11 June 2019

by Glenn Kaonang

5 Pengumuman Penting dari Apple WWDC 2019

Bukan cuma software-software versi terbaru saja, tapi juga komputer paling perkasa yang pernah Apple buat

Seperti biasa setiap tahunnya, ajang WWDC selalu menjadi panggung demonstrasi inovasi-inovasi terbaru Apple di ranah software, dan terkadang juga di bidang hardware. 2019 pun tidak luput dari tradisi tersebut, dan seperti biasa tentu saja selalu ada banyak hal menarik untuk disoroti.

Berikut sederet pengumuman paling menarik dari Apple WWDC 2019 yang telah saya rangkum.

iOS 13

Tahun demi tahun, iOS selalu menjadi bintang utama event WWDC. Dari segi tampilan, iOS 13 memang tidak menawarkan banyak perubahan, tapi sedikit bukan berarti tidak signifikan; untuk pertama kalinya di sepanjang sejarah iOS, ada fitur Dark Mode yang terintegrasi secara default.

Dark Mode pada dasarnya akan menyulap tampilan iOS 13 secara keseluruhan dari yang tadinya dominan putih menjadi gelap atau serba hitam. Fitur ini juga dapat diaktifkan secara otomatis sesuai jadwal yang ditetapkan pengguna, atau ketika waktu menunjukkan saatnya matahari untuk terbenam.

Dark Mode tak hanya berlaku untuk aplikasi bawaan iOS saja, tapi juga aplikasi pihak ketiga, dengan catatan developer terkait sudah memperbaruinya. Untuk seri iPhone X dan iPhone XS yang mengemas layar OLED, Dark Mode juga bisa membantu menghemat baterai – area berwarna hitam di layar OLED berarti backlight-nya tidak menyala di bagian tersebut.

iOS 13 turut memperkenalkan pembaruan cukup besar untuk aplikasi Photos. Tampilannya telah direvisi menjadi lebih minimalis sehingga pengguna dapat lebih berfokus terhadap koleksi foto dan videonya. Lebih lanjut, fitur penyuntingannya juga telah disempurnakan, dan sebagian kini juga berlaku untuk video (rotate, crop, filter), tidak seperti sebelumnya yang hanya mencakup trim saja.

Fitur lain iOS 13 yang tak kalah menarik adalah "Sign in with Apple". Sesuai namanya, fitur ini dirancang untuk menggantikan opsi login menggunakan akun Facebook maupun Google. Apple percaya fitur ini jauh lebih simpel buat pengguna sekaligus lebih aman karena tiap-tiap aplikasi hanya akan menerima identifikasi yang bersifat acak.

Terakhir, iOS 13 juga menghadirkan peningkatan dari segi performa. Face ID kini diklaim bekerja 30% lebih cepat, sedangkan membuka aplikasi bisa sampai dua kali lebih cepat. Ini dikarenakan Apple berhasil memangkas besaran download aplikasi hingga 50%, sekaligus menjadikan besaran update aplikasi hingga 60% lebih kecil.

iPadOS

Namun kejutan terbesar WWDC 2019 datang dalam wujud iPadOS, iOS 13 yang sudah dioptimalkan demi memaksimalkan kapabilitas iPad, khususnya iPad Pro. Contoh optimasi yang paling gampang adalah deretan widget yang kini dapat dimunculkan langsung di home screen, bersebelahan dengan kolase icon aplikasi pada layar masif iPad Pro.

Multitasking juga semakin disempurnakan oleh iPadOS. Memang belum sekelas perangkat desktop, tapi setidaknya masih jauh lebih mumpuni daripada sebelumnya. Yang sudah sekelas desktop sekarang adalah Safari di iPadOS. Secara default, browser bawaan itu sekarang diperlakukan sebagai browser versi desktop, yang berarti web app macam Google Docs kini dapat berfungsi sebagaimana mestinya tanpa mewajibkan pengguna memakai aplikasi terpisahnya.

Perubahan penting lainnya adalah bagaimana iPad Pro generasi ketiga dengan port USB-C miliknya sekarang dapat membaca isi dari sebuah flash disk berkat iPadOS. Memindah foto, video maupun file lain dari flash disk ke iPad Pro kini semudah membuka aplikasi Files saja.

