Survei IoT Forum: Ada Ekspektasi dan Minat Cukup Tinggi terhadap Laboratorium IoT
Lab IoT diharapkan tidak hanya sebagai sarana pengembangan, tetapi juga sarana penghubung dengan pasar komersil
Industri Internet of Things (IoT) di Indonesia belum begitu sepopuler industri e-commerce maupun fintech. Namun dalam beberapa tahun belakangan mulai banyak pengembang yang melakukan riset, bergabung dengan komunitas atau pun workshop dan seminar bertajuk IoT. Cukup banyak kebutuhan bagi para pengembang maupun pebisnis IoT di Indonesia, salah satunya adalah adanya laboratorium IoT.
Dari survei yang diadakan IoT Forum, kebanyakan narasumber menginginkan keberadaan adanya laboratorium IoT untuk membantu mengembangkan produk IoT dan mempercepat komersialisasi solusi IoT di Indonesia.
Survei disampaikan Founder IoT Forum Teguh Prasetya dalam rangka mewujudkan upaya menggapai pasar IoT yang diperkirakan akan tumbuh mencapai Rp 444 Triliun di tahun 2022 dan dengan kebutuhan perangkat perangkat atau sensor sebesar 400 juta di tahun 2022. Hasil riset yang melibatkan 112 responden dari berbagai latar belakang seperti pegawai perusahaan, pengusaha, mahasiswa, dosen, peneliti, dan regulator yang bergerak di industri TIK menunjukkan ada ekspektasi dan minat yang cukup tinggi akan peran laboratorium IoT untuk membantu membuka akses ke pasar potensial.
“Mayoritas mereka ingin bergabung dengan Lab IoT untuk belajar dan merasakan pengalaman mengembangkan produk IoT sembari membangun jejaring dengan stakeholders dalam industri ini. Sebanyak 72,3% responden bahkan sudah memiliki ide dan berniat mengembangkan produk mereka sendiri,” terang Teguh.
Laboratorium IoT juga disebut mampu menawarkan ekosistem yang mampu mengumpulkan pengembang, pengguna akhir, dan inovator untuk menjalin kolaborasi atau kerja sama demi menghadapi tantangan nyata menuju pasar komersial.
Teguh menjelaskan regulator bisa membantu dengan memberikan proteksi atau pun insentif, salah satunya dengan menerapkan kebijakan sandbox, khususnya untuk perkembangan IoT yang fleksibel sehingga memberikan ruang bagi para pengembang, mulai dari ide, perencanaan, pengembangan, sampai dengan komersialisasi.
Laboratorium IoT idaman
Hasil survei yang telah dilakukan mencatat mayoritas responden mengharapkan laboratorium IoT yang dimiliki murni oleh swasta atau pemerintah, kemudian prioritas selanjutnya adalah independen dan yang terakhir adalah laboratorium milik institusi pendidikan.
Dari hasil survei terlihat bahwa responden menginginkan laboratorium yang komplit, baik dari segi teknologi maupun dari segi industri. Ada 87,5% yang berpendapat IoT bisa memberikan manfaat khususnya untuk akses terhadap pasar komersial dan kesempatan bekerja sama dengan multi stakeholder. Harapan lainnya juga soal kesempatan mendapat pendanaan hingga kemudahan mengenai legal atau regulasi.
Untuk teknologi, responden terlihat menginginkan laboratorium yang canggih yang mendukung penerapan teknologi mutakhir. Mulai dari lingkup tersedianya platform, jaringan, perangkat dan aplikasi menjadi keinginan para responden. Untuk lokasi laboratorium, mayoritas (77% responden) menginginkan berlokasi di tengah kota dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi publik.
Penerapan teknologi mutakhir seperti perangkat pengukuran dan uji coba, NB-IoT (Narrow Band) atau LoRa, AI, Big Data, Cloud, Wearable device dan lainnya juga menjadi harapan bagi 90% responden. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menginginkan "kemewahan" dari segi teknologi.
Disampaikan Founder DyCodeX Andri Yadi, sebagai maker atau pengembang IoT, laboratorium IoT sebaiknya tidak hanya fokus pada riset dan pengembangan, namun juga bisa membantu produksi dalam volume terbatas.
“Perlu ada fasilitas untuk melakukan produksi dalam jumlah terbatas untuk memproduksi perangkat IoT seperti sensor atau actuators, guna memenuhi kebutuhan piloting atau trial atau Proof of Concept. Hal ini sangat mahal kalau dilakukan di luar negeri,” ujarnya.