam informasi seputar gaya hidup sehat dengan spektrum yang sangat luas. Hal ini dimanfaatkan oleh para pelaku startup sebagai peluang untuk menghadirkan solusi kesehatan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Di Indonesia, salah satu startup yang bermain di area gaya hidup sehat adalah Lemonilo. Startup ini memposisikan dirinya sebagai qurated marketplace yang menyediakan produk-produk alami untuk dapat mendukung ekosistem gaya hidup sehat masyarakat Indonesia.
Pada sesi #SelasaStartup kali ini, Co-founder & CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia membagikan beberapa poin penting mengenai upaya membangun ekosistem gaya hidup sehat melalui produk dan teknologi.
Membidik target pasar secara bertahap
Menurut Shinta, keinginan hidup sehat dapat dijangkau oleh siapapun. Namun, hal ini kurang didukung karena banyaknya permasalahan pada sektor kesehatan di Indonesia. Situasi ini dapat diselesaikan dengan memanfaatkan produk teknologi.
Pada kasus Lemonilo, startup ini ingin berkontribusi terhadap ekosistem gaya hidup sehat dengan memproduksi dan mendistribusikan produk alami ke masyarakat. Shinta menyebut pentingnya menentukan hipotesis dalam menentukan target pasar.
Ia mencontohkan bagaimana Lemonilo menerapkan strategi product-market-fit dengan hipotesis produk Lemonilo cocok dikonsumsi 80 juta orang. Mengapai demikian?
"Perhitungannya adalah kelas berpenghasilan Rp4 juta ke atas adalah segmen pasar yang sudah bisa memikirkan decision purchasing, seperti kualitas makanan apa yang bisa dijangkau konsumen," ungkapnya.
Seiring berkembangnya bisnis, Lemonilo mulai masuk ke segmen mass market, di mana target pasarnya semakin lebar. Hal ini turut dipicu oleh kehadiran Mi Instan Lemonilo sebagai produk alami yang kini dinilai mulai masuk ke dalam ekosistem gaya hidup sehat masyarakat Indonesia.
Memahami konsumen melalui produk dan teknologi
Catatan lainnya adalah melakukan edukasi terhadap masyarakat Indonesia untuk melakukan gaya hidup sehat. Shinta menilai upaya edukasi ini tidak bisa dilakukan hanya beberapa kali saja. Perlu ada strategi khusus yang memudahkan target pasar untuk lebih memahami gaya hidup sehat.
"Kita tahu bahwa rata-rata tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah. Nah, kami selalu mengedukasi gaya hidup sehat dengan gaya bahasa yang mudah dicerna pasar," tutur Shinta.
Selain itu, kami memanfaatkan teknologi untuk mengenali dan memahami konsumen dan apa yang mereka inginkan. Dalam hal ini, kami selalu meluncurkan produk baru melalui online channel, lalu mengirimkan survei kepada konsumen untuk mendapatkan masukan terhadap produk tersebut.
"Pada strategi lainnya, kami mempercepat R&D dan product cycling. Kami mengembangkan produk yang memiliki cycle lebih cepat dibandingkan produk dari perusahaan FMCG. Hal ini kami lakukan supaya biaya lebih efisien, serta dapat menganalisis hasil dan dampak ke konsumen menggunakan data," ujarnya.
Memanfaatkan jalur online dan offline
Shinta berujar selalu ada barrier entry bagi konsumen yang tertarik mencoba gaya hidup sehat saat membeli produk online, yaitu ongkos kirim. Menurutnya, konsumen cenderung reluctant saat membeli tanpa ada subsidi ongkos kirim, apalagi kalau product size-nya tidak seberapa.
More Coverage:
Dalam mengatasi isu ini, ia menilai pentingnya pemanfaatan toko offline (minimarket dan supermarket) dengan harga jual yang sama dengan toko online. Hal ini tentu dapat mengakomodasi segmen pasar yang tidak dapat menjangkau produk secara online.
"Kami juga menetapkan strategi baru dengan memfokuskan platform untuk produk dari brand sendiri. FMCG dulu biasanya hanya punya 1-2 produk sukses karena produksi, peluncuran, dan distribusi ke supermarket butuh biaya sangat besar," ungkap Shinta.
Berbeda perusahaan FMCG, model bisnis seperti Lemonilo memungkinkan mereka untuk dapat mengembangkan banyak produk dan meluncurkannya via online. Adapun, distribusi offline hanya berlaku bagi produk yang sukses di pasar saja.