Juga sangat menarik adalah fitur iPadOS bernama SideCar. Bagi para pemilik Mac, fitur ini memungkinkan iPad untuk digunakan sebagai layar kedua Mac, baik secara wireless atau via kabel, tanpa memerlukan aplikasi tambahan. Setelah tersambung, pengguna dapat langsung mencorat-coret di layar iPad menggunakan Apple Pencil, dan coretannya akan muncul secara instan di layar Mac – sangat berguna mengingat latency Pencil kini semakin turun menjadi 9 milidetik saja.

watchOS 6 dan tvOS 13

Beralih ke watchOS, selain menghadirkan sejumlah fitur fitness dan tracking anyar, watchOS 6 turut memperkenalkan mekanisme baru yang sangat penting: Apple Watch kini memiliki App Store-nya sendiri. Ini berarti developer dapat mengembangkan aplikasi khusus untuk Apple Watch yang dapat bekerja secara mandiri tanpa harus mengandalkan aplikasi versi iOS-nya.

watchOS 6 pada dasarnya memulai tren di mana Apple Watch secara perlahan mulai melepaskan ketergantungannya akan iPhone. Buktinya semakin kuat dengan adanya tiga aplikasi bawaan baru di Apple Watch, yaitu Voice Memos, Calculator dan Audiobooks. Kedengarannya memang sepele, akan tetapi memulai sesi rekaman audio secara mendadak jauh lebih mudah dilancarkan via Apple Watch ketimbang harus merogoh kantong terlebih dulu untuk mengambil iPhone.

Untuk tvOS 13, pembaruan terbesarnya menurut saya adalah dukungan terhadap multi-user. Tidak seperti ponsel yang sifatnya pribadi, TV adalah gadget untuk semua orang di dalam kediaman, dan masing-masing individu tentunya punya preferensi tersendiri perihal konten TV yang hendak dinikmati.

Di sinilah dukungan multi-user berperan. Via Control Center, pengguna bisa langsung mengakses pengaturan user-nya masing-masing, dan ini tentu saja mencakup rekomendasi-rekomendasi konten yang telah disesuaikan dengan seleranya masing-masing.

Pembaruan kedua yang tak kalah menarik adalah dukungan terhadap game controller, spesifiknya controller Xbox Wireless beserta PlayStation DualShock 4. Dua controller ini sejatinya sudah bisa kita anggap sebagai de facto controller untuk sesi gaming sembari bersantai di atas sofa, dan dukungan terhadap keduanya merupakan antisipasi yang sangat ideal menjelang diluncurkannya layanan Apple Arcade.

macOS Catalina

Di ranah desktop, macOS Catalina tidak lupa membawa sejumlah kejutan. Yang paling keren menurut saya adalah hilangnya iTunes. Ya, aplikasi tua itu sekarang sudah digantikan oleh tiga aplikasi yang berbeda: Music, Podcasts dan TV. Sebagian besar fungsi iTunes pada dasarnya terdapat di aplikasi Music, termasuk halnya akses ke layanan Apple Music dan iTunes Store.

Lalu bagaimana dengan fungsi sinkronisasi yang selama ini ditawarkan iTunes? Semuanya masih tersedia di ketiga aplikasi tersebut, tergantung jenis media yang terkait. Untuk fungsi backup, update maupun restore perangkat, semua itu sekarang malah bisa diakses langsung lewat sidebar Finder sesaat setelah perangkat tersambung.

Hal menarik lain yang ditawarkan Catalina adalah kapabilitas baru bagi para developer (API dan tools) yang memudahkan mereka untuk menyulap aplikasi iPad menjadi aplikasi Mac, termasuk halnya game. Ini berpotensi menambah jumlah aplikasi dan game yang menarik untuk platform Mac, sekaligus menghadirkan kembali yang sudah lama hilang, seperti aplikasi resmi Twitter misalnya.

Terakhir, ada pembaruan menarik terkait fitur accessibility. macOS Catalina dilengkapi fitur Voice Control, yang menurut klaim Apple, memungkinkan pengguna untuk sepenuhnya mengoperasikan Mac hanya dengan suaranya. Apple merancang sistem label dan grid supaya interaksi via suara ini dapat dilancarkan di semua aplikasi, dan proses pengolahan suaranya pun terjadi secara lokal di perangkat (tidak memerlukan bantuan koneksi internet).

Voice Control ini sebenarnya juga bakal tersedia di iOS maupun iPadOS. Premisnya pun sama persis, yakni memberikan keleluasaan bagi para pengguna difabel agar mereka dapat sepenuhnya mengoperasikan perangkat via perintah suara, termasuk mengaktifkan gesture macam swiping maupun scrolling.

