Ini Tanggapan Co-Founder TrustedCompany Soal Platformnya Yang Meragukan
Demi kebenaran dan kemaslahatan bersama, TrustedCompany platform reviewe-commerce yang sempat kami pertanyakan kredibilitasnya beberapa waktu lalu, akhirnya memberikan tanggapan. Melalui email yang langsung disampaikan oleh Frederik Krass, Co-Founder sekaligus Managing Director TrustedCompany, pihaknya memberikan klarifikasi yang berkesimpulan bahwa TrustedCompany adalah platform review e-commerce yang unggul dan berkredibel.
Dalam artikel sebelumnya, kami sempat memberikan beberapa poin terkait dengan lemahnya sistem ulasan TrustedCompany yang berujung pada keraguan kami dan bahkan bagi beberapa pembaca. Berkenaan dengan hal itu, Frederik menampiknya dengan menjabarkan satu per satu bahwa TrustedCompany bisa dijadikan acuan konsumen untuk keamanan berbelanja di banyak situs e-commerce.
Frederik menjabarkan beberapa hal utama yang bisa jadi perhatian. Yang pertama, Frederik menilai platform keterbukaan review TrustedCompany mengusung transparansi dari pihak ketiga yang diyakini olehnya bahwa ‘keterbukaan adalah satu-satunya cara untuk memperoleh kepercayaan dari konsumen.’
“Kami sangat meyakini bahwa review akan menjadi bernilai ketika ia diterbitkan oleh pihak ketiga yang kredibel, oleh karena itu kami bertujuan untuk tetap menggunakan platform ini. Salah satu pilar dari kepercayaan adalah transparansi dan keterbukaan. TrustedCompany.com adalah platform terbuka dimana semua orang bisa berkontribusi di dalamnya. Dalam pandangan kami, keterbukaan adalah satu-satunya cara untuk memperoleh kepercayaan dari konsumen, karena hal itu dapat menunjukkan kualitas dari produk-jasa yang sebenarnya,” papar Frederik.
Kemudian, ia juga menanggapi perihal “review palsu” yang sempat kami gaungkan bakal membuat TrustedCompany menjadi platform yang tidak bisa dipercaya. Frederik menjelaskan, platform terbuka TrustedCompany memang tidak bisa serta merta menghindari hal ini secara sistematis, namun dirinya tetap mengawasi serta membangun cara-cara yang bisa meminimalisir hal tersebut melalui penghitungan algoritma, pelaporan spam, dan verifikasi media sosial.
Walau ia sendiri pun tak bisa menjamin 100 persen bahwa platformnya dapat mencegah penyalahgunaan review, namun ia yakin dengan memiliki beberapa indikator standar, TrustedCompany mampu menyajikan ulasan yang telah dikurasi dengan baik. Frederik menyiratkan bahwa dalam waktu dekat, metode verifikasi sosial melalui penghubungan akun Facebook akan menjadi satu-satunya metode verifikasi yang diandalkannya di kemudian hari.
Ia juga menambahkan. “Satu hal yang juga harus dipahami adalah bahwa kebanyakan dari review yang kami tampilkan berasal dari undangan. TrustedCompany selalu berusaha untuk menguak kebenaran mengenai kualitas suatu produk atau jasa dengan menampilkan review, baik itu yang baik atau buruk. Karena itulah kami menggunakan platform terbuka sehingga review tersebut sesuai dengan kondisi asli dari produk atau jasa tersebut,” tambahnya.
Selain poin yang telah dijelaskan di atas, keberadaan kebijakan verifikasi order ID yang dipaparkan dalam halaman FAQ sempat pula kami pertanyakan kebenarannya. Dalam hal ini, Frederik menjawabnya dengan singkat, bahwa verifikasi order ID disebutkan mungkin akan diminta ketika pihak perusahaan e-commerce meminta hal tersebut. Hal ini dilakukan mungkin saja untuk mencegah review palsu yang bisa merugikan baik bagi pihak e-commerce maupun bagi pihak TrustedCompany.
Poin terakhir yang dipaparkan Frederik, datang dari penjelasannya mengenai penempatan posisi lima teratas dari e-commerce terbaik dan terburuk yang juga sempat menjadi pertanyaan besar kami. Frederik menjelaskan, penggunaan sistem TrustScore menjadi kuncinya. TrustScore sendiri merupakan pengukuran rata-rata, namun memiliki perbedaan mendasar bahwa semua perusahaan, pada awalnya memiliki skor 3,5 yang menjadi standar skor netral.
Skor tersebut ternyata akan terus melekat selama jumlah review belum bertambah secara signifikan. Frederik menegaskan pihaknya melakukan hal ini untuk mencegah kemungkinan satu review baik atau buruk dapat mengubah skor secara signifikan. Dengan kata lain, sebuah perusahaan tidak dapat dikatakan bagus hanya karena satu review bagus, atau dikatakan jelek hanya karena satu review jelek.
“Jadi, setiap perusahaan akan memiliki basis review yang cukup besar. Jika Anda, sebagai pihak perusahaan, tidak mengharuskan para pelanggannya untuk menulis review, maka bisa dipastikan jumlah review buruk yang ditulis oleh para pelanggan yang kecewa akan lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang puas akan layanan perusahaan Anda. Hal ini karena para pelanggan yang kecewa akan lebih cenderung untuk menulis unek-unek mereka,” tegasnya.
Penjelasan panjang lebar Frederik Krass tadi, mungkin bisa menjadi bekal bagi TrustedCompany dalam membangun pandangan bahwa TrustedCompany memang dikembangkan dengan niat serius untuk menyajikan informasi yang berguna bagi konsumen e-commerce – yang saat ini sebagian besar mungkin, masih dihinggapi oleh pandangan skeptis terhadap keamanan berbelanja online. Tak ayal, keseriusannya tersebut bisa berbuah pada pendanaan investasi seri-A yang diperolehnya dari tiga investor global.
[ilustrasi foto: Shutterstock]