Strategi Pengembangan Bisnis Amartha di Tahun 2019
Tahun ini pembiayaan yang disalurkan sudah tembus Rp719 miliar
Amartha pemain p2p micro-lending menyampaikan strateginya untuk menggenjot performa bisnis tahun depan. Ada serangkaian kegiatan yang akan dilakukan, di antaranya penambahan mitra peminjam dan mitra pendana.
Brand Manager Amartha Lydia M Kusnadi tidak merinci inovasi (produk) seperti apa yang tengah disiapkan perusahaan. Ia memastikan bahwa perusahaan tak hanya fokus ke angka saja, tapi juga meningkatkan pelayanan dari segala sisi.
Disampaikan juga bahwa respons yang diterima sejauh ini cukup positif, karena akses pendanaan khususnya untuk masyarakat pedesaan menjadi terbuka lebih luas. Pada akhirnya berdampak pada semakin banyak desa yang terberdayakan.
"Dari sisi pendana, mereka memiliki opsi penanaman modal baru, sangat baik untuk portfolio investasi mereka," terangnya kepada DailySocial.
Di satu sisi, perusahaan juga terus menambah porsi pendana dari segmen ritel dan institusi. Kendati dari sisi jumlahnya ritel tetap diutamakan memegang porsi mayoritas. Lydia menyebut, pendana dari institusi yang berpartisipasi di perusahaan berasal dari perbankan dan BPR.
"Untuk proporsi lenders ritel masih akan ditingkatkan, tentunya tanpa menutup kolaborasi dengan korporasi dan perbankan. Sebagai wujud komitmen kami dalam membuka akses keuangan dan mewujudkan inklusi keuangan."
Dalam setahun ini, Amartha telah menyalurkan sekitar Rp719 miliar kepada lebih dari 170 ribu mitra peminjam yang berasal dari kalangan perempuan. Jumlah mitra menanjak cukup tajam dibandingkan tahun lalu, yakni sekitar 70 ribu mitra. Adapun dilihat dari jumlah dana yang disalurkan meningkat lebih dari 200% atau sebesar Rp200 miliar dibandingkan tahun lalu.
Perusahaan bekerja sama dengan perbankan untuk memberikan rekomendasi mitra peminjam yang sesuai dengan profil UKM masing-masing. Dua bank yang sudah melakukan kerja sama diantaranya adalah Bank Mandiri dan Bank Permata. Melalui proses scoring dari Amartha, diharapkan dapat membantu bank dalam meminimalisir peluang NPL (Non-Performing Loan) di kemudian hari.
Amartha juga mengklaim telah berhasil menekan risiko gagal bayar hingga 0%. Salah satu manajemen risiko yang dilakukan dengan menerapkan pinjaman kelompok yang memiliki mekanisme "tanggung renteng". Setiap peminjam akan dikelompokkan ke dalam satu kumpulan yang disebut "Majelis" berisi 15-25 orang yang tinggal berdekatan.
Sistem ini akan mendorong setiap anggota untuk bertanggung jawab untuk melakukan tanggung renteng atau menanggung risiko secara kelompok, apabila salah satu anggota mengalami kredit macet.
Pinjaman mikro di Amartha dimulai dari Rp3 juta sampai Rp15 juta dengan tenor 3 sampai 12 bulan. Imbal hasil yang ditawarkan mulai dari 10% sampai 15% per tahun.