Mac Pro generasi baru dan Pro Display XDR

Suguhan paling menarik yang terakhir dari WWDC 2019 adalah generasi terbaru dari Mac Pro. Sebagian dari kita mungkin tahu bagaimana Mac Pro generasi sebelumnya yang berwujud bak tong sampah banyak mengecewakan konsumen akibat keterbatasanannya perihal upgrade komponen, dan 'penyakit' utama itu akhirnya sudah terobati berkat desain yang benar-benar baru.

Wujud keseluruhannya kini lebih menyerupai komputer desktop biasa. Dilihat dari berbagai sudut, tampang depannya memang sepintas mirip seperti parutan keju, akan tetapi Apple mengklaim desain ini sangat membantu sirkulasi udara di dalam sasis Mac Pro, sehingga perangkat bisa terus mengerahkan seluruh keperkasaannya sepanjang waktu tanpa harus 'mengerem' akibat panas yang berlebih.

Bagian atasnya dibekali sepasang handle agar perangkat mudah dipindahkan atau dibawa-bawa, lalu di tengah panel atasnya, terdapat handle kecil sekaligus mekanisme pengunci yang dapat diputar lalu diangkat untuk 'menelanjangi' Mac Pro sepenuhnya, sehingga konsumen dapat mengakses komponen-komponennya dari segala sisi, memudahkan proses upgrade kala dibutuhkan.

Namun masa upgrade buat Mac Pro generasi terbaru ini sepertinya masih cukup lama datangnya, sebab komponen-komponen di dalammnya benar-benar superior untuk saat ini. Kita mulai dari prosesornya dulu, konfigurasi termahalnya mencakup prosesor Intel Xeon W 28-core, sedangkan yang paling 'murah' masih ditenagai oleh prosesor 8-core.

Di sektor RAM, Mac Pro mengemas total 12 slot yang bisa diisi. Kalau budget bukan masalah, 12 slot RAM itu bisa dipasangi dengan masing-masing kartu 128 GB, memberikan total kapasitas RAM sebesar 1,5 TB. Sudah mirip dengan kapasitas storage komputer-komputer biasa.

Beralih ke urusan grafis, Apple kembali memercayakan AMD, dan Mac Pro rupanya menjadi komputer pertama yang mengusung kartu grafis Radeon Pro Vega II. Bukan cuma satu, varian termahalnya bahkan bisa dijejali dua kartu beringas tersebut sekaligus, menghasilkan total daya komputasi sebesar 56 teraflop dan video memory sebesar 128 GB.

Bukan hanya itu saja, Apple turut membekali Mac Pro dengan accelerator card yang mereka juluki Afterburner. Afterburner bukanlah kartu grafis biasa, melainkan yang secara spesifik ditugaskan untuk urusan decoding video secara ekstrem.

Tidak tanggung-tanggung, Afterburner memungkinkan decoding hingga tiga video 8K ProRes RAW (file mentah langsung dari kamera) sekaligus, atau 12 video 4K ProRes RAW secara real-time. Ini berarti video-video tersebut dapat langsung diedit begitu saja tanpa perlu melalui proses proxy conversion terlebih dulu, yang sebelum ini dibutuhkan akibat keterbatasan hardware.

Menemani komputer sangar itu adalah monitor yang tak kalah sangar yang dijual terpisah: Pro Display XDR. XDR merupakan singkatan dari Extreme Dynamic Range, mengindikasikan kapabilitas superiornya dalam hal menampilkan gambar yang berkualitas lebih bagus lagi daripada HDR.

Perangkat ini mengandalkan panel LCD 32 inci beresolusi 6016 x 3384 pixel (6K), lengkap dengan dukungan penuh atas spektrum warna P3 dan warna 10-bit. Meskipun tidak memakai panel berjenis OLED, Pro Display XDR dilengkapi sistem direct backlighting dengan tingkat kecerahan yang mampu menembus angka 1.600 nit, tidak ketinggalan pula rasio kontras yang mencapai 1:1.000.000.

Dua hardware berlabel "Pro" ini jelas tidak ditujukan untuk konsumen biasa. Itulah mengapa harganya luar biasa: Mac Pro dibanderol mulai $5.999 untuk konfigurasi paling rendahnya, sedangkan Pro Display XDR dihargai mulai $4.999, dan itu belum termasuk dudukannya, yang ternyata harus ditebus lagi secara terpisah seharga $999. Keduanya bakal dipasarkan mulai musim semi mendatang.

Sumber: Apple.