1. Startup

Veteran Situs Travel Skyscanner Akui Pasar Indonesia Memang Menarik

Skyscanner bukanlah pemain kemarin sore dalam bisnis online travel. Skyscanner yang fokus ke perbandingan harga antar berbagai airlines didirikan tahun 2001 di Edinburg, Skotlandia oleh Gareth Williams, Barry Smith, dan Bonamy Grimes, dan telah menjadi yang terdepan di Eropa dalam bisnis ini. Baru-baru ini Skyscanner membuka kantor keduanya di Singapura dan dalam enam bulan saja telah memperoleh kenaikan traffic hingga 400% di Asia Pasifik, terutama di Indonesia, meskipun mereka tidak menyebutkan secara spesifik berapa persentasenya dari Indonesia sendiri.

Tentunya kenyataan ini tidaklah mengherankan. Ketersediaan low cost airlines ke berbagai tujuan dan meningkatnya tingkat kesejahteraan telah membuat booming bisnis ini. Skyscanner tentu saja tidak mau tinggal diam dalam perlombaan ini. Mereka telah menyiapkan Skyscanner.co.id yang secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia. Bisa dibilang semua rute domestik dan mancanegara telah masuk dalam database Skyscanner dan saya tidak menemui kesulitan untuk memperoleh harga Garuda, Citilink atau Sriwijaya sekalipun dengan situs ini.

Skyscanner sendiri telah tersedia secara mobile untuk platform iOS, Android, dan Windows Phone. Berdasarkan catatan mereka, aplikasi mobile Skyscanner telah diunduh hingga 6 juta kali di seluruh dunia. Yang menarik, Skyscanner nampaknya memang sudah siap untuk "berperang" di kawasan Asia Pasifik. Mereka telah tersedia dalam 29 bahasa, termasuk bahasa Cina, Jepang, Korea, Indonesia, Tagalog, Melayu, dan mendukung lebih dari 70 mata uang. Tak salah jika mereka berani menargetkan pendapatan mereka mencapai £30 million tahun ini atau bertambah lebih dari 50% ketimbang 2011.

Ewan Gray, Direktur Skyscanner untuk Asia Pasifik, seperti dikutip dari PR Newswire menyebutkan, bahwa orang Asia lebih suka mengakses situs mereka dari aplikasi dan situs mobile. Ini berbeda dengan di Eropa, di mana hanya 1 dari 3 orang yang mengakses Skyscanner dari mobile. Itu sebabnya mereka juga gencar mengkampanyekan produk mobile yang mereka miliki. Agak sayang bahwa dengan kepemilikan BlackBerry yang cukup besar di Indonesia, mereka memilih untuk tidak/belum mendukungnya.

Saya mencoba aplikasi ini di platform iOS dan cukup puas dengan hasilnya. Baik pencarian untuk rute domestik (CGK-SUB) maupun rute internasional (CGK-SIN), menghasilkan data yang lengkap meskipun dibutuhkan waktu yang lumayan untuk menampilkan semua datanya. Jika kita sudah memilih satu rute flight yang pas, kita akan dibawa ke situs Skytours untuk menyelesaikan pembelian. Sayangnya di aplikasi mobile pun prosesnya seperti itu dan tidak dilakukan di dalam aplikasi. Selain itu, saya tidak punya permasalahan yang berarti.

Selain pembelian tiket pesawat, Skyscanner juga melayani pencarian informasi kamar hotel dan penyewaan mobil. Keduanya dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga yang memang berkecimpung di bidangnya. Ini tentunya bakal menjadi lahan pertarungan yang menarik. Baik situs yang memiliki basis asing maupun lokal bakal sama-sama berebut "kue besar" budget perjalanan orang Indonesia.